Liputan6.com, Jakarta - Parfum merupakan salah satu representasi personal yang paling sensitif nan mudah diingat. Karenanya, tidak bisa sembarangan memilih wewangian, mengingat memori akan aroma bisa menetap lama di ingatan orang lain.
Kendati preferensi memilih parfum, termasuk parfum badan, bisa sangat menyesuaikan dengan keinginan, sejatinya ada "kode" tertentu dalam praktiknya. Hary Wirawan, CEO Macbrame, sebuah perusahaan distributor bibit parfum untuk retail industri, mengatakan bahwa pemilihan parfum bisa mengacu pada situasi tertentu.
"Pertama memang harus lihat mood. Mencium satu parfum mood-nya bisa bagaimana, apakah strong feeling, happy, atau lebih feminin. Itu sangat tergantung selera," katanya dalam jumpa pers virtual, Kamis, 8 April 2021.
Advertisement
Baca Juga
Mengerucutkan opsi tersebut, Hary menyebut, salah satu cara pertimbangan memilih parfum adalah dengan melihat waktu pemakaiannya. "Misalnya dipakai untuk pesta saat nanti sudah bisa bertemu langsung, aroma (parfum) biasanya lebih berat dan memberi mood elegan," urainya.
Namun, untuk keseharian, Hary merekomendasikan aroma parfum lebih ringan dengan wangi yang lebih bernuansa buah maupun bunga-bungaan. "Karena kalau terlalu berat (dalam keseharian) justru akan membuat orang sekitar tidak nyaman," imbuh Hary.
Kondisi pandemi COVID-19 yang telah berlangsung lebih dari setahun, kata Hary, ternyata tak menurunkan minat pembelian parfum. "Perubahan kebiasaan ini membuat orang pakai parfum badan sebagai bentuk self-love, supaya mood-nya bagus," tuturnya.
Selain parfum badan, pihaknya bahkan melihat kenaikan permintaan untuk parfum ruangan. Aroma pilihan, kata Hary, bisa saja membawa kesan lebih nyaman di rumah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengaruh Permintaan Parfum Selama Pandemi
Soal permintaan parfum yang tidak sebegitu terdisrupsi pandemi, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilainya sebagai impas pembelian berdasarkan tren media sosial.
"Itu (tren media sosial) yang membentuk pola konsumsi, makanya barang tersier seperti parfum penjualannya tetap bagus," ungkapnya di kesempatan yang sama sembari menambahkan bahwa fenomena ini akan lebih terlihat bila sasaran pasarnya adalah generasi Z dan milenial.
Berangkat dari penemuan tersebut, di tambah pandemi yang membuat berbagai sendi kehidupan hampir seluruhnya pindah ke ranah daring, Bhima menyambung bahwa sekarang merupakan waktu tepat bagi bisnis untuk melakukan digitalisasi. "Sayang bila dilewatkan," imbuhnya.
Macbrame sendiri telah menyalurkan produk bibit parfum ke berbagai sektor usaha di hampir seluruh kota di Indonesia. Pihaknya juga memberi pelatihan gratis pada pengusaha untuk memulai bisnis wewangian.
"Kami sangat terbuka akan peluang-peluang kerja sama strategis, utamanya untuk menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Macbrame juga menyediakan starter kit dengan harga terjangkau. Modal untuk bisnis wewangian ini sendiri dimulai dari Rp2 juta," tutup Hary.
Advertisement