Liputan6.com, Jakarta - Sebagai gunung tertinggi di dunia, pesona Gunung Everest tak bisa ditampik. Para pendaki gunung dari seluruh dunia berlomba-lomba bisa menaklukkan gunung dengan ketinggian 8.849 meter di atas permukaan laut itu.
Salah satunya adalah Vanessa O'Brien. Pendaki perempuan asal Amerika Serikat itu berhasil mencapai puncak Gunung Everest selama lebih dari 50 hari pendakian.Â
Itu bukan satu-satunya pengalaman O'Brien dalam mendaki gunung. Perempuan bergelar MBA dan NYU Stern School of Business tersebut pernah meraih Guiness World of Record setelah menyelesaikan pendakian beragam puncak gunung tertinggi di dunia selama 295 hari per 19 Mei 2012.
Advertisement
Baca Juga
Ia juga menjadi wanita pertama yang mencapai titik tertinggi dan terendah di Bumi. Ia mencapai Challenger’s Deep (10.925 meter) di dasar Palung Mariana menggunakan kapal selam pada 12 Juni 2020.
Pencapaian O'Brien bukan tanpa usaha keras. Ia harus berlatih agar bisa mencapai target yang ditetapkannya.
"Saya bekerja keras dengan pelatih kinerja, Ross Eathorne untuk berlatih menghadapi tantangan pendakian gunung di dataran tinggi," kata O'Brien, dikutip dari AsiaOne, Rabu (19/5/2021).
Sang pelatih menerapkan beberapa metode pelatihan untuk menyiapkan fisik perempuan itu. Di antaranya adalah menyeret karung pasir berat yang diikat ke tali dari atas ke bawah aula.Â
"Untuk membantu membangun stamina kardiovaskular dataran tinggi yang diperlukan untuk pendakian gunung, kami merancang sirkuit intensitas tinggi untuk diselesaikan saat membawa peralatan pendakian dan perlengkapan berkemah," kata Eathorne, pria berusia 52 tahun itu.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tantangan Mental
O’Brien menyadari bahwa keterampilan mendaki gunung adalah pemahaman tentang ketinggian pada tubuh dan stamina. Ia menjelaskan keterampilan tersebut bisa ditingkatkan secara bertahap.Tetapi, perempuan berusia 56 tahun itu mengungkapkan tantangan terberat pendakian gunung adalah mental dibandingkan fisik.
Maka itu, ia memanfaatkan meditasi untuk mengatasi pikiran negatif dan rasa cemasnya. Ia membayangkan meletakkanya di atas rakit dan pikiran tersebut melayang pergi.
"Mendaki gunung lebih bersifat mental daripada fisik. Anda melampaui kemampuan tubuh, tetapi saya memiliki mantra yang terfokus untuk tetap tajam," jelasnya.
Menurut O’Brien, mendaki gunung telah mengajarinya banyak hal, pertama dan tersulit adalah melepaskan kendali untuk fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan. "Untuk mencapai puncak gunung yang telah saya daki, saya harus melepaskan ego yang saya miliki, terlalu berat untuk diangkut. Saya yakin itu ada di celah di suatu tempat sampai hari ini," kata O’Brien. (Muhammad Thoifur)
Advertisement