Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan minum teh dewasa ini turut dibarengi dengan kian melesatnya permintaan pada artisan tea lokal. Usaha ini sekaligus memberdayakan petani teh, seperti yang dijalankan oleh artisan tea dari Bali, Brew Me Tea.
Co-Founder Brew Me Tea Ni Putu Yudia Ayu Dewintasari melihat prospek yang bagus untuk terjun ke pasar artisan tea. Untuk itu, pihaknya menghadirkan beragam hal yang dibutuhkan konsumen dalam suguhan teh premium ini.
"Kami menanam teh organik pertama di Bali dengan luas perkebunan 50 hektare dan Pulau Dewata memiliki pegunungan yang menjadikan tanahnya sendiri berubah menjadi tanah vulkanik," jelas Yudia kepada Liputan6.com, Selasa, 8 Juni 2021.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, karakteristik tanah tersebut menjadikan rasa tehnya unik dan berbeda dibanding teh lainnya. Ada pula tambahan rasa manis ketika menikmatinya.
Proses penanaman teh itu, dikatakan Yudia, adalah sesuatu yang kompleks dikarenakan tanaman teh yang baik hanya dapat hidup di iklim, tanah, dan elevasi yang sesuai. Begitu pula lahan yang digunakan untuk perkebunan teh harus dipersiapkan terlebih dahulu, seperti pembongkaran pohon dan tunggul, penyasapan, pengolahan tanah dan juga pembuatan jalur drainase.
"Sebelum ditanami, perlu dilakukan penetapan jarak tanam dengan pengajiran. Setelah itu baru dilakukan pembuatan lubang tanam sesuai letak ajir. Setelah selesai, baru dilakukan penanaman. Apabila sudah waktunya panen, maka akan dilakukan pemetikan, pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi, satu kuncup dan 2--3 daun muda," jelasnya.
Yudia menambahkan, pucuk daun teh yang telah dipanen akan dipilih kembali sebelum nantinya diproses di pabrik label di wilayah Gianyar, Bali. "Di pabrik, pucuk teh akan diolah sesuai dengan jenis dan juga varian yang akan dibuat nantinya, selanjutnya akan dikemas sesuai dengan packaging yang ada untuk dipasarkan," tambahnya.
"Untuk penanaman teh, kami tentunya melibatkan petani sekitar dalam prosesnya, mulai dari penanaman hingga pemetikan dauh teh," ungkap Yudia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ragam Varian
Selain dari cita rasa teh yang ditawarkan, menariknya, artisan tea lokal ini mengemas teh dengan tin packaging. Pemilihan pengemasan ini pun bukan tanpa alasan.
"Untuk menciptakan kemasan baru yang fresh dan unik, selain itu kami harapkan dengan packaging terbaru kami ini dapat memberi manfaat ekstra karena tahan lama, ringan, praktis, dan dapat didaur ulang," kata Yudia.
Kini, Brew Me Tea menghadirkan total 50 varian teh. Sepuluh varian di antaranya jadi best seller, meliputi La Vie EnRose, Royal Earl Gray, Midnight in Paris, Morning Shine, Cold Relief, Chamomile Mint, English Breakfast, Jasmine Green, Cranberry Sunrise, dan Organic White Peony.
Advertisement
Harga Teh
Ragam varian ini menjadi salah satu upaya Brew Me Tea meningkatkan minat anak muda pada artisan tea lokal. "Dengan berbagai macam rasa unik di dalamnya yang mampu disesuaikan dengan keadaan, sehingga kami berharap meminum teh dapat menjadi sebuah habit (kebiasaan), terutama di kalangan anak muda," tambahnya.
Sementara, harga teh premium Brew Me Tea bervariasi, sesuai dengan varian dan kemasan tehnya. "Tube misalnya dengan quantity bervariatif mulai dari 3 gr--10 gr dengan kisaran harga Rp20 ribu--Rp40 ribu," jelas Yudia.
Sedangkan, untuk paper glossy dengan quantity mulai dari 7 gr--50 gr seharga Rp30 ribu--Rp130 ribu. Tea bag pot yang berisi 15 sachets tea bag berkisar Rp45 ribu--Rp50 ribu. Sedangkan untuk varian tins dengan quantity 25 gr--50 gr seharga Rp80 ribu--Rp140 ribu.
Teh Artisan Lokal Gaet Pasar Kekinian
Advertisement