Sukses

Sejarah Museum Purna Bhakti Pertiwi di TMII yang Berusaha Diambil Alih Perusahaan Singapura

Sekitar 13 ribu benda pajang dipamerkan di Museum Purna Bhakti Pertiwi di TMII.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asal Singapura, Mitora Pte Ktd, meminta pengadilan agar menyita Museum Purna Bhakti Pertiwi (MPBP) yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Hal ini berkaitan dengan gugatan Mitora terhadap lima anak Presiden Soeharto senilai Rp584 miliar ke Pengadilan Negeri Jakarta.

Museum Purna Bhakti Pertiwi berada di sisi depan gerbang utama kawasan TMII. Bangunan berbentuk seperti sekumpulan kerucut ini memperkenalkan generasi muda yang berkunjung pada sejarah Indonesia di era Orde Baru.

Dikutip dari situs resmi TMII, Kamis (8/4/2021), museum itu dibangun atas gagasan Ibu Tien Soeharto sebagai bentuk rasa syukur dan penghargaan atas peran serta dukungan masyarakat Indonesia dan mancanegara terhadap pemerintah. 

Proses pembangunan museum oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi berjalan selama lima tahun, mulai dari 26 Desember 1987 sampai 26 Desember 1992. Peresmian museum yang berdiri di lahan seluas 19,73 hektare itu berlangsung 23 Agustus 1993.

Secara garis besar, bangunan berbentuk kerucut ini terbagi tiga kelompok, yakni bangunan utama, bangunan penunjang, dan tata ruang luar. Luas bangunan utama kurang lebih 2,5 hektare, terdiri atas satu bangunan kerucut utama dan empat kerucut sedang. Bangunan ini berfungsi sebagai ruang pameran yang terdiri dari ruang perjuangan, ruang utama, ruang khusus, ruang asthabrata, dan perpustakaan.

Ruang utama museum berisi beraneka jenis cendera mata, seperti dari para kepala negara asing dan diplomat. Salah satu cendera mata yang dipamerkan adalah patung Bali yang terbuat dari susunan koin Cina dan replika Peraduan Putri Cina berbahan batu giok.

Selanjutnya, ruang perjuangan yang beraada di sisi barat bangunan utama berisi berisi relief perjalanan hidup Presiden Soeharto dari lahir hingga periode ke-5 menjabat sebagai presiden. Sementara, di sebelah utara terletak ruang khusus yang menyimpan berbagai tanda kehormatan, seperti lencana, bintang kehormatan, dan selendang.

Selain kedua ruang tersebut, terdapat Ruang Asthabrata di sisi timur yang berisi ajaran dasar-dasar kepemimpinan “Asthabrata”. Dasar-dasar kepemimpinan itu divisualisasikan secara artistik dan sistimatis dalam adegan wayang sesuai urutan cerita Wahyu Makutha Rama. Terakhir, area perpustakaan berada di sisi selatan bangunan utama Museum Purna Bhakti Pertiwi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

13.000 Benda Pajang

Menurut keterangan museum, total ada 13ribu benda tersimpan di museum tersebut. Termasuk di dalamnya terdapat koleksi seni ukir kayu bertema Ramayana dan Mahabrata yang dikagumi Soeharto.

Di halaman museum diletakkan KRI Harimau sebagai bukti perjuangan pembebasan Irian Barat pada 1962. Soeharto saat itu memimpin operasi Mandala yang bertujuan membebaskan Irian Barat dari Belanda. Nama operasi itu pula yang menginspirasi nama putra bungsunya, Hutomo Mandala Putra.

Terdapat juga bangunan kubah yang berisi karya seni ukir kayu Wahyu Makutha Rama versi Bali dan “Langlang Buana. Karya terakhir dibuat dari sebuah akar kayu karet yang berasal dari halaman kediaman John L. Ukiran ini melukiskan sembilan dewa penguasa bumi yang biasa disebut Dewa Sanga dan dikerjakan oleh 15 ahli ukir di bawah pimpinan I Wayan Asin, selama 16 bulan, pada 1992.

Sementara, bagian tata ruang luar difungsikan sebagai area rekreasi dan penghijauan. Ada sejumlah tanaman langka khas Indonesia dirawat di sana, seperti jambu mawar, rambutan Irian, pohon laki-laki dan duwet putih.

Sementara, bangunan penunjang terdiri atas gerbang penerima, kios cenderamata, kafetaria, kantor pengelola, musala, shelter, restoran, arena bermain untuk anak-anak dan sangkar burung merak putih berfungsi sebagai penunjang operasional museum. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

3 dari 3 halaman

Manuver Anak-Anak Soeharto