Liputan6.com, Jakarta - Menjalani pola hidup sehat tak hanya dapat meningkatkan kualitas hidup, tetap juga menghindari diri dari serangan ragam penyakit, seperti kanker lambung. Penyakit ini disebabkan adanya sel-sel kanker di dalam lambung menjadi tumor, lantas tumbuh perlahan selama bertahun-tahun.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP, menyampaikan mulanya kanker lambung kerap disangka sebagai sakit maag. Tak sedikit pasien yang datang terlambat dan telah memasuki stadium lanjut.
Advertisement
Baca Juga
Ada beberapa situasi yang penting untuk disimak sebagai gejala kanker lambung. Pertama, adanya nyeri perut yang terasa ringan, tidak hilang dengan makan, dan lama kelamaan kian berat dan tak tertahankan.
"Lalu, kita lihat mulai ada rasa makanan tersangkut, membuat makanan tidak turun," kata Prof. Aru dalam seminar virtual, Rabu, 10 Februari 2021.
Situasi ketiga berlanjut dengan adanya rasa mual dan muntah ketika makan. Hal tersebut terjadi jika tumor terletak dekat jalan masuk ke usus halus.
Lantas, situasi keempat dari gejala kanker lambung adalah kian cepat merasa kenyang karena ruang lambung oleh tumor, akibatnya kian sedikit makanan yang masuk ke tubuh. Situasi kelima, adalah penurunan berat badan secara drastis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mencegah Kanker Lambung
"Kalau lanjut, sudah mulai ada perdarahan. Ada muntah darah atau keluar darah dari bawah dan gejalanya anemia jadinya. Jika tumor sudah keluar lambung kita sebut dengan metastasis dia mulai ke sekitar ke pankreas, kelenjar sekitarnya, dinding perut," tambah Prof. Aru.
Dikatakan Prof. Aru, dua per tiga gejala tersebut adalah gejala yang terkadang didapatkan sehari-hari. Ia menekankan untuk dengan jeli memperhatikan gejala-gejala tersebut.
Kanker lambung dapat dicegah dengan menjaga berat badan, diet yang baik, dan aktivitas fisik yang baik. Risiko penyakit ini dapat ditekan dengan menjalani pola hidup sehat dan menjaga asupan makanan.
"Stop merokok, kurangi makanan berlebih dari makanan yang diasinkan, yang diproses, baik itu sayuran ataupun daging," jelas Prof. Aru.
Advertisement