Sukses

Buntut Larangan Impor Nanas Taiwan oleh China, dari Perubahan Resep Kuliner Klasik sampai Tantangan Media Sosial

Berbagai upaya ini merupakan bentuk dukungan pada petani nanas Taiwan karena tak bisa mengimpor dagangannya ke China.

Liputan6.com, Jakarta - Beef noodle soup klasik Taiwan kini memiliki sentuhan rasa manis-asam karena ditambahkan nanas. Perubahan itu ternyata merupakan bentuk dukungan terhadap para petani nanas yang dilarang mengimpor dagangan mereka ke China.

Koki asal Taipei, Hung Ching Lung, menciptakan menu tersebut di restorannya yang terkenal, Chef Hung. Langkah yang dilakukan, menurutnya, adalah upaya sederhana untuk mendukung para petani nanas lokal.

Melansir laman Japan Today, Sabtu, 13 Maret 2021, buah nanas jadi simbol bermuatan politik setelah China melarang impor nanas Taiwan pada 1 Maret 2021 dengan alasan hama. Sebagai tanggapan, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memulai tantangan media sosial bertajuk "Makan nanas Taiwan sampai Anda begah," meminta orang-orang mendukung petani lokal.

Kampanye tersebut telah memicu kegilaan media sosial, bahkan di kalangan politisi Taiwan. Politisi dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa dan oposisi, Partai Nasionalis, berbondong-bondong mengunggah konten nanas dalam berbagai narasi.

Para juru masak, seperti Hung, pun bergegas membuat hidangan yang mengandung nanas. Bola udang nanas, salad nanas pinang, dan hidangan klasik, seperti nasi goreng dengan nanas, hanyalah beberapa contoh inovasi restoran dan hotel di Taiwan.

Hung mengatakan, ia dan tim menghabiskan tiga hari menguji cara memasukkan nanas ke dalam sup mi daging, dan itu butuh sekitar 10 kali percobaan. "Pertama kali kami mengujinya saat dimasak dalam sup, rasanya sangat manis, tidak bisa dimakan dan terasa benar-benar seperti nanas," katanya.

Eksperimennya baru berhasil setelah memisahkan jus dari buah nanas selama proses memasak. Cara itu akhirnya menghilangkan rasa manis yang akan mengalahkan rasa daging sapi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Menarik Solidaritas

China menyangkal langkah melarang nanas Taiwan bermotif politik. Juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing mengatakan bahwa keputusan itu adalah "tindakan keamanan hayati normal yang sepenuhnya masuk akal dan perlu."

Meski ada keriuhan, larangan nanas sejauh ini tidak berdampak drastis pada petani Taiwan. Sehari setelah larangan diberlakukan, Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan bahwa jumlah nanas yang dibeli bisnis domestik dan warga melebihi jumlah yang seharusnya dijual ke China.

Pemerintah juga menjanjikan subsidi senilai 35 juta dolar Amerika Serikat (Rp503) miliar untuk membantu para petani. Pihaknya pun mengatakan telah menerima pesanan dari Jepang, Australia, Singapura, Vietnam, dan negara-negara Timur Tengah.

Menurut Dewan Pertanian Taiwan, setiap tahun, Taiwan memproduksi sekitar 420 ribu metrik ton nanas. 90 persen di antaranya dijual di pulau itu sendiri. Kemudian, sekitar 10 persen dari produksi tahunan itu dijual ke luar negeri, dan China mendominasi pembelian tersebut.

Masih belum jelas apakah lonjakan pesanan dalam negeri baru-baru ini dan pesanan dari luar negeri akan menebus larangan China dalam jangka panjang. Namun, dalam jangka pendek, hal tersebut telah menarik perasaan patriotik dari sebagian warga Taiwan.

"Kami semua mencoba menemukan cara untuk membantu para petani," kata Alice Tsai yang mampir ke restoran Hung untuk mencoba sup mi daging nanas yang menurutnya sangat enak. "Suatu hari saya pergi ke supermarket dan menemukan bahwa semua nanas terjual habis, dan saya merasa sangat tersentuh. Setiap orang memiliki perasaan solidaritas ini." (Melia Setiawati) 

3 dari 3 halaman

9 Waktu Tepat Cuci Tangan Hindari COVID-19