Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Bima merupakan daerah yang terletak di ujung timur Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Daerah ini sempat menjadi perbincangan setelah kekasih baru Kaesang Pangarep disebut-sebut sebagai keturunan bangsawan Bima.
Bima merupakan nama leluhur raja-raja Bima pertaama. Sekitar abad 17--19, Bima menjadi kerajaan terpenting di Pulau Sumbawa sekaligu di kawasan Sunda Kecil. Bima juga dikenal dengan nama Mbojo yang berasal dari kata Babuju. Kata itu berarti tanah tinggi atau tempat bersemayamnya raja-raja ketika dilantik dan disumpah, terletak di Kampung Dara.Â
Advertisement
Baca Juga
Dengan luas 222,25 kilometer persegi, warga Bima masih menggunakan bahasa daerah mereka untuk berkomunikasi sehari-hari. Masyarakat setempat juga masih menjaga warisan leluhur dan menjadi cerminan keteguhan masyarakatnya. Apa lagi yang menarik dari Bima? Berikut enam di antaranya seperti dirangkum Liputan6.com, dari berbagai sumber, Rabu, 10 Maret 2021.
1. Penutup Kepala Khas Perempuan Bima
Sebelum hijab menjadi istilah populer seperti saat ini, perempuan Bima lebih dulu menutup kepalanya dengan busana tradisional mereka yang disebut Rimpu. Busana itu mulai dikenakan sejak masuknya Islam ke Bima yang dibawa oleh para pemuka agama dari Gowa, Makassar.
Rimpu merupakan tradisi menggunakan sarung tenun khas Bima bernaa tembe nggoli untuk jadi penutup kepala. Cara pemakaiannya membutuhkan dua lembar kain, yaitu satu lembar kain pertama untuk kepala dan kain kedua untuk dijulurkan hingga ke perut menutupi lengan dan telapak tangan.
Terdapat dua aturan penggunaan Rimpu. Pertama, rimpu yang hanya memperlihatkan bagian mata dan telapak tangan untuk perempuan yang belum menikah, sedangkan perempuan yang sudah menikah atau berkeluarga diperbolehkan memakai rimpu dengan memperlihatkan wajah.
2. Tradisi Tenun Berusia Ratusan Tahun
Bima memiliki sentra kerajinan tenun sejak Kerajaan Bima berdiri, yakni pada abad ke-17. Pusatnya berada di kawasan Rabadompu. Kain tenun yang disebut tembe nggoli terbuat dari benang kapas atau katun. Kain tenun biasanya dijadikan sarung yang berwarna cerah dengan motif khas.
Motif tenun Bima yang terkenal yakni suri kakandau atau tunas rebung dan gusuwarung. Suri kakandau menggambarkan sejarah perjuangan Bima saat melawan Belanda dengan menggunakan bambu runcing dan digunakan untuk acara pernikahan. Sedangkan, motif gusuwarung menggambarkan kehidupan keseharian masyarakat Bima yang mencari kepiting di pantai.
Tembe Nggoli memiliki beberapa keistimewaan, seperti bahannya halus, tidak mudah sobek, dan dapat menghangatkan tubuh. Proses pembuatan selembar sarung bisa mencapai 20 hari. Harga sehelai kainnya berkisar Rp150 ribu hingga Rp400 ribu.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
3. Penghasil Bawang Merah Terbaik di Indonesia Timur
Bima ternyata menjadi salah satu daerah penghasil bawang merah terbaik di wilayah timur Indonesia. Penanaman bawang merah di Bima dapat dilakukan sepanjang tahun, tanpa memandang musim. Metode penanaman yang dilakukan di Bima cukup sederhana yaitu hanya dengan mengolah tanah secara minimum kemudian dibuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam.
Sedangkan, di daerah lain harus memerhatikan musim. Jika musim hujan, bawang merah tidak bisa ditanam. Maka, tak heran bila produksi bawang merah di Bima melimpah. Tingkat produksi rata-rata setiap tahunnya mencapai 80--100 ribu ton atau berkontribusi sekitar 34,73 persen dari kebutuhan nasional.Â
Sejauh ini, Provinsi Jawa Tengah menjadi sentra bawang merah terbesar di Indonesia, sedangkan Nusa Tenggara Barat (NTB) menempati posisi ke-4 dari 10 besar daerah penghasil bawang merah. Penghasil bawang merah di Provinsi NTB terutama terdapat di Kabupaten Bima yang terdiri dari 18 kecamatan.
4. Balap Kuda atau Pacuajara
Keunikan Bima lainnya, yaitu balap kuda yang digelar setiap Ahad pagi. Balap kuda atau Pacuajara yang dilakukan setiap Ahad ini termasuk kelas latihan untuk ke tingkat yang lebih tinggi seperti tingkat pemerintah kota atau yang melibatkan semua kota/kabupaten di Pulau Sumba. Menariknya, dalam sesi latihan balap tersebut melibatkan joki anak-anak yang usianya tidak lebih dari 12 tahun.
Tempat pacuan kuda yang terkenal adalah di Arena Pacuan Kuda Panda. Umumnya, lomba digelar setiap Agustus dan melibatkan ratusan kuda pilihan dari setiap pelosok Pulau Sumba. Lomba semakin meriah karena setiap kuda memiliki penggemar.
Â
Â
Advertisement
5. Masjid Terapung di Atas Laut
Masjid terapung Bima atau Masjid Terapung Amahami merupakan masjid yang berada di atas laut di Pantai Amahami, Kota Bima. Tepatnya berada di Jl. Sultan Muhamad Salahuddin, Belo, Kota Bima, provinsi Nusa Tenggara Barat.
Masjid Apung Amahami adalah sebuah karya arsitektur eksplorasi elaborasi lokalitas, tropikalitas, dan nilai-nilai agama. Ide arsitektur masjid apung muncul dari Wali Kota Bima yang kemudian dikembangkan sebagai ikon selamat datang ke kota tersebut.
Bangunan dengan konsep segi delapan atau gusuwaru menunjukkan delapan nilai kebaikan dan dikombinasikan dengan desain bintang Al-Quds, simbol terkenal dalam ajaran Islam. Bangunan ini didominasi warna putih, abu-abu, dan kubah berwarna biru yang berada di teluk Pantai Amahami.
6. Makanan Khas Bima
Makanan khas Bima belum sepopuler makanan daerah lain. Tapi, bila berkunjung ke sana, jangan lepaskan kesempatan untuk mencicipi uta sepi tumis. Makanan khas Bima ini menggunakan udang kecil atau udang rebon yang ditumis bersama bahan lain seperti tomat, cabai, asam muda, dan juga kemangi. Makanan ini banyak disukai warga Bima karena bercita rasa gurih, manis, dan pedas.
Selanjutnya ada sayur sambi atau ro’o sambi yaitu makanan khas Bima yang bahan utamanya dari daun kosambi atau kesambi yang dimasak dengan bahan lain seperti tulang dan daging rusa atau sapi, bahkan kerbau. Sayur ini diyakini bermanfaat bagi kesehatan dan memiliki rasa unik dan gurih. (Melia Setiawati)
Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama 2021
Advertisement