Liputan6.com, Jakarta Penyebaran Covid-19 melalui cluster keluarga menjadi sesuatu yang membuat khawatir banyak orang, terutama ibu yang menjadi garda terdepan dalam memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi keluarga yang berharga. Belum selesai satu jenis virus Covid-19, sudah muncul mutasi virus lain yang tak kalah berbahaya.
Rencana anak-anak kembali masuk sekolah juga ikut menambah daftar pikiran dan kekhawatiran para Ibu rumah tangga dan orang tua. Maklum saja, cukup sulit untuk mengontrol anak-anak agar selalu memakai masker, mencuci tangan, dan tidak menyentuh benda sembarang. Belum lagi virus jahat yang namanya Covid-19 ini bisa menempel di benda-benda tertentu dalam waktu yang lama, termasuk pakaian yang kita kenakan sehari-hari.
Baca Juga
Untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kekhawatiran Ibu terhadap bahaya Covid-19 bagi lingkungan keluarga berharga, Fimelahood from Home bekerja sama dengan Wings Group menggelar talkshow edukatif dan inspiratif bertajuk Fimelahood from Home X SoKlin Antisep "Perubahan Kecil, Perlindungan Besar" secara daring pada hari Selasa, 6 April 2021. Acara ini sekaligus menjadi momen bersejarah bagi Wings untuk meluncurkan produk SoKlin terbaru yakni SoKlin Antisep, detergen + disinfektan pertama di Indonesia.
Advertisement
Hadirkan publik figur, Melaney Ricardo, dr. Fitria Agustina, SpKK, Johanna Elizabeth Samuel, Marketing Manager Fabric Care Wings Group dan Muhammad Zainal, Wash Specialist UNICEF Indonesia, Fimelahood From Home X SoKlin Antisep: "Perubahan Kecil, Perlindungan Besar" memberikan banyak informasi, cerita inspiratif dan tips and trick dalam memberikan perlindungan bagi keluarga berharga di masa pandemi.
Melaney: Selalu Berhati-Hati
Sebagai survivor Covid-19, Melaney Ricardo bercerita bahwa banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan dan kesehariannya di masa pandemi Covid-19. Banyak waktu dan momen berharga yang hilang bersama keluarga.
"Saya kena Long Covid. Saya itu kena panjang sekitar 1,5 bulan, hampir 2 bulan kurang. Dari saya bekerja begitu sibuknya, tiba-tiba kena Covid yang kata orang 14 hari aja, paling dikarantina, setelah itu sehat. Ternyata nggak, aku di rumah sakit 2 minggu, setelah itu hampir 2 bulan kurang aku di rumah karantina mandiri. Tidak bisa ketemu suami dan anak-anak, yang juga otomatis pendapatan saya nol. Makanya saya paling lumayan galak dan rempong, kalau misalnya orang-orang masih suka ngerasa kuat," kata Melaney.
Karena sudah merasakan begitu beratnya sakit Covid-19 yang membuatnya keluarga banyak biaya dan waktu berharga banyak hilang, Melaney meminta masyarakat lebih baik berhati-hati daripada sampai terinfeksi.
"Bukannya nakut-nakutin ya, tapi berhati-hati dibandingkan sudah kena. Biaya lumayan gede dan itu waktu begitu banyak hilang, tidak bisa kumpul, totally sendirian. Covid-19 benar-benar menyerang tidak hanya fisik melainkan mental," ujarnya.
Advertisement
Tidak berpelukan dan langsung mandi begitu sampai rumah
Meskipun sudah memakai masker, jaga jarak menjadi hal yang wajib dilakukan. Maka dari itu, Melaney mengingatkan untuk menghindari penularan sebaiknya orang-orang tidak saling berdekatan, berpegangan tangan, dan apalagi berpelukan.
"Orang terkadang kalau sudah pakai masker masih templok-templokan. Padahal saat kita menggunakan masker bukan berarti bisa peluk-pelukan, itu yang mungkin harus dihindari,” pesan Melaney.
Selain itu, setiap pulang ke rumah Melaney mengaku harus mandi dulu sebelum berkumpul dengan keluarga. Meskipun baru keluar rumah sebentar, dia memilih untuk mandi lagi.
