Sukses

6 Fakta Menarik tentang Majalengka, Kota Angin di Jawa Barat

Selain unik karena topografinya, budaya lokal Majalengka juga membuat wilayah ini punya pesona tersendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Tatar Pasundan, Jawa Barat. Kabupaten Majalengka memiliki 26 kecamatan, 13 kelurahan, dan 330 desa. Mayoritas masyarakat yang mendiaminya adalah etnis Sunda, sehingga bahasa sehari-hari yang digunakan pun Bahasa Sunda.

Pada zaman kerajaan Hindu-Budha, Majalengka terbagi jadi tiga kerajaan, salah satunya Kerajaan Sindangkasih. Hal itu membuat Majalengka memiliki banyak cerita rakyat yang masih hidup di kalangan masyarakatnya hingga saat ini.

Bagian utara Kabupaten Majalengka merupakan daerah dataran rendah, sedangkan paras sisi selatannya berupa barisan pegunungan. Terlepas dari itu, wilayah tetangga Cirebon ini masih menyimpan sederet fakta menarik. Berikut beberapa di antaranya seperti dilansir dari berbagai sumber, Sabtu, 8 Mei 2021.

1. Dijuluki Kota Angin

Julukan kota angin telah melekat pada Majalengka sejak 1980-an. Bukan tanpa sebab, hampir setiap hari hembusan angin di kabupaten ini selalu kencang. Masyarakat sekitar biasanya menyebut angin di Majalengka dengan angin ngagelebug yang berarti hembusan angin kencang.

Kecepatan angin di Majalengka akan semakin terasa saat memasuki musim hujan. Namun, angin akan berhembus lebih kencang lagi selama Agustus. Secara sains, angin kencang di Majalengka disebabkan adanya perbedaan tekanan udara di wilayah utara dan selatan, serta didukung faktor adanya Gunung Ciremai.

2. Kampung Enam Rumah

Balemalang adalah salah satu kampung dengan sejarah unik di Kabupaten Majalengka. Konon, rumah di Balemalang tidak pernah bertambah. Hingga kini, hanya terdapat tujuh bangunan, yakni enam rumah dan satu musala di sana.

Letak kampung ini sulit dijangkau karena kondisi jalan yang kecil dan menurun tajam. Saat ini, Kampung Balemalang ditempati lima kepala keluarga yang kesehariannya bekerja sebagai petani dan perajin anyaman rotan maupun bambu. Masyarakat Majalengka mengatakan bahwa kampung ini merupakan kampung tanggung karena terbentuk sangat alami sehingga tidak bisa ditambah bangunan rumahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

3. Bandara Terbesar Kedua di Indonesia

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati telah dibangun sejak Desember 2015, tercatat sebagai bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Bandara Kertajati dapat menampung kurang lebih 5,6 juta penumpang di atas lahan seluas 1.800 hektare. Di samping ragam fasilitas modern, ada juga sejumlah patung, salah satunya patung perempuan tengah menyambut penumpang bandara.

Kemegahan Bandara Kertajarti juga dikombinasikan dengan penyertaan motif batik megamendung di berbagai sisi.

4. Kota Penghasil Kecap Tertua

 

Kecap jadi salah satu produk unggulan yang telah melegenda di Majalengka. Wilayah ini setidaknya memiliki tiga produk kecap terkenal.

Salah satunya kecap Maja Menjangan (MM) yang merupakan produk kecap tertua di Majalengka yang sudah ada sejak 1940. Kecap Majalengka memiliki citra khas tersendiri dan tahan lama, yakni sampai sekitar dua tahun tanpa bahan pengawet. Pengolahan dengan cara mencampurkan garam dalam jumlah banyak membuatnya tahan lama.

3 dari 4 halaman

5. Danau Biru yang Tersembunyi

Disebut sebagai "danau biru tersembunyi," Telaga Nila memiliki air jernih berwarna biru kehijauan. Ketika debit air surut, warna Telaga Nila jadi hijau, sedangkan ketika debit air naik warnanya akan jadi biru.

Beberapa warga sekitar sering menyebut telaga ini sebagai Danau Tosca dan Blue Lagoon. Lokasi Telaga Nila terbilang cukup sulit diakses kendaraan roda empat.

6. Pesona Bukit Bintang-nya Majalengka

Terasering Panyaweuyan Argapura merupakan salah satu wisata alam andalan Majalengka. Destinasi yang biasa dikenal dengan Lembah Panyaweuyan ini menawarkan keindahan perbukitan terasering yang hijau nan asri. Lokasi yang sering disebut sebagai Bukit Bintang-nya Majalengka ini berdiri di ketinggian mencapai 200 meter di atas permukaan laut.

Lemah Panyaweuyan memiliki panorama hamparan sawah berundak seperti di Tegallalang, Ubud, Bali. Langit cerah berpadu kabut yang menyelimuti bukit membuat pesona Panyaweuyan semakin sulit ditolak. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

4 dari 4 halaman

Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah