Sukses

Dolce & Gabbana Tuntut Diet Prada Atas Kontroversi Unggahan Anti-China

Narasi anti-China itu menyeruak menjelang fashion show Dolce & Gabbana di Shanghai pada November 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Buntut kasus menghebohkan pada 2018, lini mode mewah Dolce & Gabbana menggugat pendiri Diet Prada, akun Instagram yang mengunggah ulang komentar anti-China yang dikaitkan dengan salah satu desainer pihaknya.

Melansir laman South China Morning Post, Kamis (11/3/2021), menjelang peragaan busana di Shanghai pada November 2018, merek fesyen tersebut merilis video promosi di media sosial. Klip itu, oleh banyak pengguna internet di dalam dan di luar Tiongkok, dianggap menyinggung.

Stefano Gabbana, salah satu pendiri label, secara pribadi mengirim pesan kepada seorang wanita Asia-Amerika yang telah menyampaikan kekhawatiran tentang video yang dianggap merendahkan komunitas Asia. Dalam pertukaran pesan, Gabbana melontarkan hinaan padanya dan orang-orang China.

Tapi, Gabbana kemudian mengatakan bahwa akun Instagram-nya telah diretas. Sementara, Diet Prada, yang dikenal karena menyebut label fesyen untuk berbagai masalah, termasuk perampasan budaya dan perilaku yang tidak pantas, menerbitkan pertukaran pesan tersebut.

Itu akhirnya menyebabkan protes publik, berujung pada pembatalan pergelaran busana di Shanghai. Gabbana juga secara permanen menghapus akun Instagram-nya di tengah seruan untuk memboikot merek tersebut di China dan seluruh dunia.

Lebih dari dua tahun setelah peristiwa tersebut, terungkap bahwa rumah mode Italia itu telah menggugat Tony Liu dan Lindsey Schuler, pendiri Diet Prada.

"Kami mengajukan pembelaan atas kebebasan berbicara kami sebagai jawaban klaim pencemaran nama baik yang dibawa ke pengadilan Milan oleh Dolce & Gabbana," kata Liu dan Schuler dalam sebuah unggahan Instagram.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Tuntutan Ganti Rugi

Pendiri Diet Prada mengungkap bahwa merek tersebut menuntut mereka membayar ganti rugi sebesar 3 juta euro (Rp51 miliar) untuk Dolce & Gabbana dan 1 juta euro (Rp17 miliar) untuk Stefano Gabbana.

Fashion Law Institute yang berbasis di Fordham Law School, New York, Amerika Serikat mengoordinasikan pembelaan keduanya melalui klinik pro bono bekerja sama dengan firma hukum Italia AMSL Avvocati.

Menurut Associated Press, rumah mode tersebut juga mencari ganti rugi sebesar 450 juta euro (Rp7,7 triliun) yang dihabiskan untuk memulihkan citra merek sejak 2018 dan lebih dari 8,6 juta euro (Rp147 miliar) untuk pembatalan pertunjukan Shanghai.  Juga, 8,6 juta euro lainnya untuk pengeluaran staf dan 89,6 juta euro (Rp1,5 triliun) untuk kehilangan penjualan Asia dari November 2018 hingga Maret 2019.

Liu dan Schuler pun telah memulai banding GoFundMe untuk membantu menutupi biaya hukum mereka, dan sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 38 ribu dolar Amerika Serikat (AS) (Rp546 juta).

3 dari 3 halaman

Pakai Masker Boleh Gaya, Biar COVID-19 Mati Gaya