Liputan6.com, Jakarta - Adalah Malala Yousafzai, aktivis Pakistan yang ditembak Taliban setelah berkampanye untuk pendidikan anak perempuan, didapuk sebagai sampul majalah Vogue Inggris edisi terbaru. Melansir laman majalah fesyen itu, Rabu (2/6/2021), Yousafzai telah berjuang untuk pendidikan anak perempuan selama lebih dari satu dekade.
Lulusan Oxford ini tengah berada di persimpangan jalan hidupnya sendiri. Di kesempatan itu, perempuan 23 tahun tersebut berbicara tentang cinta, keluarga dan dunia yang ditinggalkannya, serta rencana baru yang ambisius untuk menyiarkan pesannya.
Yousafzai, yang pada usia 17 tahun jadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian termuda, juga berbicara tentang persahabatannya dengan aktivis perempuan muda lain, seperti Greta Thunberg, dan juru kampanye pengendalian senjata, Emma Gonzalez. "Saya tahu kekuatan yang dibawa oleh seorang gadis muda di dalam hatinya," katanya.
Advertisement
Baca Juga
Melengkapi isu tersebut, bakal muncul juga wawancara dari beberapa pengagum terkenal Yousafzai, termasuk mantan ibu negara Amerika Serikat, Michelle Obama, yang menyebutnya "sangat luar biasa." Juga, CEO Apple Tim Cook, yang mengatakan, "Saya tidak berpikir ada orang yang seperti dia."
Dipotret oleh fotografer Nick Knight, mengutip CNN, Yousafzai mengenakan busana rancangan Stella McCartney berwarna merah cerah, lengkap dengan hijabnya untuk sampul. Di dalam majalah, ia digambarkan mengenakan kemeja merah dan celana linen karya desainer Uruguay, Gabriela Hearst, yang dipasangkan dengan hijab biru yang kontras.
Dalam wawancara tersebut, Yousafzai menggambarkan hijabnya sebagai "simbol budaya bagi orang Pashtun," mengacu pada kelompok etnis mayoritas Muslim Sunni dari tempat asalnya. "Gadis Muslim, gadis Pashtun, atau gadis Pakistan, ketika mengikuti pakaian tradisional kita, kita dianggap tertindas atau tidak bersuara, atau hidup di bawah patriarki," katanya.
"Saya ingin memberi tahu semua orang bahwa Anda dapat memiliki suara Anda sendiri dalam budaya Anda, dan Anda dapat memiliki kesetaraan dalam budaya Anda," imbuh Malala Yousafzai.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Apa yang Akan Dilakukan Selanjutnya?
Di Instagram, Yousafzai mengatakan, ia "senang dan tersanjung" jadi sambul majalah Vogue Inggris. Ia menuliskan, "Saya harap setiap gadis yang melihat sampul ini akan tahu bahwa ia dapat mengubah dunia."
Setelah lama memperjuangkan hak asasi manusia dan hak anak perempuan atas pendidikan, aktivis Pakistan ini jadi subjek perhatian global ketika, pada usia 15, ia ditembak di kepala oleh Taliban. Ia selamat setelah diterbangkan ke Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham, Inggris, dan kemudian mendirikan organisasi nirlaba, Malala Fund.
Tahun lalu, Yousafzai lulus dari Universitas Oxford dengan gelar di bidang politik, filsafat, dan ekonomi. Baru-baru ini, ia baru saja meluncurkan rumah produksinya sendiri, Ekstrakurikuler. Kesepakatan multi-tahun dengan AppleTV+ akan membuat perusahaan tersebut merilis film dokumenter tentang pendidikan anak perempuan dan hak-hak perempuan. Ada juga tayangan komedi, animasi, dan serial anak-anak.
Sebelum menemukan pijakan baru melalui Ekstrakurikuler, Yousafzai sempat menghujani dirinya dengan banyak pertanyaan, selayaknya anak usia 20-an. "Saya duduk di tempat tidur, menelusuri Instagram pribadi saya, berpikir, 'Apa yang saya lakukan?'," tuturnya.
Setelah menyelesaikan gelarnya dan menunggu pandemi, ia jadi anggota "Kelas Covid 2020," yakni pengangguran, tanpa tujuan, dan bosan. Dari kamar tidur masa kecilnya, ia menilai pilihannya. Secara alami, pekerjaannya dengan Malala Fund akan terus berlanjut, tapi di persimpangan jalan hidup yang besar, apa lagi yang akan dilakukan?
Inspirasi akhirnya datang dari salah satu cinta besarnya: televisi. Ia selalu tahu kekuatan mendongeng. Ketika berusia 11 tahun, Yousafzai mulai menulis blog untuk BBC dengan nama samaran Gul Makai, tentang bagaimana rasanya hidup di bawah pemerintahan Taliban.
Seperti keluarga Sussex dan Obama, yang telah beralih ke penyiaran untuk terhubung dengan publik tentang isu-isu yang penting bagi mereka, Yousafzai berpikir untuk membuat programnya sendiri. Ia kemudian meminta berbagai pihak dari seluruh dunia untuk membantu melakukannya, hingga bertemu dengan AppleTV+ sebagai mitra.
Advertisement