Liputan6.com, Jakarta - Produk sunscreen Korea, Purito Centella Green Level Unscented Sun SPF50+, menduduki puncak daftar sunscreen favorit sejak diluncurkan. Ia dipuji karena perlindungan tinggi terhadap dampak buruk paparan sinar matahari, hidrasi tepat, dan rasa ringan tanpa meinggalkan jejak putih di wajah.
Skincare enthusiast juga terkesan bahwa SPF spektrum luas seperti itu dapat dicapai hanya dengan dua filter organik, yakni tiga persen Uvinul A dan dua persen Uvinul T. Melansir laman Vogue, Kamis (18/2/2021), formula produk K-beauty ini tampaknya tak mungkin bagi ahli kimia kosmetik dan spesialis bahan mulai mempertanyakan klaim label Purito.
Advertisement
Baca Juga
Setelah beberapa lama, ada pengguna melaporkan tetap terbakar sinar matahari saat memakai produk sesuai petunjuk. Kecurigaan ini mulai terurai ketika Judit Racz, pendiri glosarium bahan INCI Decoder, mengirim sampel sunscreen ke laboratorium independen untuk dua tes terpisah, satu in-vitro dan satu in-vivo.
Hasilnya menilai perlindungan asli tabir surya ada di SPF19, bukan SPF50+ yang diklaim, atau SPF84.5 yang dilaporkan Purito. Setelah Racz membagikan hasilnya secara daring, komunitas perawatan kulit digital mendadak "meledak."
Beberapa blogger bahkan khawatir bahwa produk K-beauty tak lagi aman digunakan, sementara yang lain beranggapan seluruh pasar kecantikan Asia tak dapat disalahkan atas skandal satu merek.
Atas temuan itu, Purito merilis pernyataan di Instagram, mengutip produsen pihak ketiga sebagai "penjaga gerbang" untuk pengujian tingkat SPF. "Kami telah memercayai perusahaan manufaktur, dan menerima masalah yang ditimbulkan. Kami akan mengambil situasi ini sebagai pelajaran, dan memeriksa detailnya dengan lebih banyak pihak selama proses pengembangan produk," ungkap pihaknya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penarikan Produk SPF
Setelah debunya mengendap, beberapa merek telah menarik produk SPF mereka dari ritel, termasuk Purito, Dear, dan Klairs. Science educator, Michelle Wong, yang meliput ilmu kecantikan di saluran media Labmuffin, menjelaskan apa arti perkembangan ini bagi K-beauty di masa mendatang.
Juga, apakah klaim SPF masih dapat dipercaya, terlepas dari pasarnya. Wong mengatakan, belum tentu Purito sengaja menyesatkan konsumen, meski itu mungkin.
"Pengujian tabir surya pada SPF yang lebih rendah dalam pengujian independen bukanlah fenomena baru, dan ada banyak kemungkinan. Misal, banyak tabir surya yang diuji AMA Labs, sebuah fasilitas pengujian berbasis di Amerika Serikat, ditemukan salah label karena dugaan penipuan oleh lab pengujian," tuturnya.
Di kasus sunscreen Purito, sambung Wong, dibandingkan uji merek, uji Decoder INCI telah direplikasi dengan dua laboratorium Eropa yang memberi hasil serupa. Di sisi lain, pengujian Decoder INCI tak sama persis dengan protokol ISO24444.
"Tes yang lebih baru dari laboratorium independen Korea (Institut Ilmu Dermatologi Korea) telah menguji tabir surya Purito di SPF 28.4 menggunakan protokol ISO24444. Jadi, kemungkinan besar tabir surya Purito memiliki SPF jauh lebih rendah daripada yang berlabel SPF 50+," tutur Wong.
Penarikan produk SPF selain purito pun menimbulkan pertanyaan, apakah ini berarti ada masalah dengan pengujian semua tabir surya Asia? "Belum tentu lebih dari di tempat lain di seluruh dunia," jawab Wong.
Advertisement
Prediksi Masa Depan K-Beauty
Kelompok advokasi konsumen secara teratur menguji tabir surya, dan sering kali menemukan mereka memiliki SPF lebih rendah dari klaim label. "Pada 2016, Consumer Reports menemukan bahwa 23 dari 60 tabir surya Amerika Serikat yang mereka selidiki, diuji pada kurang dari setengah SPF berlabel mereka," tuturnya.
Dewan Konsumen Hong Kong, sambung Wong, menemukan bahwa 25 dari 30 tabir surya Asia yang mereka uji pada Oktober 2020 memiliki label SPF di bawah label, yang mencakup tabir surya Jepang, Korea, dan produk barat. Pada akhir 2015, Majalah Choice menguji enam tabir surya Australia dan hanya dua yang memenuhi klaim label mereka.
"Di Eropa, tujuh dari 41 produk yang dianalisa Test-Achats tak cocok dengan klaim label mereka," imbuhnya.
Soal perbedaan, tabir surya buatan negara-negara barat cenderung lebih tebal dan lebih tahan air, dan ditujukan untuk penggunaan di luar ruangan. Sedangkan tabir surya Asia cenderung lebih terang dan lebih cocok digunakan sehari-hari di bawah riasan saat paparan sinar matahari minimal.
Skandal sunscreen Korea, kata Wong, tak memberi banyak perubahan pada masa depan K-beauty, tapi lebih pada menyoroti beberapa masalah yang telah ada terakit tabir surya. Juga, fakta bahwa produk ini tak boleh diperlakukan seperti lapisan pelindung tunggal.
"Sebaiknya perhatikan kondisi desain tabir surya. Jika Anda akan berenang atau berolahraga dan sering terpapar sinar matahari, sebaiknya gunakan tabir surya tahan air. Penting juga untuk diingat bahwa tabir surya bukan satu-satunya bentuk perlindungan matahari. Bisa dengan mengenakan pakaian pelindung UV, topi, dan kacamata hitam, serta menghindari matahari di bagian terpanas hari itu," tandasnya.