Liputan6.com, Jakarta - Adalah Mean Pich Rita, ratu kecantikan yang terlibat kasus pengadilan tingkat tinggi di Kamboja. Ia melawan seorang taipan di meja hijau dan persidangan kasus tersebut ramai jadi perbincangan di media sosial, memicu perdebatan sengit tentang pelecehan seksual, kekuasaan, dan persetujuan.
Pich Rita, menurut laporan South China Morning Post, Senin (17/5/2021), seorang mahasiswa tahun kedua dan mantan finalis Miss Grand Cambodia ini ditangkap dan ditahan pada 8 Mei, dengan tuduhan mencuri iPhone milik Heng Sier, seorang pengusaha terkemuka.
Pria 60 tahun itu juga menuduh Pich Rita memeras dan menikamnya dalam sebuah pertemuan di mobilnya pada 4 Mei. Sementara, Pich Rita mengklaim Sier memiliki senjata di mobilnya dan menuduhnya melakukan pelecehan seksual, serta berusaha memerkosanya.
Advertisement
Tuduhan tersebut awalnya dilayangkan secara diam-diam di departemen kepolisian distrik dan pengadilan kota Phnom Penh, tapi menarik perhatian publik pekan lalu ketika mantan pengacara David Chanaiwa mulai live streaming di Facebook tentang detail kasus dan tuduhan Pich Rita terhadap Sier.
Baca Juga
“Yang saya coba lakukan adalah memberi informasi karena saya merasa prosedur ini tidak adil," ujarnya. "Saya yakin (tanggapan pihak berwenang) tidak adil, karena mereka datang dan menjemput (Pich Rita) dari rumahnya dan menahannya, tapi pihak lain (Sier) yang dituduhnya bebas."
Unggahan tersebut jadi viral pada 11 Mei setelah Chanaiwa membagikan video Pich Rita menangis di bahu ibunya setelah pengadilan mengembalikannya dalam penahanan pra-persidangan.
"Saya muak dengan diri saya sendiri," kata Pich Rita dalam video. "Saat saya menutup mata, saya melihatnya menyentuh saya. Ia punya pistol dan ingin menyentuh saya. Saya sangat takut. Ia ingin menyakiti saya. "
Sebagai tanggapan, pihak Sier pada Kamis, 13 Mei 2021, merilis pernyataan yang mengklaim ia memiliki hubungan dengan Pich Rita sebelum perempuan 20 tahun itu meminta sejumlah uang untuk mengakhiri dugaan perselingkuhan mereka. Ia meminta maaf pada istri dan keluarganya, tapi tegas mengatakan bahwa sang finalis kontes kecantikan berusaha melukainya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Munculkan Gelombang Solidaritas
Potret tidak senonoh yang diduga menggambarkan Pich Rita, di mana itu telah ia bantah, juga beredar di media sosial. Pihak berwenang akhir pekan lalu menangkap putri dan menantu Sier karena memalsukan gambar tersebut.
MyTV, perusahaan hiburan yang mempekerjakan Pich Rita sebagai presenter TV, telah meliput kasus tersebut, tapi Miss Grand Cambodia ini belum memberi pernyataan. Sementara, para selebritas Kamboja telah memenuhi media sosial dengan tagar #JusticeForYubi.
Aktris dan model Kamboja, Rachana Ravady, mendesak pengikut Facebook-nya melindungi wanita yang dituduh melakukan kekerasan dan penyerangan seksual, dengan bertanya, "Mengapa setiap kali ada kasus pelecehan terhadap wanita, selalu ada perbedaan pendapat, menyalahkan korban?"
Aktris lain, Vannak Bormey, mengunggah video yang telah menarik lebih dari 100 ribu kali penayangan, membahas wanita lain yang meragukan atau menolak klaim pelecehan seksual.
"Karena saya salah satu korban, saya tidak berharap Anda memahami perasaan kami, karena kami tidak ingin Anda memahaminya," katanya. "Tapi, saya harap Anda bisa menggunakan suara Anda sebagai wanita untuk melindungi wanita lain."
Socheata Hing, yang bekerja untuk platform kesehatan seksual remaja Dosslarb, mengatakan, orang Kamboja telah memulai percakapan tentang pelecehan seksual dan persetujuan, tapi diskusi itu lebih sulit ketika kekuasaan dan uang terlibat.
"Wanita ingin menginspirasi satu sama lain untuk memiliki keberanian berbicara," katanya. "Kita masih hidup dalam masyarakat konservatif yang (berarti) para korban tidak berani angkat bicara karena takut disalahkan, diabaikan, atau dipermalukan."
Sebagai tanggapan, 37 organisasi Kamboja telah merilis surat yang menyerukan tindakan hukum terhadap Sier, serta taipan properti Duong Chhay, yang tahun lalu tercatat memukuli mantan istrinya di rumah mereka.
Surat itu juga menyerukan tindakan serupa diambil terhadap mantan komisaris polisi Kampong Thom, Ouk Kosal, yang tahun lalu dituduh melakukan tindakan seksual oleh enam petugas polisi wanita.
Chhay menanggapi pemeriksaan tersebut dengan bergabung jadi biksu Buddha, sementara Kosal untuk sementara ditangguhkan dari posisinya. Keduanya mengklaim tuduhan itu tidak berdasar.
Advertisement