Liputan6.com, Jakarta - Jepang tak hanya dikenal dengan beragam inovasi menarik, namun juga soal reputasi yang pilih-pilih penampilan para siswa sekolah. Satu di antaranya adalah detail berpakaian dengan aturan siswa harus mengenakan pakaian dalam berwarna putih polos di Nagasaki.
Dilansir dari laman Soranews24, Selasa (9/3/2021), regulasi itu bukan berlaku untuk semua sekolah di Jepang. Bahkan, di kalangan masyarakat Negeri Sakura, ada yang menganggap aturan itu keterlaluan.
Kendati demikian, ada institusi pendidikan yang menerapkan regulasi tersebut. Untuk mengetahui seberapa banyak, Dewan Pendidikan Prefektur Nagasaki membuat studi pada sekolah menengah umum dan sekolah menengah di dalam prefektur.
Advertisement
Baca Juga
Studi menemukan bahwa mengenakan pakaian dalam putih saat sekolah ternyata peraturan yang sangat umum. Dari 238 sekolah yang diperiksa, sebanyak 138 sekolah atau 58 persen, mencantumkan pakaian dalam putih sebagai aturan berpakaian ke sekolah.
Namun, jumlah tersebut mungkin akan menurun dalam waktu dekat, karena dewan menganggap aturan itu memprihatinkan. Dewan juga percaya, dengan mempertahankan kebijakan itu, sekolah mungkin akan membuka diri terhadap keluhan pelanggaran hak-hak siswa.
Pengadilan distrik baru-baru ini menegakkan otoritas sekolah untuk melarang siswanya mengeringkan rambut demi menjaga disiplin. Mungkin tak sedikit orang yang berasumsi lembaga pendidikan tidak perlu khawatir soal tantangan otoritas mereka untuk menentukan warna pakaian dalam.
Hal ini dikarenakan warna putih seolah ditentukan sedemikian rupa sehingga bra perempuan tidak akan terlihat lewat blus seragam mereka. Tapi, kata-kata spesifik dari tata berpakaian bukanlah "pakaian dalam tidak boleh terlihat," tetapi "pakaian dalam harus putih," sehingga memerlukan pemeriksaan kepatuhan, terlepas dari apakah pakaian dalam siswa terlihat atau tidak.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tuai Kontroversi
Di beberapa sekolah, seorang guru secara berkala menarik tali bra siswa perempuan melalui kerah mereka untuk memeriksa warnanya. Seorang gadis sekolah menengah di Nagasaki juga melaporkan seorang guru perempuan akan masuk ke ruang ganti, sementara para gadis itu mengganti pakaian mereka kelas pendidikan jasmani.
Di Jepang, anak laki-laki dan perempuan mengganti pakaian untuk kelas pendidikan jasmani di ruang terpisah. Hal ini dikarenakan sekolah di Negeri Matahari Terbit tidak memiliki ruang loker khusus gym.
Dengan berfokus pada pilihan warna, alih-alih menghasilkan visibilitas atau ketiadaan, sekolah pada dasarnya memberikan otoritas kepada diri mereka sendiri untuk melihat pakaian dalam siswa, dan juga memaksa siswa memberi tahu guru, teman sekelas, dan staf sekolah soal warna bra dan celana dalam yang mereka kenakan pada hari-hari sekolah.
Hal-hal ini yang menjadi perhatian dewan. Maka, pada awal bulan, pemberitahuan dikirim ke sekolah-sekolah di seluruh prefektur meminta mereka untuk memeriksa ulang tidak hanya tata cara pakaian mereka, tetapi juga kebijakan perilaku siswa mereka secara umum. Juga melihat aturan yang perlu dipertimbangkan kembali atau direvisi sehubungan dengan bagaimana mereka berdampak pada siswa dan nilai-nilai masyarakat yang muncul.
"Sekolah-sekolah yang memiliki peraturan soal pakaian dalam berwarna putih umumnya telah memberlakukannya sejak lama," kata juru bicara Departemen Pendidikan Nagasaki.
"Karena keyakinan tentang hak individu berubah, sekolah perlu secara aktif meninjau ulang kebijakan mereka," tambahnya. Pemberitahuan dewan juga meminta revisi yang perlu dilakukan usai diskusi dan survei dengan siswa dan orangtua, dengan mempertimbangkan pendapat mereka soal masalah tersebut.
Advertisement