Selalu pakai masker dan tidak menyentuh permukaan atau benda sembarangan
Dr. Fitria Agustina menjelaskan bahwa jalur utama penularan virus Covid-19 adalah melalui kontak langsung yang dimediasi oleh droplets dan juga aerosol. Sehingga tindakan pencegahan paling baik adalah dengan menggunakan masker dan juga tentunya dengan social distancing. Selain itu, ada penularan secara sekunder yaitu melalui benda.
"Jadi, pada saat seseorang yang terinfeksi itu batuk, kemudian ada partikel droplets-nya mengenai suatu benda atau barang maka virus Covid-19 bisa bertahan di benda tersebut. Jikalau ada orang yang memegang benda tersebut, tangannya tidak sengaja kucek-kucek hidung, mata, maka droplets-nya akan berpindah. Saat imunitasnya kurang baik, akhirnya bisa terjadi infeksi," dr. Fitria.
Terkait benda atau barang yang bisa menjadi tempat hinggap virus, Dr. Fitria memaparkan hasil penelitian yang dipublikasikan The New England Journal of Medicine tahun 2020.
"Ada penelitian yang ternyata bikin kita agak kaget. bahwa di permukaan plastik, Covid-19 ini bisa bertahan selama 72 jam, kemudian permukaan stainless steel dia bisa bertahan 48 jam dan permukaan tembaga bisa bertahan 4 jam, dan pada permukaan kardus itu ternyata bisa tahan 24 jam. Jadi tetap harus lebih waspada," pinta dr. Fitria
Maka dari itu Dr. Fitria tak pernah berhenti mengingatkan masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam melepaskan masker, termasuk berganti dan mencuci pakaian.
"Habis darimana-mana, jangan sampai lupa harus lepas pakaiannya, segera mandi dan jangan lupa pakaiannya harus dibersihkan dengan benar. Pencuciannya harus benar, supaya pada saat dipakai lagi keadaannya lebih bersih dan baik, tidak terjadi penularan," ujarnya.
Selain itu, Dr. Fitria juga mengingatkan bahwa masyarakat harus tetap menjalankan protokol kesehatan meskipun sudah menerima vaksin.
“Meskipun semua orang di dunia divaksin belum tentu juga aman, karena bentuk dari virus mengalami mutasi terus. Mutasi ini membentuk protein baru sehingga seseorang masih bisa terinfeksi. Intinya adalah meskipun sudah divaksin, kita tetap harus menjalankan protokol kesehatan,” tegasnya.
Advertisement
Tanamkan protokol kesehatan pada anak
Protokol kesehatan Covid-19 sangat penting ditanamkan kepada anak sejak dini. Terlebih lagi sudah ada wacana anak-anak akan kembali masuk sekolah. Muhammad Zainal, Wash Specialist UNICEF Indonesia mengatakan bahwa ada dua prinsip utama sangat diperhatikan oleh UNICEF terkait membuka kembali kegiatan belajar di sekolah.
"Pertama adalah kesehatan dan keselamatan anak, guru, pegawai, orang tua murid, dan masyarakat. Ini yang menjadi prioritas. Kedua, prinsip tumbuh kembang anak yang menjadi perhatian. Karena kita tahu dampak dari penutupan sekolah akibat pandemi ini cukup besar," kata Zainal.
Dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh menurut Zainal adalah berpotensi meningkatkan angka putus sekolah, tumbuh kembang anak terganggu, kualitas belajar yang menurun, serta gangguan psikologi yang bisa menimpa pada anak.
Melihat sejumlah dampak negatif itu, "Jadi UNICEF sejalan dengan kebijakan pemerintah, tetapi prinsip kesehatan dan keselamatan harus diutamakan," ujarnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Zainal peran sekolah dan orang tua sangat penting. Dari sekolah menyiapkan fasilitas untuk mendukung protokol kesehatan dan dari orang tua menanamkan protokol kesehatan pada anak-anaknya.
Dr. Fitria sependapat dengan hal tersebut bahwa anak-anak harus diedukasi sedini mungkin bahwa harus menjaga kesehatan dan melaksanakan protokol kesehatan. Edukasi anak untuk hidup bersih, makan makanan bergizi, dan rajin berolahraga.
"Hal simpel yang memang harus selalu dibiasakan adalah pakai masker dengan betul dan selalu diajarkan bahwa jangan pernah mau maskernya dibuka ditempat umum, jangan mau maskernya dipinjamkan ke temannya,” ujar dr. Fitria.
Selanjutnya pelajaran penting kedua perihal untuk rajin cuci tangan, sebelum atau sesudah melakukan sesuatu.
