Liputan6.com, Jakarta - Sebuah bungker nuklir di bawah tanah di Devon di Inggrisyang dilengkapi 56 kamar tidur dan studio tua kedap suara sedang dipasarkan. Properti tersebut dijual seharga 435 ribu pound sterling atau sekitar Rp8,6 miliar.Â
Para juru lelang yang menjaga Hope Cove Bunker, dekat Salcombe, mengatakan situs tersebut sebagai hotel potensial. Bungker ini awalnya dibangun pada 1941 sebagai stasiun radar selama Perang Dunia II, dilansir dari The Sun, Senin, 1 Maret 2021.
Advertisement
Baca Juga
Tempat itu kemudian dibangun kembali pada 1950-an sebagai pangkalan pemerintah regional, dan tetap siaga hingga 1990-an, siap menampung 250 pekerja pemerintah jika terjadi serangan nuklir selama Perang Dingin, atau kemudian, serangan Uni Soviet.
Di dalam bangunan itu masih menyimpan peta di ruang operasi lama, yang akan digunakan untuk mengoordinasikan tanggapan apa pun terhadap serangan, serta stasiun radio kedap suara lama tempat siaran yang dibuat untuk publik.
"Itu dirancang untuk disegel, sistem udara daur ulang, dan jika ada radioaktif datang dengan cara ini, itu akan memberi mereka perlindungan," kata seorang juru lelang. "Idenya adalah jika bom meledak, mereka semua akan berkumpul di sini, mereka akan mati di dalam, mereka memiliki cukup minyak di tangki untuk menjalankan generator selama 35 hari." imbuhnya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tempat Simpan Anggur dan Keju
Bungker kembali dipasarkan setelah gagal mencapai harganya pada lelang sebelumnya pada awal Februari ini. Tom Lowe, dari Clive Emson Auctioneers, mengatakan banyak orang tertarik dengan tempat itu. Ada dari mereka yang ingin menggunakannya untuk menyimpan anggur dan keju, ada juga mereka yang melihatnya sebagai area komunitas yang potensial.
Lowe menambahkan bahwa ada bisikan kalau bungker itu datang dengan penghuni hantu. Meski begitu, banyak orang tua dari mantan anggota Angkatan Udara Inggris yang telah kembali mengunjungi tempat itu.
"Sepasang suami istri bercerita tentang pilot masa perang yang biasa menaiki tangga di sini, biasanya di malam hari, langkah kaki menaiki tangga, mengetuk, menggoyangkan gerbang, lalu turun kembali," kata dia.
Advertisement