Sukses

Cerita Akhir Pekan: Solusi Lepas Kangen Suasana Mudik Lebaran

Untuk mengantisipasi larangan mudik, beberapa orang sengaja pulang kampung di awal atau bahkan sebelum Ramadan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah sudah resmi melarang masyarakat untuk mudik di tahun ini. Satgas Penanganan COVID-19 kembali mengingatkan kalau hal ini dilakukan demi mencegah penyebaran infeksi virus corona Covid-19 .Wiku Adisasmito, Juru Bicara dan Koordinator Tim Pakar Satgas COVID-19 mengatakan bahwa kebijakan larangan mudik ini diambil berdasarkan pengalaman terjadinya lonjakan kasus setiap selesai liburan panjang.

Berbagai cara dilakukan untuk tetap bisa mudik, meski itu bukan hal yang mudah. Bagi mereka yang sudah tidak punya banyak kegiatan selama Ramadan, mereka tak mau ambil risiko dengan mudik sebelum bulan puasa dimulai. Salah satunya dilakukan oleh Fajar, seorang mahasiswa yang kuliah dan tinggal di Jakarta.

Sebagai anak kos, ia lebih memilih bisa merayakan lebaran dan menjalankan puasa bersama orangtuanya dan keluarganya di kampung halamannya di Pemalang, Jawa Tengah. Untuk mengantisipas keputusan pemerintah yang akhirnya melarang mudik, Fajar memutuskan untuk pulang kampung dua hari sebelum bulan puasa, tepatnya pada 11 April kemarin. Ia menggunakan transportasi bus dari sebuah terminal di Tangerang.

"Daripada nanti nggak bisa mudik karena dilarang, lebih baik saya mudik sebelum masuk bulan puasa. Kebetulan kegiatan kuliah kebanyakan dilakukan online dan nggak ada kegiatan penting selama bulan puasa nanti, jadi saya udah yakin banget mau mudik pas sebelum puasa," terang Fajar pada Liputan6.com, Jumat, 16 April 2021.

Ia mendapatkan tiket dengan membeli langsung di terminal. Selama perjalanan mudik, ia tetap melaksanakan protokol kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku, seperti memakai masker, membawa hand sanitizer dan menjaga jarak selama di dalam bus. Ia sengaja memilih bus karena harga tiketnya tentunya lebih lebih murah ketimbang transportasi lain seperti pesawat atau kereta api.

"Untung saja saya sudah mudik duluan, ternyata mudik dilarang lagi di tahun ini. Agak repot juga karena harus menyelesaikan segala urusan sebelum puasa, tapi nggak sia-sia karena akhirnya saya bisa mudik," ucapnya.

Beda dengan Fajar, Intan justru sebaliknya. Wanita yang berprofesi sebagai pengajar di tempat kursus bahasa ini memilih untuk tidak mudik di tahun ini seperti juga di tahun lalu. Kedua orangtuanya tinggal di Jambi, sementara ia di Jakarta tinggal dengan kakaknya. Intan tak mau ambil risiko mudik menjelang Lebaran karena pandemi belum berlalu.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

2 dari 5 halaman

Mudik Usai Lebaran

"Suasana Lebaran memang lebih enak kalau bisa kumpul sama orangtua dan keluarga, tapi dengan kondisi pandemi saya nggak mau ambil risiko, lebih baik jangan mudik dulu. Saya lebih pilih mudik di hari biasa. Tahun kemarin saya sempat mudik di bulan September, perjalanannya lebih enak dan lancar," ungkapnya pada Liputan6.com, Jumat, 16 April 2021.

"Tahun ini mudik kan dilarang lagi, jadi saya tetap di Jakarta, kebetulan ada beberapa saudara yang tinggal di Jakarta jadi bisa ke rumah mereka nanti pas lebaran. Kalaupun mudik nggak dilarang, saya tetap di Jakarta aja karena pasti ramai dan risiko terkena virus bisa lebih besar," tambahnya.

Untuk melepas rindu pada orangtuanya, Intan memanfaatkan perkembangan teknologi dengan melakukan video call di saat lebaran. Selain itu, ia berencana mengambil cuti seperti tahun lalu dan mencari waktu yang pas untuk pulang ke Jambi sesuai lebaran nanti.

