Sukses

Srihadi Soedarsono Lukiskan Kisah tentang Jayakarta dalam Alur Wayang Beber

Berjudul Jayakarta, Srihadi Soedarsono menyuguhkan gambaran bahwa bangsa Indonesia sudah melewati banyak masa dengan tantangan masing-masing.

Liputan6.com, Jakarta - Srihadi Soedarsono, maestro seni lukis Indonesia melahirkan karya baru berjudul JAYAKARTA: The Glory of The Past, Present, and Future. Lewat karya tersebut, Srihadi mengetuk rasa nasionalisme bangsa Indonesia saat negeri ini membutuhkan semangat positif yang berlimpah.

Dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Kamis, 10 Juni 2021, Srihadi menyuguhkan gambaran bahwa bangsa Indonesia sudah melewati banyak masa dengan tantangan masing-masing. Untuk menyelesaikannya, kita butuh ketelitian, ketekunan, dan mental pantang menyerah. Tak terkecuali ketika hari ini Indonesia dan dunia sedang berjuang melawan wabah Covid-19.

Semua itu terangkum dalam karya terbaru lelaki kelahiran Solo, 4 Desember 1931 tersebut. Di bentang 2x4 meter persegi, Srihadi memulai alur pejalanan sejarah kota Jakarta sejak zaman VOC pada abad ke-17 di sebelah kiri, lalu semakin ke kanan adalah kota Jakarta masa kini.

Alur perjalanan tersebut dibuat layaknya wayang beber yang melukiskan suatu episode cerita sebagai karya seni lukis. Wayang beber merupakan wayang langka yang dimainkan sejak 1223 M asal Kerajaan Jenggala, sekarang Kabupaten Sidoarjo.

Srihadi memulai JAYAKARTA: The Glory of The Past, Present, and Future dengan kelompok kapal dagang VOC yang mendarat di Teluk Jakarta pada abad ke-17 kiri atas bidang lukis. Tak jauh dari pantai berdiri benteng VOC. 

Setelah itu dibangun gedung-gedung antara lain Istana Rijswijk (Istana Merdeka), Stadhuis (Museum Fatahillah), dan Bataviaasch Genootschap (Museum Nasional). Dalam lukisan ini, gedung-gedung diperlihatkan seperti bentuk arsitektur awal sebelum direnovasi atau dipugar. Hal ini untuk menunjukkan bentuk asli arsitektur gedung tersebut sesuai dengan waktu dibangunnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Pergeseran Masa

Kemudian bergeser ke kanan, zaman bergulir ke periode proklamasi. Terdapat sebuah tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia yang kemudian berkembang menjadi Monumen Nasional (Monas).

Setelah masa proklamasi, bermunculan bangunan-bangunan monumental seperti Gelora Bung Karno, Monumen Selamat Datang, Hotel Indonesia, dan Jembatan Semanggi yang menandai mulai berkembangnya gedung-gedung dan kepadatan di Kota Jakarta.

Akhirnya, di kanan atas bidang lukis bisa dijumpai pelabuhan yang besar, ramai, maju, serta diisi kapal-kapal besar dan kecil. Inilah pelabuhan masa depan yang akan mendukung perkembangan industri Indonesia.

Perjalanan zaman meninggalkan jejak di gaya arsitektur yang berubah, jalan yang bertambah panjang dan saling terhubung, perkembangan teknologi yang memudahkan manusia, serta bergesernya budaya. Itulah yang ditangkap Srihadi lewat karyanya.

3 dari 4 halaman

Warna-Warna

Srihadi memvisualkan itu semua. Bangunan-bangunan monumental digambarkan sesuai dengan gaya arsitektur saat awal dibangun, bukan bentuk yang kita lihat hari ini ketika sudah mengalami renovasi dan perluasan.

"Melihat peristiwa-peristiwa itu ibarat kita melihat wayang beber. Bahkan, harapan akan kejayaan masa depan Indonesia pun saya gambarkan di situ," ujar Srihadi.

Akademisi seni rupa Farida Srihadi mengatakan pemahaman yang mendalam terhadap warna terlihat dari cara Srihadi memilih warna-warna dalam lukisan ini. "Srihadi bukan hanya mengajak untuk melihat, melainkan juga merasakan warna yang merupakan unsur utama dalam karya. Penggunaan warna emas dalam lukisan ini untuk menunjukkan kejayaan dan kemakmuran sebuah era," kata Farida. 

4 dari 4 halaman

Infografis Wayang Potehi