Liputan6.com, Jakarta - Hitung mundur bersua Ramadan makin mendekati akhir. Umat Muslim di berbagai belahan dunia pun kian siap menyambut bulan suci dengan penuh suka cita. Salah satu refleksinya boleh jadi dengan meningkatkan kualitas ibadah sebagai penunjang menuju Ramadan.
"Sebenarnya tidak ada amalan khusus menjelang Ramadan, namun para ulama sebatas menganjurkan persiapan-persiapan yang diharapkan bisa jadi penunjang untuk optimalisasi ibadah di bulan Ramadan," kata alumni Pondok Pesantren Assalam Palembang, Isnan Anshory Lc. M.Ag., saat dihubungi Liputan6.com, Senin (29/3/2021).
Misalnya, sambung ustaz Isnan, dengan membiasakan meningkatkan kuantitas bacaan Alquran, salat malam, serta infak dan sedekah.
Advertisement
Baca Juga
Adapun untuk puasa sunah, kata ustaz Isnan, jika memang biasa melakukannya, hal itu dibolehkan untuk dilakukan di bulan Syaban. Namun, bagi mereka yang tidak biasa atau tidak didasarkan sebab khusus, seperti puasa sunah Senin-Kamis, dalam mazhab Syafii, hukum puasa sunah jadi haram sejak paruh kedua pertengahan Syaban.
"Di samping itu, bagi yang masih punya utang puasa Ramadan tahun lalu, wajib secepatnya membayar utang puasa sebelum masuk bulan Ramadan berikutnya. Setidaknya, itulah amalan yang mesti dilakukan sebelum Ramadan," tutur alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta.
Ia menjelaskan, membaca Alquran, salat malam, infak, dan sedekah merupakan ibadah-ibadah yang ditingkatkan Rasulullah saat memasuki Ramadan dibanding bulan-bulan lainnya.
Ustaz Isnan mengutip hadis riwayat Bukhari Muslim, "Dari Ibnu Abbas - radhiyallahu ‘anhu - berkata: Nabi - shallallahu ‘alaihi wasallam - adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadan ketika Jibril datang menemui Beliau. Dan Jibril as datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadan (untuk membacakan Alquran) hingga Alquran selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila Jibril as datang menemui Beliau, Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berembus."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bayar Puasa
Ustaz Isnan mengatakan, batasan qodho Ramadan adalah akhir Syaban menjelang Ramadan berikutnya. Jika belum ditunaikan juga, utang qodho puasa tetap dibebankan dengan membayar fidiah berupa satu mud atau sekitar satu liter beras.
"Imam an-Nawawi berkata dalam kitabnya, al- Majmu’ Syarah al-Muhazzab, jika perjalanannya atau sakitnya atau uzur lainnya berlangsung lama, hingga memasuki Ramadan kedua, ia tetap wajib melakukan puasa di Ramadan yang kedua itu, dan meng-qodho Ramadan pertama setelahnya, tanpa ada kewajiban fidiah," ujar Dosen dan Kaprodi Ilmu Alquran dan Tafsir Sekolah Tingga Ilmu Ushuluddin al-Hikmah Jakarta tersebut.
Ustaz Isnan menambahkan, alasan Nabi Muhammad lebih banyak puasa di bulan Syaban, selain puasa Ramadan. "Karena bulan tersebut sering dilalaikan oleh umat dari ibadah dan atas dasar keistimewaan bulan Syaban sebagai bulan dicatatnya amal-amal kebaikan, seperti hari Senin dan Kamis," tuturnya.
Ustaz Isnan mengutip hadis riwayat Ahmad, "Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan tidaklah beliau banyak berpuasa, kecuali di bulan Syaban. Aku bertanya: … Kami tidak melihat Engkau banyak berpusa kecuali di bulan Syaban? Beliau bersabda: Itulah bulan orang banyak yang lalai antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan ditampakkannya amalan-amalan, dan aku suka ketika amalanku diperlihatkan dihadapan Rabbku, sedangkan aku dalam keadaan berpuasa."
Advertisement