Sukses

Tradisi Unik Hari Raya Waisak di 6 Negara, Apa Saja?

Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara lain juga merayakan Waisak.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Waisak tahun ini jatuh pada Rabu, 26 Mei 2021. Seluruh umat Buddha percaya bahwa Buddha Gautama, reinkarnasi kedelapan Dewa Wisnu dan pendiri agama Buddha lahir dengan pencapaian, pencerahan, serta keselamatan (nirwana).

Waisak telah menjadi  perayaan besar pada setiap tahunnya, sama seperti perayaan agama pada umumnya. Peringatan Waisak dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia dengan melakukan berbagai kegiatan, khususnya ritual suci dan doa bersama di Candi Borobudur.

Biasanya umat Buddha akan menyalakan lilin di malam puncak perayaan dan memasukkannya ke dalam sebuah lentera. Lentera tersebut kemudian diterbangkan ke udara secara bersamaan di langit yang gelap.

Tak hanya di Indonesia, Waisak juga dirayakan di berbagai negara dengan tradisi mereka masing-masing. Berikut enam tradisi unik yang dilakukan umat Buddha pada perayaan Waisak di berbagai negara yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

Myanmar

Masyarakat Myanmar biasa menyebut perayaan Waisak dengan Hari Bulan Purnama Kason yang dirayakan pada bulan kedua kalender lunar tradisional Myanmar. Setiap tahunnya, seluruh umat Buddha Myanmar akan membawa sebuah pot yang terbuat dari tanah ke kuil pagoda untuk menyiram pohon Mahabodhi.

Pohon Mahabodhi adalah sebuah pohon beringin yang dianggap suci oleh umat Buddha. Mereka menyiram pohon Mahabodhi untuk memastikan mereka akan bertahan hidup di bumi yang kering.

China

China memperingati hari Waisak sebagai fodan atau ulang tahun Buddha. Upacara Yufojie atau Festival Mandi Buddha merupakan perayaan utama yang ada di Tiongkok.

Biasanya, para biksu menuangkan air wangi yang telah diberkati ke atas patung bayi Buddha. Patung bayi Buddha memiliki jari telunjuk kanan yang mengarah ke langit dan jari telunjuk kiri mengarah ke bumi yang melambangkan kelahiran pangeran. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Sri Lanka

Berbeda dengan negara lain, Sri Lanka memiliki perayaan Waisak yang dilakukan selama sminggu. Perayaan tersebut terdiri dari kegiatan keagamaan dan amal yang diikuti oleh orang-orang dari berbagai agama.

Rumah-rumah didekorasi dengan lentera kertas dan sepanjang jalan dipenuhi dengan deretan lampu serta musik yang lantang. Jalan tersebut juga dihiasi dengan string lampu peri, patung Buddha besar, gerobak makanan, dan banyak lentera.

India

Umat Buddha di India menghabiskan waktu mereka selama perayaan Waisak di Vihara, sebuah kuil atau biara Buddha. Mereka akan memanjatkan doa kepada orang yang telah tercerahkan dalam agama Buddha.

Pelayanan Buddha secara lengkap yang disebut dengan sutra diadakan untuk memberikan penghormatan juga. Para biksu di India memberikan ceramah kepada murid-muridnya tentang kehidupan, ajaran Buddha, dan syair-syair kuno yang dibacakan secara bersamaan.

Nepal

Perayaan Waisak di Nepal disebut dengan Buddha Jayanti. Nepal sebagai tempat kelahiran Buddha yang asli memiliki ribuan pemuja yang berbondong-bondong ke Lumbini untuk menyumbangkan perbekalan kepada orang-orang yang kurang beruntung dan memberikan penghormatan kepada para biara.

Umat Buddha merayakan Waisak dengan menggunakan pakaian serba putih. Kheer atau bubur beras manis menjadi makanan utama dalam perayaan sebagai makanan untuk mengenang kisah gadis bernama Sujata yang menawarkan Buddha semangkuk bubur susu, oleh karena itu ia dianggap sebagai orang suci.

Tibet

Apabila di Sri Lanka merayakan Waisak dengan waktu yang lama, Tibet merayakannya lebih lama lagi. Perayaan Waisak di negara ini berlangsung selama sebulan yang dimanfaatkan sebagai waktu bagi warga Tibet untuk berziarah ke Lhasa dan Ngari.

Filantropi atau perbuatan mencintai sesama manusia dengan cara menyisihkan waktu menjadi ciri khas dari perayaan Waisak di Tibet. Salah satu kegiatan yang mencerminkan filantropi yaitu, umat Buddha akan membeli dan membebaskan hewan agar tidak disembelih atau dikurung. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

3 dari 3 halaman

Infografis Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk