Sukses

Ada Travel Bubble, Mengapa Agen Perjalanan Singapura Justru Tak Gencar Promosi?

Singapura telah berdiskusi tentang praktik travel bubble dengan beberapa negara, termasuk Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Wacana travel bubble yang digaungkan beberapa negara dianggap sebagai upaya membangkitkan kembali geliat sektor pariwisata yang babak belur akibat pandemi COVID-19. Indonesia termasuk di daftar yang menyeruakkan narasi serupa dengan menggangdeng beberapa negara potensial, tak terkecuali Singapura.

Melansir laman Strait Times, Senin (5/4/2021), Negeri Singa sudah menjalani perbincangan terkait travel bubble dengan beberapa destinasi, seperti Phuket, Thailand; Bintan, Indonesia; Australia; dan Taiwan. Tapi, promosi agen perjalanan setempat justru tak segencar itu dalam menjual paket wisata.

Bukan tanpa alasan, pengereman yang dianggap perlu ini dilatarbelakangi kecenderungan calon pelanggan menunggu lampu hijau dari pemerintah Singapura dan organisasi pariwisata nasional calon tujuan mereka sebelum melanjutkan pemesanan.

Rincian tentang persyaratan kesehatan dan keselamatan, dokumen, serta atraksi yang tersedia, semuanya masih menunggu keputusan, juga masuk dalam pertimbangan keputusan pelanggan.

Direktur hubungan masyarakat dan komunikasi Dynasty Travel, Alicia Seah, mengatakan, pihaknya telah menerima beberapa pertanyaan dalam beberapa pekan terakhir dari orang-orang yang telah divaksinasi. Namun, perusahaan menunggu informasi lebih lanjut dari mitra luar negeri tentang atraksi apa yang tersedia sehingga dapat menyesuaikan paket perjalanan.

Di Phuket, misalnya. Taman hiburan budaya Phuket Fantasea yang jadi daya tarik bagi para pelancong tetap ditutup. Juga, belum ada kabar apakah pelancong yang kembali dari Phuket perlu dikarantina atau menerima pemberitahuan tinggal di rumah.

Meski optimistis dengan prospektif travel bubble, Travel Chan Brothers juga menanggapi kebijakan ini dengan hati-hati. "Segala bentuk dimulainya kembali perjalanan liburan kemungkinan akan direncanakan dan dikembangkan secara terpadu," kata manajer komunikasi pemasaran senior Jeremiah Wong.

Wisatawan Singapura juga tidak terlalu berharap setelah pembatalan travel bubble dengan Hong Kong, tahun lalu, hanya sehari sebelum penerbangan pertama di bulan November akibat lonjakan kasus virus corona baru di wilayah tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Skeptis akan Travel Bubble

Hendric Tay, pemesan penerbangan pertama ke Hong Kong tahun lalu, mengatakan bahwa ia tidak akan membuat rencana konkret untuk tujuan baru sampai travel bubble diumumkan. "Setelah Hong Kong dan memiliki pemahaman tentang situasi global, itu bagus untuk berharap, tapi tidak terlalu bersemangat," tuturnya.

Travel bubble dengan Hong Kong juga membuat auditor Amy Tay lebih skeptis tentang rencana serupa di masa mendatang. "Orang-orang harus memesan hotel dan mengambil cuti. Saya seseorang yang tidak suka rencana saya diganggu dan akan kecewa jika tidak bisa pergi di menit-menit terakhir," katanya.

Dr Michael Chiam, dosen pariwisata senior di Ngee Ann Polytechnic, merekomendasikan untuk terus mengikuti berita tentang destinasi tujuan saat merencanakan perjalanan dalam travel bubble. Pasalnya, peraturan bersifat dinamis dan mungkin ada pembatasan yang diberlakukan di bagian tertentu suatu negara karena pandemi.

Ketika saatnya tiba, agensi seperti Chan Brothers Travel melihat relevansi baru dalam menyediakan informasi perjalanan. Termasuk di dalamnya soal standar kesehatan dan keselamatan saat orang-orang melakukan perjalanan tentatif melintasi perbatasan.

Wong mengatakan, "Singkatnya, kami melihat diri kami sebagai sahabat baru para pelancong, yang mendukung mereka dan dapat membantu mengelola gangguan apa pun pada rencana perjalanan mereka jika itu terjadi."

3 dari 3 halaman

5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi