Liputan6.com, Jakarta - Seekor anak elang Jawa (Nisaetus bartelsi) telah lahir pada awal April 2021 di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi. Unggas tersebut dinamai Prawara, dalam bahasa Sansekerta berarti paling terkemuka.
Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Minggu (18/4/2021), pengendali ekosistem hutan (PEH) pada Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Wardi Septiana menerangkan elang Jawa merupakan salah satu dari tiga spesies kunci di TNGHS. Populasinya yang terus menurun membuat satwa endemik Pulau Jawa itu dimasukkan IUCN sebagai satwa terancam punah. Sementara, Indonesia menetapkan elang Jawa sebagai satwa dilindungi.
Maka, kelahiran anak elang Jawa begitu disambut gembira. Wardi menerangkan pihaknya memonitor proses kelahiran si calon penerus penguasa langit sejak Desember 2020. Setiap aktivitas dari kedua induk Elang direkam, mulai dari menata sarang, mengeram telur, hingga menetas.
Advertisement
Baca Juga
"Kami menggunakan teknologi dan memasang kamera CCTV di dekat sarangnya. Selain itu, kami juga mengoneksikan ke jaringan internet segala aktivitas Pasangan Elang Jawa selama proses perkembangbiakannya dapat secara online termonitor di Android," jelasnya.
Ia melanjutkan, berdasarkan hasil pengamatan lapangan, pasangan Elang Jawa yang terpantau sedang berbiak adalah Prabu dan Ratu, atau disingkat "PRATU". Perilaku berbiak pasangan itu dipantau sejak 2019, tetapi lebih intensif dipantau mulai Desember 2020. Setelah itu, pemasangan kamera CCTV dimulai pada awal Februari 2021.
"Dari hasil data monitoring kamera CCTV, Ratu meletakkan telur pada tanggal 21 Februari 2021. Setelah 47 hari pengeraman, akhirnya telur PRATU menetas pada tanggal 9 April 2021, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.47 WIB. Detik-detik prosesi penetasan telur dibantu oleh Ratu (induknya) sejak pukul 05.30 WIB, dan hal ini termonitor secara online di Android," Wardi menjelaskan.
Wardi mengklaim, hal ini menjadi pencapaian luar biasa karena menjadikan pemantauan perilaku berbiak elang Jawa di alam dengan menggunakan kamera CCTV secara online pertama di Nusantara. Ia berharap, Prawara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sampai dengan dewasa dan bisa menjadi penerus penguasa tahta langit di Rimba Gunung Salak. Ia menyatakan dibutuhkan peran serta dan partisipasi dari masyarakat untuk mengawal dan menjaga sampai Prawara dewasa dan kelestarian keanekaragaman hayati di TNGHS.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Hanya Tetaskan 1 Telur
Elang Jawa hanya mengalami satu kali masa berkembang biak dalam dua tahun. Jumlah telurnya pun hanya satu sehingga secara alami tingkat populasinya rendah.
Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan spesiesnya. Oleh karena itu, salah satu rencana aksi dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kesuksesan perkembangbiakan Elang Jawa adalah dengan melindungi pohon sarang Elang Jawa yang aktif.
Di dalam ekosistem, Elang Jawa berperan sangat penting sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum, habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/berbatasan dengan ecotone. Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini.
Pada rentang 2015 sampai 2021, tercatat ditemukan 12 sarang aktif Elang Jawa di kawasan taman nasional ini, terdiri dari sembilan sarang di kawasan Gunung Salak dan tiga sarang di kawasan Gunung Halimun. Tim Konservasi Elang Jawa Tanahalisa telah memantau sarang Elang Jawa aktif setiap tahun, tahun ini dilakukan sejak akhir 2020.
Advertisement