Liputan6.com, Jakarta - Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Begitulah ungkapan yang merepresentasi Upcycling Project alias proyek daur ulang kolaborasi Uniqlo dan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), yakni Badan PBB untuk menangani masalah pengungsi.Â
Dalam proyek itu, dua persoalan secara simultan berusaha ditangani, yakni pengungsi perempuan dan potensi sampah dari kain-kain sisa. Para pengungsi perempuan dalam situasi rentan diberdayakan untuk mengolah sampah kain jadi sesuatu yang berguna.
Advertisement
Baca Juga
"Upcycling Project ini merupakan bentuk dukungan kami terhadap lingkungan, komunitas, dan pemberdayaan perempuan melalui UNHCR dengan melibatkan mereka, para pengungsi perempuan, untuk memproduksi berbagai aksesori menggunakan sisa kain yang dikumpulkan di toko Uniqlo Indonesia," kata Yugo Shima, Co-Chief Operating Officer PT. Fast Retailing Indonesia, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin, 8 Maret 2021.
Uniqlo berharap pelibatan itu bisa menambah keterampilan para pengungsi perempuan sekaligus mendorong mereka untuk belajar dan berkembang. Di samping itu, label fesyen tersebut juga bisa menekan jumlah limbah yang dihasilkan dari produksi pakaian.
Sisa kain yang dimanfaatkan adalah bahan denim dan material lain dari proses pemotongan bahan alias hemming. Peritel asal Jepang itu memang menyediakan layanan jasa potong, entah saat busana kebesaran maupun kepanjangan, bagi konsumen.
Uniqlo bekerja sama dengan UNHCR dan mitra pelaksananya, Liberty Society, dalam pemberdayaan pengungsi perempuan. Mereka dilatih untuk memproduksi aksesori, kantong, dan tempat kartu dari kain-kain sisa.
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Investasi untuk Perempuan
Hasil penjualan produk hasil daur ulang itu kemudian diinvestasikan kembali oleh Liberty Society. Tujuannya adalah memberi manfaat lebih lanjut bagi para wanita dengan meningkatkan jam kerja, pendapatan, dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Selain meningkatkan keterampilan, lembaga itu juga menyediakan kelas bahasa Inggris, kelas bahasa, dan kelas dukungan psikososial, seperti seni, untuk mendukung kualitas hidup lebih baik bagi setiap wanita.
Kolaborasi antara Fast Retailing Co. Ltd., induk perusahaan Uniqlo, dengan UNHCRÂ berawal pada 2006. Kerja sama berlanjut antara Uniqlo Indonesia dan UNHCR di tahun 2016. Sejak saat itu, kemitraan ini telah berkembang, baik dalam cakupan maupun skala, untuk memberi dampak bagi pengungsi di seluruh dunia.
Pemberdayaan pengungsi juga pernah dilakoni label fesyen Indonesia, Markamarie, lewat Benang Project. Dalam proyek tersebut, pihak label menyediakan pelatihan fesyen bagi para pengungsi internasional. Berbagai keterampilan diberikan, seperti mendesain, membuat pola, menjahit, teknik pemotretan, serta fashion show.
Meski belum sempurna, hasil karya mereka yang berkolaborasi dengan Markamarie sudah tampil di empat negara. "Pertama tampil di Jakarta, kemudian di Paris. Dari Paris, aku bawa ke Turki. Setelah itu bawa ke Dubai," kata Franka Soeria, founder Markamarie, pada Liputan6.com, 2018 lalu.
Advertisement