Sukses

Studi: Diet Mediterania Disebut Cegah Lupa dan Demensia

Para peneliti menemukan diet mediterania dapat meningkatkan fungsi kognitif, terutama memori.

Liputan6.com, Jakarta - Diet mediterania jadi salah satu diet yang cukup banyak mencuri atensi saat ini. Sebuah studi baru diet yang terinspirasi oleh makanan tradisional dari Mediterania ini disebut dapat menurunkan risiko demensia, ciri khas penyakit Alzheimer.

"Banyak bukti terus membangun bahwa Anda adalah apa yang Anda makan dalam hal kesehatan otak," kata Dr. Richard Isaacson, yang memimpin Klinik Pencegahan Alzheimer di Weill Cornell Medicine dan Rumah Sakit New York-Presbyterian, seperti dilansir dari CNN, Kamis, 6 Mei 2021.

Isaacson yang tidak terlibat dalam penelitian ini menambahkan, dalam studi penting ini, para peneliti menunjukkan bahwa diet tersebut kemungkinan tidak hanya bisa meningkatkan fungsi kognitif, terutama memori, tetapi juga mengurangi risiko patologi penyakit Alzheimer.

"Untuk setiap poin kepatuhan yang lebih tinggi dengan diet, orang memiliki satu tahun lebih sedikit penuaan otak. Itu mengejutkan," lanjutnya. "Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa itu mungkin untuk mengendalikan kesehatan otak Anda, namun penelitian ini menunjukkan hal itu kepada kita."

Studi yang diterbitkan Rabu, 5 Mei 2021, di Neurology, jurnal medis American Academy of Neurology, meneliti 343 orang yang berisiko tinggi mengembangkan Alzheimer dan membandingkan mereka dengan 169 subjek yang secara kognitif normal. Pertama, para peneliti menguji keterampilan kognitif setiap orang, termasuk bahasa, memori dan fungsi eksekutif, dan menggunakan pemindaian otak untuk mengukur volume otak. Cairan tulang belakang dari 226 partisipan juga diuji biomarker amiloid dan protein tau.

Lalu, orang-orang ditanyai seberapa baik mereka mengikuti diet Mediterania. Usai menyesuaikan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan pendidikan, studi ini menemukan bahwa orang yang tidak mengikuti diet dengan saksama memiliki lebih banyak tanda penumpukan amiloid dan tau di cairan tulang belakang mereka daripada mereka yang mematuhi diet.

Selain itu, untuk setiap poin yang hilang dari seseorang karena gagal mengikuti diet Mediterania, pemindaian otak mengungkapkan satu tahun tambahan penuaan otak di area yang terkait dengan Alzheimer, seperti hipokampus.

"Hasil ini menambah bukti yang menunjukkan apa yang Anda makan dapat memengaruhi keterampilan ingatan Anda di kemudian hari," kata penulis studi Tommaso Ballarini, seorang rekan postdoctoral di Pusat Jerman untuk Penyakit Neurodegeneratif di Bonn, Jerman, dalam sebuah pernyataan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Korelasi dengan Fungsi Otak

"Masih ada satu pertanyaan yang belum terjawab: Mengapa sebenarnya diet Mediterania melindungi dari Alzheimer?" kata Isaacson, yang juga merupakan wali dari Yayasan Riset Otak McKnight.

Sebuah studi terhadap hampir 6 ribu lansia Amerika yang sehat dengan usia rata-rata 68 tahun menemukan mereka yang mengikuti Mediterania atau diet serupa MIND menurunkan risiko demensia hingga sepertiganya.

Mediterranean-DASH Intervention for Neurodegenerative Delay (MIND) berfokus pada makan setidaknya enam porsi seminggu sayuran berdaun hijau seperti bayam atau kangkung, dan setidaknya satu porsi sehari sayuran lain.

"Makan pola makan nabati yang sehat dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih baik dan sekitar 30 persen hingga 35 persen lebih rendah risiko gangguan kognitif selama penuaan," kata penulis utama Claire McEvoy, asisten profesor di Queen's University Belfast, kepada CNN ketika studi tersebut diterbitkan.

"Dalam studi ini, sementara diet Mediterania secara keseluruhan menurunkan risiko, faktor terkuat untuk benar-benar menggerakkan adalah konsumsi ikan secara teratur," kata Isaacson.

Semakin banyak orang bertahan pada diet tersebut, kata McEvoy, semakin baik fungsi kognitif mereka. Mereka yang mengikuti diet sedikit juga mendapat manfaat, tetapi dengan margin yang jauh lebih kecil. Partisipan penelitian ini 18 persen lebih kecil kemungkinannya untuk menunjukkan tanda-tanda gangguan kognitif.

 
3 dari 3 halaman

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.