Liputan6.com, Jakarta - Gedung Putih merupakan kantor sekaligus kediaman resmi Presiden Amerika Serikat beserta keluarga. Pencetusnya adalah Presiden AS pertama, George Washington. Pembangunan konstruksi dimulai pada Oktober 1792 dan dibuka pada November 1800.
Kebanyakan orang menganggap ruang kerja presiden mungkin menjadi ruangan tersibuk di Gedung Putih ini. Di balik itu, terdapat ruangan lain yang tak kalah sibuknya yang menyimpan sejumlah fakta menarik. Tempat itu ialah dapur Gedung Putih.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Insider, Sabtu, 27 Maret 2021, para staf dapur di Gedung Putih selalu sibuk untuk menyiapkan makanan Presiden AS dari waktu ke waktu. Tak hanya itu, berikut enam fakta menarik di balik dapur Gedung Putih.
1. Terdapat Tiga Dapur di Gedung Putih
Gedung Putih memiliki tiga dapur, yaitu dapur utama, dapur kue, dan dapur keluarga. Dapur utama terletak di lantai dasar dan awalnya merupakan ruang duduk yang kemudian diubah oleh Jacqueline Kennedy pada 1961.
Pada 1992 dan 1993, keluarga Bill Clinton sempat mengubah dapur tersebut menjadi lebih sederhana. Selain itu, terdapat dua sepen yang menempel pada dapur utama di lantai dasar dan di lantai yang sama dekat ruang makan. Staf dapur menggunakan dua lift makanan dan tangga spiral untuk mengambil makanan dari satu lantai ke lantai lainnya.
2. Dapur Utama Memiliki Toko Cokelat
Tak hanya dua sepen, dapur utama juga memiliki toko cokelat tempat para koki membuat dessert dan kudapan untuk acara di Gedung Putih tersebut. Para koki juga sering menyajikan berbagai macam makanan penutup yang terbuat dari cokelat. Di tempat ini juga, para koki biasanya menyiapkan telur untuk perayaan hari Paskah, dan membuat roti jahe untuk Natal yang dipajang setiap musim liburan.
Â
Â
3. Pernah Dikelola Budak
Dapur Gedung Putih awalnya dikelola oleh para budak di masa kepresidenan AS pertama, George Washington. Seorang pria bernama Hercules dibawa dari rumah Presiden George di Mount Vernon dan berlanjut selama masa kepresidenannya.
Kemudian, Hercules melarikan diri dari perbudakan pada hari ulang tahun Washington pada 1797. Pada masa Presiden ke-3 AS, Thomas Jefferson sempat membawa beberapa budak wanita muda ke Gedung Putih untuk belajar memasak makanan Prancis, termasuk Ursula Granger Hughes yang berusia 14 tahun, Edith Hern Fossett yang berusia 15 tahun, dan Frances Gillette Hern yang berusia 18 tahun.Â
4. Koki Perempuan Gedung Putih Pertama
Koki eksekutif Gedung Putih, Cristeta Comerford, menjadi perempuan pertama sekaligus keturunan Asia yang pernah memegang peran tersebut. Dia mulai bekerja di Gedung Putih sebagai asisten koki pada 1995. Sepuluh tahun setelahnya, dia diangkat sebagai koki eksekutif oleh Laura Bush, dan terus melayani di Gedung Putih pada masa pemerintahan Obama, Trump, dan Biden, hingga sekarang.
Sementara, Susan Morrison adalah wanita pertama yang menjadi koki pastri eksekutif Gedung Putih. Ia bertugas membuat dan menyajikan menu makanan penutup untuk berbagai acara di Gedung Putih. Ia juga membantu Michelle Obama membuat Garden Kitchen pada 2014.
Â
Â
Advertisement
5. Dapur Kosher saat Perayaan Hanukkah
Sejak 2005, dapur Gedung Putih disulap sebagai dapur khoser -istilah untuk makanan kaum Yahudi- khusus pesta perayaan Hanukkah. Di dalam dapur tersebut terdapat plastik pembungkus, kertas timah, dan tong berisi air mendidih untuk menutupi dan membersihkan permukaan.
Koki di dapur ini hanya menggunakan bahan kosher bersertifikat. Pembuatan dapur khusus ini berawal dari pesta Hanukkah pada masa pemerintahan George Bush. Sempat terjadi insiden label makanan non-halal dan halal tertukar. Alhasil, Gedung Putih memutuskan agar seluruh makanan pada perayaan Hanukkah dibuat menggunakan bahan halal untuk menghindari kebingungan di masa depan.
6. Presiden Bayar Belanjaan Sendiri
Kebijakan pemerintah AS mengharuskan presiden menanggung kebutuhan hariannya sendiri, termasuk belanja makanan. Seperti halnya, istri Presiden AS ke-44, Michelle Obama mengatakan bahwa saat hari pertama menempati White House, ia tidak tahu kebijakan tersebut.
"Saya pernah meminta buah persik pada staf dapur dan mereka langsung menyajikannya beserta tagihan senilai 500 dolar AS atau sekitar Rp7,2 juta. Sejak saat itu, saya akhirnya memberitahu Barrack agar tidak meminta apapun hanya untuk kesenangan, kecuali saya tahu berapa biayanya," katanya. (Melia Setiawati)