Liputan6.com, Jakarta - Kongres Berkebaya Nasional 2021 memasuki puncaknya pada Selasa (6/4/2021). Menutup rangkaian acara, panitia memberi Anugerah kebaya kepada lima sosok perempuan yang dinilai berjasa dalam melestarikan kebaya.
Mereka yang terpilih rutin mempromosikan penggunaan kebaya di berbagai kesempatan. Lewat sosok inspiratif itu, Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) selaku penggagas Kongres Berkebaya Nasional berharap kebaya makin memasyarakat dan tak lagi dianggap aneh untuk dikenakan sehari-hari.
Advertisement
Baca Juga
Sosok pertama adalah Dr. (H.C.) Martha Tilaar. Lahir dengan nama Martha Handana di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, 4 September 1937, ia merupakan pendiri label kosmetik dan jamu Sariayu.Â
Berikutnya adalah Anne Avantie. Sepak terjang desainer kebaya asal Semarang ini sudah dikenal publik luas. Rancangannya tak hanya dikenakan selebritas nasional, tetapi juga sederet Ratu Sejagat yang datang ke Indonesia.Â
"Kebaya bukan hanya sepotong baju, tetapi sebuah pembaharuan hidup. Bersama kebaya hidup saya dan banyak orang diubahkan, kebaya telah menjadi saluran berkat bagi banyak orang dan sesama. Kebaya adalah inspirasi, karya dan cinta bagi perempuan Indonesia," kata Anne.
Selanjutnya adalah pasangan ibu dan anak Sundari dan Intan Soekotjo. Jejak Sundari sebagai penyanyi keroncong diikuti oleh putrinya. Mereka kerap tampil berkebaya saat tampil menyanyi di hadapan publik.
Perempuan peraih penghargaan Anugerah Kebaya lainnya adalah Nafsiah Mboi. Mantan Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Bersatu II itu kerap menggunakan kebaya dalam berbagai kegiatan. Menurutnya, menggunakan kebaya membawa kebanggan tersendiri untuknya.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
3 Peraih Anugerah Kebaya Lainnya
Masih dari pelantun lagu keroncong, ada nama Endah Sri Murwani atau lebih dikenal dengan nama Endah Laras yang juga meraih penghargaan serupa. Musisi perempuan yang lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, 3 Agustus 1976, itu juga pernah tampil di film Soegija (2012).
Ia mengaku mulai jatuh cinta pada kebaya ketika ia pertama kali menggunakan kebaya lengkap dengan jarit serta sanggul pada perayaan Kartini. Ia juga masih ingat betul ketika pergi ke sebuah acara bersama sang nenek, hampir 70 persen wanita yang datang menggunakan kebaya.
Siapa yang tak kenal dengan nama Niluh Djelantik. Perempuan bernama panjang Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik itu merupakan pengusaha sekaligus perancang sepatu kulit handmade asal Bali dengan merk Niluh Djelantik. Menurut perempuan yang kini aktif sebagai politikus itu, berkebaya bukan hanya bagian dari gaya hidup, melainkan sebuah hal yang selalu digunakan dalam keseharian seperti saat bersosialisasi dengan masyarakat maupun melakukan upacara keagamaan.
Nama terakhir peraih Anugerah Berkebaya adalah Christiana Dessyints Siswijana. Ia merupakan seorang pegiat Roemah Indonesia, sebuah platform bisnis yang mempromosikan produk-produk Indonesia di luar negeri.
Perempuan yang kini menetap di Swiss itu bertekad untuk memperkenalkan kebaya kepada orang lain. Menurut panitia, Christiana kerap kali menggunakan kebaya saat menghadiri banyak acara di Swiss.
Selain menyerahkan penghargaan, Kongres Berkebaya Nasional juga membuat kesimpulan dari rangkaian acara yang digelar. Salah satunya adalah mengegolkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO dalam 1,5 tahun ke depan. Untuk itu, mereka akan terus menyusun langkah untuk menyukseskannya. (Dinda Rizky Amalia Siregar)
Advertisement