Sukses

Ilmuwan Temukan Bakteri Pengurai Plastik, Bisa Jadi Solusi Sampah Plastik?

Plastik merupakan salah satu limbah paling banyak dan sumber sebagian besar polusi di lautan.

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan China mencatat identifikasi campuran bakteri laut yang diklaim mampu mengurai plastik, salah satu limbah paling banyak dan sumber sebagian besar polusi di lautan. Sementara kualitas bakteri pemakan plastik sudah diketahui komunitas ilmiah, penelitian oleh Institute of Oceanology, Chinese Academy of Sciences, adalah yang pertama menetapkan hubungan langsung ke polythene (PE).

Dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of Hazardous Materials, Jumat, 23 April 2021, tim yang dipimpin Sun Chaomin mengatakan, mereka telah menemukan kombinasi bakteri yang mampu mengurai tidak hanya polietilen tereftalat (PET), tapi juga plastik yang digunakan untuk membuat tas.

"Dibandingkan dengan studi ekstensif tentang bakteri dan enzim yang mendegradasi PET, penelitian tentang degradasi PE tertinggal jauh di belakang," kata para peneliti melansir laman South China Morning Post, Senin, 3 Mei 2021.

Tim peneliti mengatakan, mereka menambahkan bakteri ke sampel polietilen, serta polietilen tereftalat, dan setelah tes berulang kali, tercatat bahwa kombinasi tertentu dari tiga jenis bakteri menyebabkan "kerusakan nyata" pada plastik, termasuk membuat "banyak retakan berat dan lubang yang dalam."

Sekitar lima juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahun dan para ilmuwan sangat ingin menemukan cara ramah lingkungan untuk membuangnya. Menurut studi itu, sampah plastik bertanggung jawab atas kematian sekitar satu juta burung dan 10 ribu hewan laut setiap tahun dengan PE dan PET termasuk di antara "pelanggar terburuk."

Sementara para ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 430 mikroorganisme yang dapat merusak berbagai jenis plastik, Wolfgang Streit, seorang profesor mikrobiologi dan bioteknologi di Universitas Hamburg di Jerman, yang tidak terlibat dalam penelitian di China, mengatakan bahwa temuan itu menarik.

"(Ilmuwan) memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana PET terdegradasi. Kami memiliki enzim untuk PET. Tapi untuk PE, tidak ada satu pun enzim yang diketahui dapat mendegradasinya," katanya soal solusi mengatasi sampah plastik secara lebih ramah lingkungan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Tidak Bergantung pada Satu Solusi

Kemampuan degradasi dari campuran bakteri yang diidentifikasi Sun dan tim dicatat Streit sebagai yang "terbaik yang pernah dilihat," kendati memperingatkan bahwa diperlukan studi lebih lanjut.

"Dengan hanya memiliki komunitas bakteri yang mendegradasi plastik … tidak mudah untuk menentukan bakteri dan enzim yang tepat untuk melakukan (penguraian polusi plastik) tersebut," katanya. "Perlu penelitian beberapa tahun lagi untuk mencapai itu."

Douglas Woodring, pendiri dan direktur pengelola Ocean Recovery Alliance, sebuah organisasi lingkungan yang berbasis di Hong Kong dan Amerika Serikat, menyetujui perlunya lebih banyak penelitian, serta regulasi dan tanggung jawab perusahaan secara lebih baik.

"Meski saya tidak mengabaikan penemuan baru ini, kita tidak boleh terlalu bersemangat dan menaruh semua harapan pada satu solusi," katanya. "Kami memiliki semua teknologi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan krisis polusi plastik saat ini, tapi jangan digunakan secara gegabah."

PET, katanya, adalah salah satu plastik yang paling mudah dikumpulkan dan didaur ulang. "Namun, kami masih sulit melakukannya pada skala yang sesuai dengan volume botol yang dimasukkan ke dalam perekonomian kami," katanya.

Paul Zimmerman, ketua Drink Without Waste, inisiatif daur ulang plastik yang berbasis di Hong Kong, mengatakan bahwa perlu juga mempertimbangkan implikasi logistik dari temuan baru tersebut.

"Mengumpulkan plastik dari laut itu mahal, kecuali jika Anda menyarankan bahwa bakteri dilepaskan di laut untuk memakan plastik. Tapi, itu menciptakan risiko tinggi perubahan alam dan konsekuensi yang tidak diinginkan," katanya.

3 dari 3 halaman

Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat