Liputan6.com, Jakarta - Di era digital seperti saat ini, podcast adalah kata atau istilah yang tentu sudah tidak asing terdengar di telinga. Bahkan di kalangan anak muda, podcast sendiri sudah begitu populer. Bagi penggemarnya, podcast adalah cara yang bisa dilakukan untuk menikmati konten menarik dari seluruh dunia secara gratis.
Di sisi lain, bagi para kreator, podcast adalah cara yang sangat efektif dalam menjangkau banyak pendengar. Media podcast atau siniar belakangan ini memang semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Kehadiran podcast dinilai dapat menjawab rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap media audio konvensional yang tidak dapat diputar setiap saat.
Terhitung sejak 2017, industri podcast dinilai mengalami perkembangan yang cukup signifikan, baik dari segi pendengar maupun pembuat konten. Selain itu, program tayangan YouTube dengan format podcast bukan barang baru lagi. Mulai dari tema serius hingga santai bertaburan bak jamur di musim hujan.
Advertisement
Baca Juga
Dan imbasnya, para pembuat podcast seolah 'bertarung' membuat konten mereka bisa menghadirkan sebuah tayangan kontroversial guna menarik pemirsa. Coba menyuguhkan alternatif tontonan yang punya nilai edukasi, aktivis yang juga mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sulawesi Tengah periode 2004-2009, M Ichsan Loulembah juga meluncurkan podcast yang diberi tajuk 'Kosakata'.
Tentang program podcast yang makkin menjamur, bahkan seolah 'bertarung' membuat konten dan menghadirkan sebuah tayangan kontroversial guna menarik pemirsa, Ichsan dengan santai menyebut jika podcast 'Kosakata' tidak mengejar sisi kontroversial itu.
"Biarkan saja mengalir apa adanya. Biar pemirsa banyak pilihan. Tema besarnya podcast ini sebagai sebuah refleksi dan membangun ingatan," ujar Ichsan di Jakarta, Selasa (16/3/2021).
Ia pun mengaku tak terpengaruh akan banyaknya selebritas seperti Deddy Corbuzier yang membuat konten podcast dengan mendatangkan narasumber tokoh-tokoh serius atau kontroversial. "Nggak ada masalah soal itu. Selebritas mau mendatangkan tokoh serius atau sebaliknya, itu sah-sah saja," ucap Ichsan.
Pilihan nama 'Kosakata' sendiri dijelaskannya sebagai sebuah cerminan dari tokoh yang berbicara adalah orang yang punya wawasan dan kosakata yang layak disimak. "Indonesia punya banyak tokoh wise. Para senior yang jam terbangnya sudah lebih menarik untuk disimak. Walaupun tidak tertutup kemungkinan yang muda-muda juga punya banyak hal menarik juga yang bisa disimak," papar Ichsan.
Dikatakannya, ujian yang sebenarnya terkait sukses atau tidaknya sebuah konten akan datang dari publik. "Targetnya podcast ini memang siapa saja. Tak harus yang konsern pada diskusi ilmiah atau para milenial. Publik bebas memilih, nanti diuji sendiri oleh market," papar Ichsan lagi.
Walau terkesan santai, Ichsan mengaku tak melupakan proses kreativitas dan perencanaan yang terstruktur dalam merancang dan membuat podcast ini.
"Ada sejumlah anak muda yang mendukung saya di balik podcast ini. Mereka menyiapkan hal teknis, melakukan riset dan sejumlah hal lain terkait podcast ini. Salah satunya mas Yana Aditya, yunior saya di HMI yang jadi produser eksekutif di podcast ini," beber pria yang juga pegiat jurnalistik ini.
Dalam eposide perdana, 'Kosakata' tayang pada Senin (15/3/2021), Ichsan menampilkan mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN), mantan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) yang juga mantan Sekjen Partai Golkar, Sarwono Kusumaatmadja.
Semoga konten ini bisa 'menggigit' dan bisa juga menjadi referensi bagi penonton pada umumnya dan podcast 'Kosakata' khususnya," pungkas Ichsan. "Setiap narasumber akan dibagi penayangannya per 20 menit tiap Senin-Rabu dan akan tayang utuh setiap Kamis.