Sikap tiap orang dalam menyikapi larangan mudik memang beragam. Kalau sebagian besar menerima atau bersikap biasa saja pada keputusan tersebut, dari sisi psikologi itu adalah hal yang wajar.  Menurut psikolog dari Universitas Pancasila, Maharani Ardi Putri, umumnya tiap orang bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi di sekitarnya atau di lingkungannya. Tiap orang bisa belajar, kemudian memahami dan akhirnya terbiasa dengan lingkungannya.

“Begitu juga dengan keputusan mudik ini, mungkin banyak yang kurang setuju tapi mau tidak mau akhirnya menerima keputusan itu. Karena pandemi sudah setahun lebih, masyarakat sudah bisa menyesuaikan diri dengan kondisi seperti ini, tidak mudah untuk bepergian apalagi pergi ke daerah lain seperti mudik,” jelas Putri saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 16 April 2021.

3 dari 5 halaman

Baik Bagi Kesehatan Mental

"Dulu mereka kaget mudik dilarang dan sekarang kaget juga. Mereka yang tidak bisa memahami situasi sekarang ini dan mengeluhkan kondisi sekarang, berarti mereka tidak mau belajar dan sulit beradaptasi. Karena pandemi ini kan sudah setahun lebih, agak aneh kalau mereka tidak paham situasi sekarang ini," sambungnya.

Putri menambahkan, banyak orang yang sudah terbiasa dan paham kalau mereka harus lebih banyak di rumah atau di dalam kota dan tidak bepergian jauh karena lebih berisiko terpapar Covid-19. Sedangkan salah satu solusi untuk melepas rasa kangen, bisa dengan berkomunikasi lewat telepon atau video call misalnya. Setidaknya bisa sedikit melepas rasa kangen meski tidak bisa bertemu secara langsung.

Meski begitu, Putri memaklumi kalau banyak orang yang ingin mudik. Selain sudah menjadi tradisi di tiap lebaran atau Hari Raya Idul Fitri, berkumpul dengan keluarga atau orang-orang terdekat di momen yang istmewa adalah hal yang sangat manusiawi. Menurut Putri, berkumpul dengan keluarga atau orang-orang tercinta, terutama di masa pandemi ini, baik bagi kesehatan mental seseorang.

"Manusia itu umumnya merasa nyaman kalau kembali ke akar mereka, ya contohnya orang-orang yang mudik. Ini seperti mencari rumah asal mereka, ada rasa senang bertemu dengan keluarga dan orang-orang yang dekat dengan kita. Ini sangat baik bagi perkembangan mental seseorang," tuturnya.

4 dari 5 halaman

Jangan Sendirian

Mengenai mereka yang tidak bisa mudik tapi tinggal sendirian di perantauan dan jauh dari keluarga, menurut Putri, harus bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya dan jangan sampai terlalu lama sendirian.

"Meski kita sudah bisa beradaptasi dengan situasi pandemi, tentu ada rasa jenuh, apalagi mereka yang tinggal sendirian, jauh dari orangtua dan saudara terutama di momen Lebaran, pasti tidak mudah. Kalau bisa mereka yang kos misalnya, kalau selama ini lebih sering sendirian di kamar, coba lebih kenal dengan tetangga," kata Putri.

Dengan lebih mengenal tetangga, mereka tidak merasa terlalu kesepian atau sendirian. Atau bisa juga dengan berkunjung ke rumah teman atau saudara yang tidak terlalu jauh tempat tinggalnya. Dengan begitu, kesehatan mental mereka tetap terjaga karena bisa bertemu dengan orang-orang yang mereka kenal dengan baik.

"Saya juga mengusulkan untuk kantor-kantor untuk mendata siapa saja karyawannya yang tidak mudik, terutama yang tinggal sendirian, setelah itu kalau bisa bikin acara kumpul-kumpul atau semacam silaturahmi supaya karyawannya yan tinggal sendirian tidak terlalu kesepian, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan," pungkas Putri.

5 dari 5 halaman

Larangan Mudik Lebaran 2021 dan Siasat Warga