Sukses

Digitalisasi di Rumah Sakit, Tanpa Kertas dengan Maksimalkan Gawai

Digitalisasi di rumah sakit tak bisa ditolak. Selain untuk efisiensi kerja, bisa pula untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Digitalisasi tak bisa lagi ditawar. Jika penggunaannya bijak, penggunaan gawai bisa membantu memaksimalkan kinerja sambil menyelamatkan lingkungan hidup. Salah satunya pemanfaatan gawai untuk kepentingan medis di rumah sakit.

Tenaga medis, baik dokter maupun perawat, tidak harus bekerja di titik tertentu untuk memasukkan data, tanpa menggunakan kertas. Pun, menghemat energi dan waktu karena semua proses terkait data diselesaikan di perangkat yang dioperasikan secara mobile. Dokter dapat memasukkan diagnosis dengan menulis di tablet, memeriksa rekam medis, mengecek ketersediaan farmasi, membaca hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi, hingga memberikan tanda tangan dalam perangkat.

Tujuan serupa juga bisa dicapai dengan alat kesehatan mobile yang digunakan pasien dan terhubung dengan ponsel dan tablet petugas medis. Dengan begitu, perekaman data bisa dilakukan secara praktis saat itu juga serta dengan akurasi yang lebih baik. Hal itu terungkap dalam pelatihan Samsung Mobile Business Insight: How Mobile Technology Is Revolutionizing Healthcare, baru-baru ini, sebagai rangkaian Indonesia Digital Medic Summit (IDMS) 2021 yang diselenggarakan virtual.

IDMS 2021 diselenggarakan Pusat Digital dan Informasi PERSI (PDPERSI) bekerja sama dengan Komunitas Digital Medis dan Rumah Sakit Indonesia (KITRAS) bergandengan dengan perhimpunan dan asosiasi kesehatan di Indonesia secara virtual. Berbagai tema terkait digitalisasi di bidang kesehatan dikupas pada 15 hingga 31 Maret 2021 yang mempertemukan kalangan perumahsakitan dengan ekosistem digital dalam bentuk seminar dan pelatihan, baik berbayar maupun tidak berbayar.

IM Business to Business (B2B) Regional Technical Account Manager Samsung Research Indonesia, Bayu Aji Nugroho memaparkan hasil riset Samsung global. Ia menyebut sebanyak 81 persen tenaga medis menyatakan penggunaan teknologi yang tepat akan mengurangi beban kerja serta sebanyak 67 persen meyakini digitalisasi akan mengurangi tingkat stres.

"Tentu kondisi ini sangat relevan dengan situasi pandemi saat ini ketika beban kerja dan stres tenaga medis terus terforsir sehingga harus dilakukan terobosan untuk membantu mereka agar tetap optimal menjalankan tugasnya," kata Bayu, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Tak Bisa Ditolak

 

Staf Ahli IT PERSI Tony Seno Hartono dalam paparannya yang berjudul Rumah Sakit Digital dalam Genggaman sepakat dengan hal itu. Ia menyatakan digitalisasi tidak dapat ditolak dan harus menjadi bagian dari investasi rumah sakit.

"Transformasi digital akan memunculkan layanan baru mulai dari pendaftaran mandiri pasien, e-medical record, telekonsultasi, teleradiologi, telemedicine, peresepan elektronik, monitopring pasien di rumah, hingga analisa big data dan kecerdasan buatan," ujar Tony.

Dori Arstyanto, COO PT Citraraya Nusatama, menambahkan bahwa proses digitaliasi adalah solusi untuk menghadapi tantangan masa kini. "Proses digitalisasi akan sangat menghemat waktu dan biaya bagi pasien dan operasional rumah sakit," kata dia.

Sementara, Samsung, sambung Bayu, menawarkan solusi bagi berbagai pihak, mulai pasien, rumah sakit serta tenaga kesehatan. Bagi pasien, teknologi diterapkan di antaranya bisa digunakan dalam proses admisi menggunakan ponsel. Selain itu, di tahap diagnosa, untuk pemantauan irama jantung pasien bisa menggunakan S-Patch Cardio.

Sedangkan bagi tenaga medis, perangkat mobile dapat digunakan dalam seluruh proses pengobatan hingga monitoring pasien saat mereka di rumah. "Alat-alat mobile, terutama ponsel dan tablet ini, tentunya didedikasikan untuk kegiatan medis dan dilengkapi fasilitas Samsung Knox untuk menjamin keamanan data," ujar dia.

Salah satu pengguna teknologi tersebut adalah salah satu rumah sakit di Jakarta Barat. Namun, sebagai langkah proteksi, mereka membatasi penggunaan wifi hanya di area rumah sakit. (Melia Setiawati)

3 dari 3 halaman

Terpuruk di Era Digital