Liputan6.com, Jakarta - Masa pandemi Covid-19 memunculkan beragam tren dan fenomena, termasuk dalam dunia belanja online hingga soal dompet elektronik atau e-wallet. Frekuensi penggunaan dompet elektronik tercatat kian meroket di masa krisis ini.
Hal tersebut turut ditunjang hasil riset digital dengan studi khusus yang dilakukan Neurosensum. Studi ini melibatkan seribu responden yang merupakan pengguna aktif e-commerce dari delapan kota besar di Indonesia selama November 2020--Januari 2021.
Managing Director, Neurosensum Indonesia, Mahesh Agarwal, menyampaikan, tren terbesar yang terjadi adalah meningkatnya penggunaan e-commerce dan dompet elektronik selama pandemi. Lonjakan pemakaian dompet elektronik ini tidak lepas dari meningkatnya transaksi di ragam e-commerce.
Advertisement
Baca Juga
"Sebanyak 44 persen, hampir setengah dari pengguna dompet elektronik di Indonesia mulai memakainya tahun lalu, yakni setelah Covid," kata Mahesh dalam bincang virtual yang digelar Selasa (2/3/2021).
Penggunaan metode pembayaran dengan dompet elektronik pada periode 3--5 tahun lalu berkisar 10 persen. Sementara, 1--3 tahun belakangan tercatat sekitar 45 persen. "Ini tren yang sangat menarik dan bisa berjalan sangat cepat. Opsi ini dapat berkembang cepat di Indonesia," tambahnya
Research Manager, Neurosensum Indonesia Tika Widyaningtyas, menjelaskan, secara umum, jika dilihat sejak dompet elektronik masuk ke Indonesia, adopsinya tidak secepat setelah pandemi melanda.
"Hampir separuh dari orang yang sekarang memakai e-wallet mereka adalah new adopter, orang yang baru mencoba e-wallet di satu tahun terakhir," ungkap Tika.
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jumlah yang Melesat
Tika melanjutkan, hal menarik lainnya adalah ternyata ketika orang berbelanja online, lebih banyak yang menggunakan pembayaran dengan dompet elektronik ketimbang transfer bank. Sebelumnya, ketika adopsi dompet elektronik belum terlalu besar sehingga kepercayaan masyarakat masih cenderung kecil, banyak yang lebih memilih cash on delivery.
"Tapi, sekarang orang sudah mulai welcome dengan e-wallet, bahkan porsi pembayaran melalui e-wallet jadi lebih besar. Orang lebih bisa nyaman menggunakan e-wallet dibanding cash on delivery. Ada yang masih prefer bank account, tapi e-wallet is definitely growing," tambahnya.
Dari hasil survei ke partisipan riset Neurosensum, tercatat ShopeePay mendapatkan penetrasi pasar tertinggi, yakni 68 persen, diikuti OVO 62 persen, DANA 54 persen, GoPay 53 persen, dan LinkAja 23 persen. Kemudian, terkait jajaran promosi, kedudukannya, yakni ShopeePay 42 persen, OVO 25 persen, GoPay 16 persen, DANA 13 persen, LinkAja 4 persen.
Lebih dari sepertiga responden menganggap bahwa ShopeePay adalah pemain dompet digital dengan pertumbuhan terpesat selama tiga bulan terakhir. Kemudian, diikuti oleh OVO 25 persen, DANA 20 persen, GoPay 17 persen, dan LinkAja empat persen.
Advertisement