Liputan6.com, Jakarta - Tana Toraja, wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan, tak semata dikenal lewat keindahan alam, namun juga budaya nan khas. Tradisi di Tana Toraja sendiri masih sangat lekat dengan keseharian masyarakatnya, termasuk dalam praktik sederet ritual. Ma'nene, misalnya.
bacajuga:Baca Juga](4488885 4532900 4532047)
Baca Juga
Ini merupakan prosesi mengganti pakaian jasad leluhur di desa Pangala, Toraja Utara. Dilansir dari merdeka.com, Kamis (15/4/2021), Ma'nene merupakan wujud ritual yang mencerminkan pentingnya hubungan kekeluargaan.
Advertisement
Masyarakat Toraja yakin bahwa ritual Ma'nene dapat memberi ketentraman dan kesejahteraan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Ritual dimulai dengan anggota keluarga berjalan ke Patane, rumah kubur orang Toraja. Mereka kemudian bersama-sama mengeluarkan jasad dari liang lahat. Setelahnya, jasad dibersihkan dan diganti pakaiannya dengan yang baru, termasuk kacamata, ikat rambut, bahkan ikat pinggang.
Jasad yang sudah dibersihkan dan dikenakan pakaian kemudian diberdirikan layaknya orang hidup. Selain jadi momen mengenang dan memberi penghormatan, tradisi ini juga dimanfaatkan anggota keluarga untuk berfoto bersama jasad leluhur mereka.
Setelah jasad lelehur dimasukkan kembali ke peti, anggota keluarga melanjutkan ritual dengan menggelar Sisemba, yaitu prosesi makan bersama. Suasana jadi semakin hangat karena setiap keturunan membawa makanan khusus keluarga mereka.
Ritual Ma'nene sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Tradisi ini berrmula saat seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek menemukan jasad di tengah jalan. Ia merawat jasad yang tinggal tulang itu dengan memakaikan baju yang ia kenakan.
Karena itu, konon saat berburu, ia mudah mendapat hewan buruan dan hasil panennya melimpah ruah. Mengilhami itulah ritual Ma'nene di Tana Toraja diadakan setiap tiga tahun sekali.