Sukses

Cerita Akhir Pekan: Momen-Momen Kritis Pariwisata Indonesia dan Dunia

Virus corona di China menjadi momen kritis dunia pariwisata di dunia, termasuk di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 telah berlangsung selama setahun. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat virus tersebut, tak hanya korban jiwa, tapi juga berdampak secara ekonomi, salah satunya dunia pariwisata, baik domestik dan dunia.

"Pariwisata salah satu industri yang paling terdampak dan paling rapuh terhadap Covid-19, karena pariwisata sangat terkait dengan travel, perjalanan, industri jasa di mana kita harus berinteraksi satu dengan yang lain," ujar pemerhati pariwisata Putu Chris Susanto saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 4 Maret 2021.

Selama setahun, ada momen-momen kritis yang memengaruhi dunia pariwisata. Hal tersebut dimulai pada akhir Desember 2019 lalu dengan adanya berita tentang corona Covid-19 di China.

"Waktu itu di Indonesia belum diumumkan sebagai pandemi. Lama tidak terkonfirmasi adanya kasus. Saat itu orang mulai resah, wisatawan sudah mulai berkurang, terutama tamu-tamu dari Tiongkok. Kemudian adanya pembatasan-pembatasan yang menimbulkan keresahan," ujar Putu.

Dua bulan pertama hingga terkonfimasi adanya kasus di Indonesia, orang mulai merasa-rasa. Putu menuturkan, dari situ kemudian orang mulai saling curiga dan saling menghindari, seperti kasus yang terjadi di Depok.

Kondisi tersebut menimbulkan efek pada dunia pariwisata sebagai industri tersier, yang menghasilkan jasa. Orang mulai merasa was-was dan mengurangi aktivitasnya dalam berwisata. "Nah, setelah ada terkonfirmasi kasus, baru kemudian mulai makin banyak pengurangan (untuk liburan)," ujar dosen manajemen di Universitas Dhyana Pura, Bali.

Saat itu, orang masih meraba-raba, apa yang harus dilakukan apa yang tidak boleh dilakukan. Dari situ orang mulai fokus pada kesehatan dan pemulihan-pemulihan perekonomian, mulai dari yang primer, sekunder, dan tersier.

"Pada awal-awal tahun itu, saya masih ingat ada kegiatan launching, ada Menparekraf datang ke Bali memberikan diskon untuk tiket pesawat, memperpanjang cuti, untuk meningkatkan gairah pariwisata domestik," kata Putu.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 4 halaman

Hilangnya Kesempatan

Pada bulan-bulan berikutnya  Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meluncurkan CHSE untuk membangkitkan perekonomian dari sektor pariwisata. CHSE adalah penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan)

"Ciri-ciri industri pariwisata itu perjalanan, keramahtamahan, interaksi satu sama lain, kedekatan satu sama lain, itu sulit dilakukan saat pandemi. Kita harus menjaga jarak, mengurangi perjalanan, menghindari kerumuman. Itu bertolak belakang dengan industri pariwisata," kata dia.

Kondisi itu yang membuat hilangnya kesempatan (miss opportunity). Hilangnya kesempatan terbesar terjadi pada Mei--Juni 2020, kata Putu, saat itu merupakan momen saat orang  seharusnya libur Lebaran, tapi batal karena Covid-19.

"saat itu juga liburan anak-anak sekolah dan juga di negara-negara lain. Kalau di Australia itu liburan winter, sementara mereka yang ada di bumi bagian utara, mereka liburan summer. Itu biasanya waktu orang-orang berlibur," kata Putu.

Hilangnya kesempatan itu bagi industri pariwisata sangat terasa, seperti di Bali. Seharusnya, saat itu mereka masuk dalam high season, tapi tak terjadi karena pandemi.

"Bagi saya itu, itu sangat berat. Hilangnya kesempatan terjadi pada Natal dan Tahun Baru (Nataru). Seharusnya momen tersebut jadi kesempatan untuk mendapatkan keuntungan," tandas Putu.

3 dari 4 halaman

Pariwisata Dunia

Momen kritis pariwisata di dunia tak lepas dari munculnya virus corona tersebut di Wuhan, China. Infeksi virus itu seketika memaksa Negara Tirai Bambu itu menerapkan penguncian wilayah (lockdown) pada akhir Desember 2019.

Kasus Covid-19 di luar China pun mengalami peningkatan drastis. Kemudian pada 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kasus corona yang menyebabkan Covid-19 merupakan pandemi.

Sejak itu berbagai negara mulai melakukan penangguhan beberapa visa hingga April 2020. Penangguhan tersebut sebagai upaya pencegahan pencegahan menyebarnya Covid-19.

Maskapai penerbangan internasional pun mulai mengurangi jam terbangnya. Sejumlah maskapai mengurangi jam terbangnya antara lain adalah Qatar Airways, Finnair, dan lainnya.

Usai WHO menyatakan Covid-19 sebagai pandemi, sejumlah negara melakukan lockdown. Selain China, Italia juga menerapkan lockdown. Alasannya karena jumlah korban terlalu banyak. Selain itu, Polandia juga mengumumkan lockdown pada 13 Maret 2020.

Negara yang lain adalah Irlandia, El Salvador, Spanyol, Denmark, Filipina, Prancis, Selandia Baru, Belgia, Malaysia, Inggris, Jerman, India. Kondisi tersebut membuat pergerakan orang pun dibatasi hingga menimbulkan dampak yang sangat besar pada dunia pariwisata.

Pariwisata global terpuruk akibat pandemi Covid-19. Berbagai pembatasan sosial membuat tingkat kunjungan wisatawan anjlok. Secara global terjadi penurunan kedatangan turis mancanegara di berbagai negara hingga 700 juta orang. Akibatnya, sektor pariwisata secara global mengalami kerugian sebesar 730 miliar AS.

"Kira-kira ada 700 juta orang berkurangnya kedatangan turis (mancanegara) di berbagai dunia dan menyebabkan kerugian USD 730 miliar," kata Ekonom Senior Indef, Faisal Basri, seperti diberitakan kanal bisnis Liputan6.com.

 

4 dari 4 halaman

5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi