Liputan6.com, Jakarta - Deretan perempuan muda Indonesia berhasil masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30. Mereka adalah sosok-sosok terpilih yang tak hanya berprestasi, tetapi juga menginspirasi berusia di bawah 30 tahun, satu di antaranya adalah Maudy Ayunda.
Forbes 30 Under 30 sendiri mengapresiasi aksi dan prestasi para anak muda dari seluruh dunia, termasuk di Asia. Ada sederet kategori berdasarkan bidang dan fokus yang dinaungi oleh mereka.
Lantas, siapa saja perempuan Indonesia yang mantap ada dalam daftar Forbes 30 Under 30 di 2021 ini? Simak rangkuman selengkapnya seperti dilansir dari laman Forbes, Rabu (21/4/2021), berikut ini.
Advertisement
Baca Juga
Kategori Entertainment and Sports
Maudy Ayunda
Penyanyi berusia 26 tahun ini berhasil ada dalam daftar Forbes 30 Under 30 untuk kategori Entertainment and Sports. Maudy Ayunda dikenal sebagai aktris cilik dan bernyanyi ketika remaja. Ia telah membintangi pemeran utama dari 10 film dengan film Habibie & Ainun 3 di 2019 yang menghasilkan 2 juta penjualan tiket.
Ia juga digandeng Disney untuk menyanyikan soundtrack Indonesia untuk film Moana. Maudy turut berperan sebagai aktivis untuk pendidikan, literasi, hingga pemberdayaan anak muda. Ia belajar Filsafat, Politik dan Ekonomi di Oxford, serta Bisnis dan Pendidikan di Stanford.
Kategori The Arts
Kathleen Gondoutomo
Memasuki kategori The Arts, CEO H! Cups Kathleen Gondoutomo turut ada dalam daftar. Usai bekerja di Kraft Heinz, perempuan berusia 28 tahun ini ingin menyuguhkan minuman yang mudah dipesan sekaligus memberdayakan perempuan yang menganggur di seluruh Indonesia.
Ia membuka bisnis ini pada 2019 dengan fokus menanamkan keterampilan bisnis yang penting kepada karyawan perempuan dan membantu mereka meningkatkan penghasilan mereka. H! Cups telah membuka lebih dari 40 toko dan mempekerjakan lebih dari 150 wanita, menjual 120 ribu cangkir setiap bulan.
Liana Gonta Widjaja
Sosok inspiratif yang juga masuk Forbes 30 Under 30 adalah Liana Gonta Widjaja. Cofounder Greenly berusia 28 tahun ini bekerja dengan dokter guna mengembangan rencana makan sehat bagi pasien yang sakit kritis di Rumah Sakit Nasional di Jawa Timur. Liana lantas mendirikan Greenly pada 2019 untuk memanfaatkan permintaan makanan sehat yang terus meningkat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Charina Prinandita
Masih di kategori The Arts, Cofounder Eatlah turut ambil bagian dalam daftar. Pada 2016, perempuan berusia 29 tahun ini dan dua orang pendiri memutuskan untuk memulai bisnis yang dikembangkan sendiri di Indonesia, yakni Eatlah, rantai makanan cepat saji lokal menyajikan makanan rumahan Indonesia, seperti nasi ayam telur asin.
Kategori Retail and Ecommerce
Jennifer Heryanto
Pendiri dan CEO SKK Jewels berusia 29 tahun ini memimpin pengembangan produk emas dan fasilitas manufaktur dengan lebih dari 250 pekerja dan mengelola dua merek perhiasan pemenang penghargaan (Hala Gold dan Sandra Dewi Gold).
Jessica Lin
Deca Group terkenal dengan merek Everwhite, yang didirikan Cofounder Deca Group berusia 29 tahun ini pada 2016 usai masalah kulit sang pengusaha mendorongnya untuk mencari produk pencerah kulit dengan harga terjangkau. Startup yang berbasis di Jakarta, Indonesia ini telah berkembang menjadi perawatan jerawat dan serum anti-penuaan.
Stefani Tan
Cofounder Jolie Clothing ini adalah kepala desainer merek fesyen yang berbasis di Jakarta. Didirikan pada awal 2014, bertujuan untuk menyediakan busana yang terjangkau dan nyaman. Ia memegang gelar master seni dari Raffles Design Institute Singapura.
Kategori Industry, Manufacturing and Energy
Liris Maduningtyas
Perempuan berusia 28 tahun yang menjabat sebagai Cofounder Jala Tech ini mendirikan Jala Tech pada 2015. Jala Tech adalah perusahaan rintisan teknologi pertanian yang berbasis di Yogyakarta, Indonesia. Ini mengembangkan perangkat lunak dan pengukur air pintar untuk membantu petambak udang memeriksa kualitas air dan melacak stok untuk meningkatkan produksi.
Advertisement
Social Impact
Nashin Mahtani
Mahtani adalah Director Yayasan Peta Bencana (Disaster Map Foundation), di mana ia memimpin pengembangan perangkat lunak untuk mendukung bantuan bencana. Diluncurkan pada 2017, Peta Bencana, yang berarti "peta bencana" dalam bahasa Indonesia, menggunakan bot yang dibantu AI untuk memantau postingan media sosial oleh penduduk di daerah yang terkena bencana di Indonesia dan untuk memetakan gempa bumi, kebakaran, dan banjir secara real time. Atas karyanya, Mahtani menjadi salah satu dari lima finalis Penghargaan Kepemimpinan Pemuda Global Citizen Prize 2019.
Anbita Nadine Siregar dan Tania Soerianto
Merek adalah Cofounders Yayasan Generasi Maju Berkarya (Generation Girl) berbasis di Jakarta untuk menginspirasi gadis-gadis sekolah menengah untuk bekerja di industri teknologi. Bekerja dengan raksasa industri seperti Tokopedia, Google, dan Microsoft, duo ini menawarkan kelas yang mengajarkan keterampilan seperti pengkodean dan desain web.
Kategori Healthcare and Science
Levana Sani
Didirikan oleh Sani pada 2016, Nalagenetics yang berbasis di Singapura bekerja di bidang baru farmakogenetik, yang mempelajari bagaimana gen memengaruhi respons pasien terhadap terapi obat. Startup tersebut sejauh ini telah menguji lebih dari 1.000 pasien, dan hasilnya kemudian dapat digunakan oleh dokter untuk menyesuaikan resep dan berpotensi mengurangi reaksi obat yang merugikan. Cofounder Nalagenetics berusia 28 tahun ini meraih gelar B.S. gelar dalam biokimia dari University of Southern California, dan M.B.A. dari Harvard Business School.
5 Cara Cegah Covid-19 Saat Berolahraga di Gym
Advertisement