Sukses

Kemenparekraf Siapkan Konsep Sandbox untuk Tekan Dampak Negatif Liburan Sekolah, Apakah Itu?

Liburan sekolah akan dimulai di pekan depan. Pergerakan manusia ke tempat wisata jadi perhatian Kemenparekraf dengan menyiapkan konsep sandbox, apakah itu?

Liputan6.com, Jakarta - Pekan depan sudah dimulai masa liburan sekolah. Walau masih disarankan untuk tak bepergian ke mana-mana, minat warga untuk mengisi liburan dengan traveling tetap tinggi. Untuk menekan dampak negatifnya, khususnya terkait pengendalian kasus Covid-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyiapkan konsep sandbox.

"Kami siapkan langkah antisipatif agar destinasi wisata siap jelang libur sekolah. Jangan sampai lengah dan akhirnya tidak bisa kendalikan wisatawan yang masuk dan tidak mengindahkan protokol kesehatan," ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing, Senin, 7 Juni 2021.

Sandbox merupakan istilah baru untuk mengendalikan sistem gas-rem yang diperkenalkan sebelumnya. Menurut Sandiaga, konsep sandbox berlaku seperti circuit breaker.

"Jika angka penularan di daerah dalam bingkai PPKM skala mikro ada di dalam zona sedang, dilakukan penyesuaian, dan akan dilakukan penutupan bila masuki zona merah," ia menerangkan.

Berkaitan dengan kategori tersebut, pihaknya mengacu pada data yang dipaparkan Satgas Covid setempat. Yang pasti, ia meminta agar para pengelola tempat wisata patuh dan disiplin menerapkan aturan di panduan CHSE. Di samping itu, ia meminta agar para pengelola tempat wisata tak memaksakan menampung wisatawan yang datang bila sudah memenuhi kapasitas maksimal.

"Berdasarkan panduan di zona persentasenya antara 30--50 persen (kapasitas maksimal tempat wisata)," ujar Sandiaga.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Terapkan Teknologi

Ia mengaku akan segera berkoordinasi dengan pengelola destinasi wisata di kota maupun daerah yang menjadi destinasi wisata favorit. Tujuannya untuk mempersiapkan para pengelola agar mereka benar-benar menerapkan protokol CHSE dan memahami konsep sandbox. 

"Kepala dinas, begitu ada yang melanggar, sudah otomatis bergerak. Kalau kapasitas di luar tingkat yang sudah ditentukan, dia lakukan pengurangan sampai penutupan destinasi tersebut," sahut dia.

Ia juga meminta agar pengelola destinasi dan aparat pendukung memanfaatkan teknologi agar bisa mengelola tempatnya lebih baik. Pengelola bisa secara antisipatif menyiapkan tanggal, wilayah, hingga detail jam kepada calon pengunjung agar tidak terjadi penumpukan di satu area.

"Kemarin saya ke mal di Kemang. Satgas Covid-19 berbaju hitam-hitam pakai badge merah terus jalan dan buat pengumuman, orang berkumpul diingatkan. Selalu jadi reminder. Ini yang menurut saya salah satu kebiasaan baru yang harus diterapkan di destinasi wisata," imbuh Sandiaga.

3 dari 4 halaman

Jangan Sampai Buat Klaster Baru

Terkait kawasan Puncak yang banyak diminati wisatawan seputar Jabodetabek, Sandi juga mengungkapkan sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat. Ia meminta agar semua hal dikomunikasikan dengan baik, termasuk bila akan menyekat pergerakan wisatawan.

"Kita ingin pergerakan liburan sekolah itu dari hijau ke hijau, bukan merah ke hijau. Kami ingin betul-betul tidak ciptakan klaster baru," imbuh Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf Vinsensius Jemadu.

Maka itu, ia meminta agar pemda dan Satgas Covid-19 selalu berkoordinasi untuk memberitahukan kondisi terkini. Dengan begitu, pihaknya akan membantu untuk memberi notifikasi kepada publik atau memberi peringatan agar tidak memaksa memasuki daerah tersebut.

"Prioritaskan daerah sekitar dan pilih zona hijau," ucapnya.

4 dari 4 halaman

Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata