Liputan6.com, Jakarta - "Perempuan berbisnis itu biasanya untuk mengisi waktu luang dan kepepet ekonomi," kata Irma Sustika, Founder Womanpreneur Community dalam Virtual ShopeePay Talk: Kiprah Sukses Para Perempuan Hebat di Balik Bisnis dan Industri, Rabu (17/3/2021).
Merujuk pada penemuan tersebut, tak sedikit di antara pengusaha perempuan yang kemudian tak bisa berdaya secara maksimal. Maka dari itu, perspektif bisnis harus diubah lebih dulu untuk nantinya menghasilkan label yang bisa berkelanjutan.
Masalah awal perempuan dalam memulai bisnis, kata Irma, adalah tidak percaya diri. "Akhirnya mereka takut punya mimpi besar. Begini saja sudah bisa jualan, sudah cukup. Padahal tidak bisa begitu kalau (bisnis) ingin sustain dan tidak cuma ikut-ikutan tren," katanya.
Advertisement
Baca Juga
Head of Strategic Merchant Acquisition ShopeePay, Eka Nilam Dari, mengatakan bahwa para perempuan mesti percaya insting mereka untuk melihat kebutuhan sosial. "Jadi, bagaimana servis atau produk yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ujar perempuan yang akrab disapa Lala itu.
Berangkat dari situ, Irma bersama komunitasnya menghadirkan edukasi bisnis dari hulu ke hilir. "Supaya tidak asal bikin (bisnis). Kami menciptakan inkubasi. Ada mentoring dan coaching," tuturnya menjelaskan.
Di samping, pihaknya terus berupa membuka akses pasar bagi total 1.100 brand lokal binaan mereka. "2015 masuk pasar Amerika dengan ikut pameran di New York. Kemudian disambung dengan pameran di Swiss pada tahun 2017," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Memanfaatkan Teknologi
Selain ide, bisnis juga soal adaptasi. Selama pandemi COVID-19, teknologi punya peran lebih penting dari waktu-waktu biasa. Lala mengatakan bahwa salah satu dukungan pihaknya adalah dengan menghadirkan ShopeePay. "Teknologi hadir untuk memudahkan bisnis, dan ini mendukung transaksi," katanya.
Pemanfaatan teknologi juga disebut Vice President Marketing and Distribution Channel Citilink Indonesia, Amalia Yaksa Parijata. Di masa krisis kesehatan global, pihaknya berupaya memperbaiki kualitas perjalanan pelanggan dengan memanfaatkan teknologi. "Jadi semua serba touchless," tuturnya.
Pemanfaatan teknologi, dalam kasus ini promosi lewat media sosial, juga membuka kesempatan baru bagi bisnis kuliner, Eatlah. Pada periode serba menantang seperti sekarang, mereka justru bisa berkolaborasi dengan brand ternama.
"Jadi, mereka yang kebanyakan pelanggannya lebih ke pengalaman dine-in bisa tap pasar online lewat kolaborasi bersama Eatlah," ucap Charina Prinandita, Co-Founder Eatlah.
Advertisement