Sukses

6 Fakta Menarik Seputar Malang Raya, dari Bahasa Terbalik sampai Surga Kuliner

Malang Raya itu meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.

Liputan6.com, Jakarta - Malang Raya atau kawasan metropolitan Malang merupakan daerah di Jawa Timur yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang dan yang terakhir adalah Kota Batu yang dulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang.

Malang Raya adalah daerah yang berkembang dan punya beragam potensi, baik alam, wisata, ekonomi maupun bidang lainnya. Pada era kolonial Belanda, Malang Raya merupakan daerah yang berbentuk karesidenan, bentuk lama dari wilayah Karesidenan Malang.

Malang memiliki luas sebesar 3,882.44 km persegi, yang terletak di wilayah tengah Jawa Timur dan bagian timur metropolitan, serta merupakan bagian dari wilayah Tapal Kuda Jawa Timur. Kawasan Malang Raya juga terkenal sebagai markas dari salah satu klub sepak bola terbesar di Indonesia yaitu Arema FC.

Selain itu, masih banyak hal-hal menarik lainnya tentang Malang. Dilansir dari beragam sumber, berikut enam fakta menarik seputar Malang yang dikutip dari berbagai, Selasa, 9 Maret 2021.

1. Asal Usul Malang Raya

Pada zaman kolonial Belanda, Malang Raya berbentuk karesidenan yang terdiri dari empat kota yakni Malang, Batu, Pasuruan, dan Probolinggo. Sedangkan, kabupaten terbagi menjadi Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang.

Kini, Malang Raya hanya terdiri dari wilayah dataran tinggi Malang, yaitu Malang, Batu, dan Kabupaten Malang. Kawasan Malang Raya dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata religi, alam, maupun buatan manusia yang terkemuka di Jawa Timur maupun Indonesia.

2. Punya Dialek dan Bahasa yang Unik

Masyarakat Malang Raya sama seperti penduduk Kota Malang mempunyai bahasa khasnya yang disebut sebagai Boso Walikan. Bahasa ini merupakan percakapan khas Malang yang berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya.

Boso Walikan arti yaitu membalikkan penulisan atau pengucapan kata. Konon bahasa khas warga Malang Raya ini sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Maka pada masa itu, Boso Walikan ini dijadikan sebuah kode bicara oleh para pejuang.

Tujuannya agar percakapan yang mereka bicarakan sulit dipahami oleh para tentara Belanda. Salah satu contoh Boso Walikan yaitu, “makan” dibalik menjadi “nakam”, “ngais” atau “siang”, “malang atau ngalam” dan masih banyak lagi.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

3. Museum Angkut dan Musik

Museum kerap identik dengan nuansa yang membosankan, karena didesain dengan tampilan yang monoton. Namun, berbeda dengan tempat wisata kota Batu Malang yang satu ini, yaitu Museum Angkut.

Pasalnya, Museum Angkut ini justru menawarkan konsep modern yang seru untuk dijadikan tempat berlibur, mulai dari menemukan berbagai macam alat transportasi yang ada di seluruh dunia, sampai spot unik untuk berswafoto. Wisatawan juga akan dibuat kagum dengan berbagai atraksi menarik seperti Buckingham Palace, Presidential Helicopter, Gangster Town, dan sebagainya.

Selain itu, ada Museum Musik Indonesia yang tak kalah menarik, terutama bagi penyuka musik. Museum ini diresmikan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI pada November 2016 dan menempati lantai 2 Gedung Kesenian Gajayana di Jalan Nusakambangan, Kota Malang.

Museum ini mempunyai puluhan ribu koleksi berupa piringan hitam (vinyl), kaset, CD, instrumen musik, majalah, buku baik dalam negeri maupun luar negeri. Semua koleksi yang ada masih dalam kondisi bagus dan dapat didengarkan.

4. Kota Sejuta Sejarah

Malang Raya dikenal akan deretan cerita bersejarahnya yang panjang. Dimulai masa Hindu--Buddha, beberapa kerajaan ternama di Nusantara berdiri di wilayah Malang Raya.

Siapa yang tidak tahu Kerajaan Singosari dengan Ken Arok sebagai raja pertama? Ada pula Kerajaan Kanjuruhan. Hingga kini, beberapa situs bersejarah peninggalan kerajaan masih berdiri, seperti Candi Badut, Candi Singosari, dan Candi Sumberawan.

Malang juga menyimpan sejarah masa kolonial. Sejumlah bangunan Belanda masih kokoh berdiri, beberapa difungsikan sebagai hotel atau tempat publik lainnya.

Tak hanya itu, terdapat juga berbagai museum bersejarah seperti Museum Zoologi Frater Vianney, Museum Brawijaya, Museum Mpu Purwa, dan beberapa peninggalan sejarah lainnya.

3 dari 4 halaman

5. Kota Pelajar

Selain Yogyakarta, Malang Raya juga dikenal sebagai Kota Pelajar karena menjadi salah satu tujuan utama bagi pelajar yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi. Di Malang ada sekitar 40 perguruan tinggi, seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, UIN Maliki, dan Universitas Muhammadiyah Malang yang banyak menjadi tujuan para pelajar unggulan.

Selain itu, Malang Raya juga dikenal sebagai kawasan yang religius yang terbukti beberapa pusat pendidikan agama berada di sini. Di antaranya, Pesantren Gading yang merupakan salah satu tertua di Indonesia, Sekolah Tinggi Agama Hindu Santika Dharma, dan Seminari Alkitab Asia Tenggara.

Di samping itu terdapat juga Universitas Islam Raden Rahmat Malang yang terletak di Kepanjen. Kampus ini menjadi universitas termuda di Malang Raya dan terbesar di Kabupaten Malang.

6. Gudang Kuliner Lezat

Soal kuliner, makanan khas Malang Raya tentunya tidak boleh dilewatkan. Beberapa makanan khas Malang ini bahkan sudah sangat populer serta dicap sebagai makanan legendaris, seperti Cwie Mie, Sego Resek, Sate Gebug, serta Bakso Malang.

Cwie mie merupakan salah satu makanan khas Malang Raya yang populer yaitu mi berbentuk tipis yang dibumbui dengan minyak ayam dan disajikan bersama daging ayam cincang, sawi rebus, bawang goreng, acar mentimun rawit, irisan daun bawang, dan kerupuk pangsit.

Selanjutnya, Sego Resek adalah nasi yang di dalamnya banyak isian, seperti kecambah, kubis, daun bawang. Beberapa topping dihidangkan berupa ayam goreng suwir, jeroan, dan juga telur yang digoreng.

Ada juga Sate Gebug. Satai ini terbuat dari daging sapi yang digebug atau dipukul-pukul terlebih dahulu sebelum dibakar. Sate gebug berukuran jumbo, rasanya gurih manis, dan teksturnya sangat empuk. Selain itu, masih ada banyak lagi kuliner khas Malang maupun tempat makan yang tak kalah enak.  (Melia Setiawati)

4 dari 4 halaman

Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja