Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pertanyaan mengemuka seiring datangnya bulan Ramadan. Selama ini banyak pandangan atau anggapan yang terus berkembang sejak lama hingga sekarang, salah satunya tentang setan diikat saat Ramadan.
"Soal itu ada hadisnya, hadis sahih Bukhari dan sahih Muslim. Bahwasanya saat Ramadan datang, itu pintu surga dibuka, setan-setan diikat, dan seterusnya. Ada ulama yang memahami itu secara hakiki, ada juga memahami itu sebagai simbol saja," ujar Ibnu Kharish, Lc.,M.Hum alias Ustaz Ahong dalam acara Komuji Jakarta, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Ibnu menambahkan, mereka yang memahami secara hakiki, tidak semua setan itu diikat, karena setan itu banyak jenisnya. Ibnu mencontohkan, kalau setan yang diikat itu adalah setan yang mencuri rahasia ilahi.
"Contohnya, seperti paranormal, itu ada setannya. Itu kan biasa mengintip rahasia Allah," ujar Ahong. "Itu kata salah satu ulama yang memahaminya secara hakiki," imbuhnya.
Sementaa itu, ada ulama mengatakan bahwa setan diikat itu tidak dimaknai secara hakiki. "Artinya, di bulan Ramadan ini kemaksiatan, perbuatan-perbuatan dosa itu berkurang karena saking banyaknya kebaikan, seakan-akan setan itu diikat sehingga keberadaannya tidak tampak," ujar Ahong.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hawa Nafsu
Selain hadis, lanjut Ahong, ada juga dalam Alquran, firman Allah menyebutkan bahwa salat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Faktanya, banyak orang salat tapi masih memarahi istri, tetap korupsi, dan berbuat dosa.
Kata Ahong, tugas setan itu membisikan saja. Adapun yang mendorong itu, hawa nafsu yang ada dalam diri seseorang. Ada hawa nafsu baik, ada hawa nafsu buruk.
"Kalau mengikuti apa yang diperintah setan, maka hawa nafsu buruk kita yang menang. Begitu pun mereka yang berpuasa, setan mau dipenjara atau nggak, setan mau diikat atau nggak, kalau kita masih mengikuti hawa nafsu, itu artinya masih mengikuti setan," kata Ahong.
Advertisement