"Ketiga, harus diajarkan begitu sampai di rumah, sebelum melakukan tindakan yang lain, segera mandi. Apalagi mandi itu sangat baik untuk melepaskan semua hal yang menempel di tubuh kita dan menempel di kulit. Setelah mandi juga harus ganti pakaian, meskipun pakaian tidak tampak kotor. Ganti pakaian bersih dan jangan lupa edukasi juga yang ada di rumah bahwa pakaian itu harus dicuci dengan benar," jelasnya.
Cuci pakaian bebas virus dengan SoKlin Antisep
Seperti yang telah disampaikan oleh dr. Fitria bahwa pakaian bisa menjadi media bagi penyebaran virus. Karena itu untuk saling menjaga jarak dan begitu sampai di rumah agar segera membersihkan diri dengan mandi, mengganti pakaian, dan melakukan pencucian pakaian dengan benar.
Untuk mendukung masyarakat dan ibu-ibu di seluruh Indonesia dalam memberikan perlindungan bagi keluarga yang berharga, Wings Group meluncurkan SoKlin Antisep, detergen + disinfetan dengan formula Active O2 Power yang bekerja ampuh untuk membunuh, kuman, virus dan bakteri yang berbahaya bagi kulit dan kesehatan tubuh.
Marketing Manager Fabric Care, Johanna Elizabeth Samuel, menjelaskan inovasi dalam SoKlin Antisep ini adalah detergen dan disinfektan dalam satu produk, dengan disinfektan dalam bentuk powder atau bubuk.
"Di Indonesia ini, kita adalah yang pertama menggunakan teknologi yang sangat Advance ini. Di dunia baru ada di Amerika, Eropa dan Asia ada di Jepang. Jadi di Asia, Indonesia kedua, setelah Jepang," kata Johanna.
Joanna kemudian menjelaskan kandungan dan cara kerja SoKlin Antisep yang nggak hanya membersihkan, tetapi juga bisa membasmi virus. "Dengan kandungan Active O2 Power dari Hidrogen Peroksida (H2O2), waktu menyentuh air akan melepaskan oksigen dan cepat, kemudian akan menyerang virus, dan virusnya akan mati karena teroksidasi dengan oksigen, jadi membunuh virus dengan oksigen,” jelasnya.
Selain mengandung disinfektan, SoKlin Antisep bisa membersihkan kotoran secara maksimal. “Menjaga warna supaya tidak cepat pudar dan menjaga serat kain. Paling penting, tidak panas di tangan, meskipun ada kandungan disinfektan,” kata Johanna.
Dalam talkshow daring itu, diputarkan sebuah video yang memperlihat percobaan dengan melibatkan 3 sampel produk yakni powder detergen biasa, disinfektan khusus pakaian dan SoKlin Antisep dengan masing-masing 3 gram dan 200ml cairan.
Terlihat perbedaannya ketika alat Hydrion selesai dimasukkan dalam 3 sampel. Pada powder detergen biasa hasilnya 0 PPM, artinya tidak mengandung disinfektan. Selanjutnya pada disinfektan khusus pakaian hasilnya 500 PPM.
SoKlin Antisep hasilnya 1000 PPM. SoKlin Antisep terbukti mengandung disinfektan, bahkan bila dibandingkan dengan produk disinfektan khusus pakaian, kandungan disinfektan SoKlin Antisep 2 x lebih tinggi. Sehingga tidak perlu lagi menambah produk disinfektan, mencuci cukup dengan SoKlin Antisep.
Kehadiran SoKlin Antisep ini membuat Melaney merasa lebih tenang dan nyaman.
"Buat saya SoKlin Antisep ini membantu sekali untuk mencuci baju, memastikan baju bersih dan yang paling penting ada disinfektannya. Saya merasa aman dan juga nyaman sekali karena baju-baju saya ini dicuci dengan cara yang tepat dan aman.
SoKlin Antisep menjadi solusi di tengah pandemi yang dapat memberikan perlindungan secara menyeluruh untuk pakaian keluarga Anda dengan teknologi Active O2 Power sebagai disinfektan yang efektif untuk membunuh virus, bakteri, kuman yang menempel pada pakaian lebih cepat dan juga lebih banyak dibandingkan detergen biasa.
SoKlin Antisep, Bersih, Melindungi!
(*)
Advertisement