Liputan6.com, Jakarta - Pesta makan malam di sebuah restoran mewah di Paris jadi perbincangan setelah beredarnya sebuah laporan rahasia. Dalam laporan tersebut anggota elite Paris menikmati pesta makan malam rahasia yang melanggar pembatasan Covid-19.
Peristiwa tersebut memicu kemarahan di Prancis dan mendorong jaksa penuntut kota untuk melakukan penyelidikan. Penyelidikan dilakukan setelah laporan TV oleh saluran M6 yang ditayangkan Jumat lalu, menunjukkan rekaman kamera tersembunyi dari dua restoran kelas atas yang dipenuhi tamu tanpa masker, seperti dikutip dari CNN, Selasa, 6 April 2021.
Advertisement
Baca Juga
Dalam video tersebut, seorang jurnalis menyamar memasuki klub makan pribadi dengan jendela tertutup dan disambut oleh pelayan yang mengenakan sarung tangan putih. Dia ditanya atas nama siapa dia diundang dan diberi tahu: "Begitu Anda melewati pintu, tidak ada lagi Covid."
Kepala pelayan terdengar menjelaskan bahwa menu mulai dari 160 Euro atau Rp27 juta per orang. Untuk pengunjung biasa dikenakan biaya 490 Euro atau Rp8,4 juta per orang. Dengan biaya itu, pengunjung dapat menyesap sampanye sambil menyantap foie gras dengan truffle dan langoustine dengan saus jahe.
"Kami sedang mencari kemungkinan dakwaan membahayakan dan tenaga kerja yang tidak diumumkan," kata juru bicara jaksa Paris kepada CNN, Senin.5 April 2021. "Kami akan memverifikasi apakah pertemuan yang diselenggarakan melanggar aturan kesehatan dan menentukan siapa penyelenggara dan peserta potensial."
Restoran di Prancis telah ditutup sejak akhir tahun lalu, karena negara itu memerangi gelombang ketiga infeksi virus Corona. "Penguncian terbatas" lebih lanjut berlaku minggu lalu, karena Presiden Emmanuel Macron memperingatkan bahwa negara itu berisiko "kehilangan kendali" atas pandemi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mudah Dikenali
Video berlanjut dengan menunjukkan pesta makan malam lain yang diadakan di lingkungan mewah dengan permadani besar dan lukisan berlapis emas. Para tamu terlihat saling memberikan "la bise", saling mencium pipi.
Penyelenggara tampaknya mengklaim: "Minggu ini saya makan di dua atau tiga restoran, yang disebut restoran klandestin, dengan sejumlah pelayan." Karena dekorasinya yang mudah dikenali, restoran itu kemudian diidentifikasi sebagai Palais Vivienne milik Pierre-Jean Chalençon.
Pengacara Chalençon merilis pernyataan pada Minggu, 4 April 2021 yang mengakui suara yang terdistorsi di video itu milik kliennya, tetapi dia bercanda ketika dia mengatakan menteri pemerintah telah menghadiri makan malam. Skandal itu telah memantik kemarahan banyak orang di media sosial, dengan #OnVeutLesNoms (We Want The Names) menjadi trending di Twitter pada Senin, 5 April 2021.
Juru bicara pemerintah Gabriel Attal mengatakan kepada saluran berita LCI bahwa pihak berwenang telah menyelidiki laporan pihak ilegal selama berbulan-bulan dan sejauh ini 200 tersangka telah diidentifikasi. "Mereka akan menghadapi hukuman berat," tambah Attal.
Advertisement