Sukses

Beasiswa untuk Selamatkan Anak Perempuan Flores yang Rentan Putus Sekolah di Masa Pandemi

Jumlah anak perempuan di NTT yang melanjutkan pendidikan dari sekolah dasar terus menurun drastis.

Liputan6.com, Jakarta - Ada beragam cara memperingati Hari Kartini pada 21 April. Salah satunya dengan meluncurkan 'Girls’ Scholarship Program', sebuah program beasiswa khusus untuk siswi di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Program beasiswa dari Taman Bacaan Pelangi ini diberikan untuk siswi-siswi yang saat ini duduk di bangku SMP di Kabupaten Ende dan Nagekeo, Flores, sampai mereka lulus SMA.  Hal ini disesuaikan dengan data tingkat putus sekolah yang ada di Indonesia secara umum, maupun data di NTT secara khusus.

"Kami mengapresiasi kepedulian Taman Bacaan Pelangi terhadap kemajuan anak-anak perempuan di daerah kami. Beasiswa ini sangat berarti bagi para siswi dan keluarga mereka. Secara tidak langsung hal ini berkontribusi positif pada peningkatan kualitas masyarakat di Nagekeo," ucap Bupati Kabupaten Nagekeo Johanes Don Bosco, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 21 April 2021,

Tentu ada beragam faktor pendorong yang mendorong program beasiswa tersebut. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT 2019 menyebutkan, rata-rata angka lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas adalah 7.99 tahun. Itu artinya, mayoritas penduduk di NTT hanya bersekolah selama delapan tahun, yaitu hingga di jenjang SMP kelas 2.

Di Indonesia, menurut data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) 2019, jumlah anak usia 7-12 tahun di Indonesia yang tidak bersekolah adalah sebanyak 1.228.792 anak. Untuk anak usia 13-15 tahun jumlahnya sebanyak 936.674 anak. Sedangkan usia 16-18 tahun adalah yang terbanyak, yaitu 2.420.866 anak yang tidak bersekolah. Total di 34 provinsi di Indonesia ada 4.586.332 anak yang tidak bersekolah.

Mereka merupakan anak-anak dari keluarga prasejahtera, penyandang disabilitas, dan mereka yang tinggal di daerah terpencil. Program pemerintah wajib belajar sembilan tahun memang cukup untuk bersekolah setidaknya hingga jenjang SMP. Namun, jutaan anak di daerah terpencil tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMA dan mayoritas terjadi pada anak perempuan.

Pemberian beasiswa lebih fokus pada anak perempuan karena, menurut data dari BPS Provinsi NTT 2017, anak perempuan yang mampu tamat SD di NTT hanya sebesar 37,58 persen. Jumlah anak perempuan yang melanjutkan pendidikan dari sekolah dasar terus mengalami penurunan drastis untuk tingkatan jenjang yang lebih tinggi.

Sementara menurut Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2016, sebanyak 53.07 persen perempuan NTT berusia 15 tahun ke atas hanya mampu bekerja di sektor primer (bidang pertanian). Itu pun statusnya pekerja keluarga atau pekerja tak dibayar.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

2 dari 3 halaman

3 Komponen Beasiswa

Menurut founder Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil, lewat program berasiswa ini mereka memberikan kesempatan kepada anak-anak perempuan yang berprestasi tapi berasal dari keluarga prasejahtera untuk dapat terus memempuh pendidikan hingga lulus SMA.

"Kami percaya kalau mereka mendapat kesempatan untuk maju dan berkembang, anak-anak perempuan akan mampu menjadi penggerak dan agen perubahan di lingkungan sekitar mereka," ujar Nila Tanzil.

Faktor pendorong lainnya, anak perempuan paling rentan putus sekolah karena berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi, hingga budaya di Indonesia, terutama di daerah pelosok, yang masih kental dengan patriarki. Situasi itu membuat banyak anak perempuan di NTT terpaksa harus putus sekolah untuk membantu mengurus rumah tangga atau bahkan menikah dini.

"Kami ingin membantu mengurangi angka putus sekolah di Indonesia, khususnya bagi anak-anak perempuan. Dan ini bukan program beasiswa biasa. Selain diberikan biaya untuk keperluan sekolah, ada berbagai program untuk penerima beasiswa untuk mengembangkan kemampuan mereka." ungkap Nila Tanzil.

Program Girls’ Scholarship dari Taman Bacaan Pelangi ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Beasiswa Pendidikan. Penerima beasiswa akan dibayarkan uang SPP, uang komite, uang seragam sekolah, biaya ekstra kurikuler, dana untuk membeli buku, dan lain-lain.

2. Pelatihan pengembangan kapasitas diri . Para penerima beasiswa akan menerima berbagai pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan soft skills mereka, contohnya pengembangan rasa percaya diri, public speaking, literasi keuangan, dan lain sebagainya;

3. Mentoring. Para penerima beasiswa akan mendapatkan mentor khusus yang merupakan perempuan sukses di berbagai bidang.

Untuk gelombang pertama, 20 siswi sudah lolos dan terpilih sebagai penerima beasiswa selama proses seleksi sejak Oktober 2020 yang melibatkan berbagai pihak, antara lain Dinas Pendidikan di Kabupaten Nagekeo dan Ende, kepala sekolah, serta para pemuka masyarakat.

3 dari 3 halaman

Subsidi Kuota Internet Untuk Peserta Didik