Liputan6.com, Jakarta - Isu keberlanjutan mulai memasuki semua aspek kehidupan, tak terkecuali persoalan telur ayam. Dari sederet metode memproduksi telur, telur yang dihasilkan di kandang bebas sekat dianggap yang paling mengakomodasi hak kesejahteraan hewan.
Berangkat dari pemahaman tersebut, Super Indo menyiapkan telur dari kandang bebas sekat (cage-free egg) sejak Maret 2021. Sejauh ini, baru 15 gerai di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang menyediakan opsi tersebut.
"Ambisi kami di 2022, 100 persen gerai Superindo bisa menjual telur ayam bebas kandang sekat," kata Arya Kusumo, Sustainability Department Head Super Indo, dalam jumpa pers virtual, Jumat, 7 Mei 2021.
Advertisement
Baca Juga
Telur ayam yang dihasilkan di kandang bebas sekat diklaim memiliki kualitas lebih baik dibandingkan yang diproduksi di kandang-kandang kecil. Pasalnya, ayam bisa lebih bebas berkeliaran meski mereka tetap berada dalam kandang.
"Kalau menurut psikologi hewan, ayam akan lebih bahagia dibandingkan dengan ayam yang ditempatkan di kandang yang kecil-kecil. Karena bahagia, akan hasilkan telur yang lebih baik," jelas Yuvlinda Susanta, Head of Corporate Affairs & Sustainability Super Indo.
Ia menambahkan, semua telur dari kandang bebas sekat disuplai dari penyedia lokal. Ia juga menegaskan bahwa seluruh telur yang dijual di seluruh gerai Super Indo telah tersertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) yang mengacu kepada Permentan Nomor 11 Tahun 2020. Sertifikasi itu menandakan bahwa produk telah memenuhi persyaratan higienitas dan sanitasi.
"Semua telur yang dijual di Super Indo dipastikan sudah tersertifikasi NKV, baik yang kemasan maupun curah. Bedanya dengan cage-free egg itu hanya pada metodenya saja. Tapi, semua keamanan pangannya terjamin lewat sertifikasi NKV," imbuh dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bagaimana dengan Harga?
Penyediaan telur dari kandang bebas sekat juga tak lepas dri tren di luar negeri. Yuvlinda menyebut di Belanda, kantor pusat grup ritel berada, seratus persen telur yang dijual dihasilkan dari peternakan dengan metode tersebut. Namun, ada investasi lebih yang harus dikeluarkan untuk mendukungnya. Maka itu, harga telur tersebut berbeda dari telur yang diproduksi secara konvensional.
"Tentunya dengan telur yang dipiara tanpa sekat, dijual dengan harga lebih tinggi. Kami juga baru 15 store," ucap Donny Ardianta Passa, Vice President Buying & Indirect Procurement Super Indo, tanpa menyebutkan angka secara detail.
Harga lebih tinggi itu lantaran metode tersebut membutuhkan luasan area peternakan lebih besar. Sementara, ayam yang ditempatkan di kandang kotak kecil lebih 'murah' lantaran ayam tak bisa bergerak ke sana kemari.
"Kami berharap ritel lain bergerak bersama, supaya nilai keekonomisannya rata. Kalau nilai ekonomis sudah didapat, akan berimbang," imbuh dia.
Advertisement