Sukses

Cerita Wanita Malaysia yang Sempat Dikucilkan karena Terlahir Tanpa Rahim

Terlahir tanpa rahim membuat wanita asal Malaysia ini merasa berbeda dengan teman sebayanya.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita asal Malaysia bernama Wani Ardy baru-baru ini menjadi sorotan setelah membagikan cerita mengharukan sekaligus inspiratif mengenai kehidupannya. Wani mengaku terlahir dengan kondisi langka bagi tiap wanita, yaitu tidak memiliki rahim.

Dilansir dari Hindustan Times, 4 Maret 2021, kondisi tersebut awalnya diketahui saat Wani berkonsultasi dengan beberapa dokter pada saat usianya masih 17 tahun. Ia berkonsultasi dengan beberapa dokter lantaran saat itu dia tidak kunjung menstruasi.

Usai memeriksa kondisi Wani Ardy, semua dokter mengatakan hal yang sama, yaitu dia tidak memiliki rahim. Kesimpulan medis itu kabarnya sempat membuat para dokter bingung. Mereka tidak tahu penyebab pasti kenapa wanita berusia 37 tahun tersebut mengalami kondisi langka itu.

Tak kunjung mendapat penjelasan yang memuaskan, Wani pun merasa terkucilkan. Ia juga merasa bahwa kondisi itu berbeda dengan teman-teman sebayanya.

"Saat remaja saya merasa sangat terkucilkan karena kondisi itu, saya tahu saya berbeda," ucap wanita yang berprofesi sebagai penulis dan juga pemain teater itu.

Di usia 20-an, Wani akhirnya baru paham bahwa kondisi langka tersebut dikenal sebagai ssindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH). Ini adalah sindrom ketika ketika organ seks internal seperti rahim atau vagina tidak ada atau kurang berkembang saat lahir.

MRKH merupakan kondisi langka yang terjadi pada 1 dari 5.000 wanita dan sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Terlebih, menurut Wani, pembicaraan tentang kesehatan seksual masih dianggap tabu di Malaysia.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Mendirikan Komunitas

Karena kondisi itu, ia kerap merasa malu atau enggan mencari bantuan maupun pengobatan yang memadai. Selama bertahun-tahun, barulah pada 2014, Wani memutuskan untuk berani membuka diri kepada publik. Itu pun setelah bergabung dengan komunitas online di Amerika Serikat yang mendukung para perempuan dengan kondisi MRKH.

"Saya pikir kalau saya bisa bisa berbagi pengalaman dengan seseorang yang mengalami kondisi serupa merupakan hal yang sangat mengagumkan. Karena saya bisa berbagi edukasi, pengalaman, dan juga budaya," ungkap Wani.

Tak lama setelah mengumumkan kondisinya ke publik, Wani mendirikan komunitas dukungan yang kini sudah memiliki 200 anggota dari beberapa negara; seperti Malaysia, Indonesia, dan Singapura. Aksi Wani pun mendapat pujian dari banyak dokter karena dinilai telah meningkatkan kesadaran terhadap MRKH dan kondisi kesehatan seksual lainnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu