Sukses

Mengintip Kedai Kopi Vintage dengan Dekorasi dari Bahan-Bahan Daur Ulang

Bahan-bahan daur ulang ternyata bisa mempercantik tampilan kedai kopi yang mengusung konsep ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Bermunculannya kedai kopi menantang para pemilik untuk lebih kreatif. Salah satunya dihadirkan oleh Retrorika Coffee Bar & Resto yang berlokasi di Desa Bumiaji, Kota Malang. Alih-alih menggunakan barang anyar, kedai kopi ini memanfaatkan bahan-bahan daur ulang untuk mendekorasi setiap sudutnya. 

Penampilan depan dari kafe ini sudah terlihat kesan vintage lewat tampilan pintu dan jendela usang yang disusun sedemikian rupa. Meski begitu, kehadirannya menjadi daya tarik tersendiri. Kafe yang dibuka pada Desember 2018 lalu itu juga memodifikasi barang bekas untuk menjadi beragam perabot tampilan baru, seperti meja, kursi, dan lampu.

"Sebenarnya kami tidak berniat untuk mengusung konsep vintage. Kami lebih ke reuse dan recycle. Namun karena memang barang-barang di sini sudah berumur atau jadul, jadinya berkesan vintage," kata Swiss Winnasis, sebagai pemilik Kafe Retrorika, kepada Liputan6.com, Kamis, 18 Februari 2021.

Latar belakangnya yang pernah berkecimpung di bidang konservasi dan pelestarian alam mendorongnya sangat peka terhadap isu lingkungan. Saat memutuskan beralih profesi, ia melihat green house di rumah potensial diubah menjadi kedai kopi yang ramah lingkungan. Ia memanfaatkan barang-barang bekas di rumah yang tak lagi terpakai untuk mengisi kafenya.

"Seiring berjalannya waktu, barang-barang ini makin banyak, karena di lain itu saya suka hunting,. Makanya, jadilah kafe retro ini," ucap Swiss.

Agar tak terkesan jadi seperti gudang, ia memajang beberapa tanaman kaktus dan sukulen di dalam kafe. Tanaman itu digantung dan ditaruh bersebelahan dengan barang-barang antik lain, seperti radio, pelat motor bekas, telepon jaman dulu, mesin ketik, hingga roda besi bekas.

Tentu, kedai kopi ini tak hanya menyediakan suasana menarik. Berbagai jenis makanan dan minuman tersedia, mulai dari kopi, ayam goreng, nasi goreng jawa, mie goreng jawa, dan makanan ringan, jus buah, dan lainnya. Harga menu yang ditawarkan pun terjangkau, berkisar dari Rp8 ribu hingga Rp31 ribu saja.

 

2 dari 2 halaman

Tanpa Kemasan Sekali Pakai

Konsep ramah lingkungan tidak hanya hadir dari pendaurulangan barang-barang tak terpakai. Retrorika Coffee tidak menyediakan tisu, sedotan plastik, dan styrofoam untuk membungkus makanan yang akan dibawa pulang pengunjung.

"Pengganti yang kami gunakan yaitu seperti lap kain yang bisa dicuci dan digunakan ulang, stainless straw, besek bambu untuk membungkus makanannya, gelas serat tebu, dan pembungkus dari kertas untuk snack," jelas Swiss.

Bahkan, pengunjung yang ingin membawa pulang minuman yang dipesan harus membayar biaya tambahan Rp10 ribu untuk membeli botol kaca sebagai tempat minuman. Hanya saja, sampah makanan dari kafe yang sediakan akan diolah kembali untuk dijadikan pupuk kompos masih dibuang langsung ke TPA. Ia beralasan hal itu terjadi karena tempat penampungan sampah sedang bermasalah, untuk sementara sisa makanan tersebut dibuang ke TPA.

Mengingat beroperasi di tengah pandemi Covid-19, Swiss mengklaim tempatnya telah menerapkan protokol kesehatan, yakni dengan mewajibkan tamu dan karyawannya mencuci tangan sebelum masuk serta memakai masker. Meski begitu, ia tidak membatasi jumlah pengunjung, melainkan hanya berusaha mengatur jarak antar-meja pelanggan.

Ia juga mengakui bahwa kedai kopinya belum tersertifikasi CHSE sebagai jaminan restoran benar-benar menerapkan protokol CHSE secara ketat. Ia juga tidak pernah mengajukan sertifikasi CHSE. (Melia Setiawati)