Sukses

Peran Perempuan Petani Kopi Indonesia Masih Dipandang Sebelah Mata

Padahal, perempuan petani kopi bisa membantu suami mereka mengurus kebun kopi jika berhalangan.

Liputan6.com, Jakarta - Tingginya minat terhadap kopi Indonesia turut membuka lapangan kerja bagi warga, termasuk sebagai petani kopi. Berdasarkan data International Coffee Organizatiion (ICO) 2019, Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah petani kopi sebanyak 1,3 juta jiwa. Sedangkan, urutan pertama dan kedua diduduki Ethiopia dengan 2,2 juta rumah tangga petani kopi dan Uganda dengan 1,7 juta petani.

Dari 1,3 juta petani kopi di Indonesia didominasi oleh pria, sedangkan peran perempuan petani kerap kali tidak dianggap. Petani perempuan biasanya hanya diberikan pekerjaan sepele atau hanya sekadar membantu suami mereka menyiapkan makan siang di kebun.

Para perempuan yang bersuamikan petani kopi memang tidak dipaksa untuk turut membantu suami mereka di kebun. Namun, jika perempuan diberikan pengetahuan dan pelatihan, terutama dalam berkebun kopi, mereka bisa membantu bahkan menggantikan tugas suami mereka saat sedang berhalangan.

Pendapat di masyarakat terbelah, sebagian menganggap perempuan perlu mengikuti pelatihan, lainnya menganggap sebaliknya. Yang menganggap perlu karena jika perempuan mengikuti pelatihan, mereka bisa menambah wawasan serta pengalaman dalam bidang pertanian. Sementara, tidak perlu karena perempuan cukup mendapatkan ilmu dari para suami yang telah mengikuti pelatihan.

"Stigma ini datang dari kedua belah pihak, kaum laki-laki berpikir bahwa perempuan tidak perlu terlalu ikut campur dalam urusan perkebunan, sedangkan dalam pikiran perempuan tertanam bahwa mereka hanya perlu mengikuti keputusan para laki-laki," kata kata Elok Mulyoutami, peneliti gender yang bekerja sama dengan World Agroforestry (ICRAF) dalam webinar Gender dalam Praktik Agroforestri Kopi yang dilakukan secara daring pada Kamis, 10 Juni 2021.

Stigma itu menyebabkan para perempuan minim kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau memiliki pengetahuan tentang berkebun kopi. Terlebih, jarang suami yang mampu menjelaskan secara detail dan jelas saat istri mereka ingin belajar tentang berkebun kopi. Saat para perempuan berpendapat, para pria kerap mengabaikan pendapat mereka karena dianggap tidak mengerti tentang mengolah kebun kopi. Stigma ini juga bisa berdampak pada produktivitas kopi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Butuh Kerja Sama

Elok menyebut studi ini bukan bertujuan untuk membanding-bandingkan lantaran kedua pihak, yakni perempuan dan lelaki, dibutuhkan dalam mengelola kebun kopi. Pasalnya, pengelolaan kebun kompleks sehingga memerlukan perawatan yang lebih intensif.

Bila perempuan dan lelaki bisa bekerja sama, hal itu akan lebih memudahkan. Sebagai contoh konkrit, dalam pemilihan biji kopi saja, petani perempuan biasanya lebih teliti dan ulet dibandingkan laki-laki.

Tapi, pelatihan yang tersedia saat ini kebanyakan melibatkan kaum lelaki. Di sisi lain, para petani perempuan memiliki kepercayaan diri yang rendah dan kurang motivasi untuk mempelajari lebih dalam soal perkebunan kopi. Padahal, saat pengetahuan dan keterampilan petani perempuan meningkat, mereka bisa membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Cara Mengatasinya

Maka, mau tak mau pelatihan adalah solusinya. Sebelum itu, perlu diidentifikasi jenis pelatihan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan petani lelaki dan perempuan. Cara lainnya dengan membentuk kelompok perempuan dan mengidentifikasi petani perempuan yang bisa menjadi model dan contoh agar para petani perempuan lain lebih termotivasi.

Saat ini, sudah banyak kegiatan di masyarakat, termasuk pelatihan dalam bidang perkebunan kopi yang melibatkan para perempuan. Salah satunya adalah pelatihan yang diadakan oleh Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI). Para petani perempuan diberi kesempatan untuk lebih mengenal dan memahami serta berbagi pengalaman dalam bidang perkebunan kopi.

Fasilitator dalam pelatihan juga diupayakan adalah seorang perempuan agar para peserta menjadi lebih nyaman. Penggunaan bahasa yang sederhana serta pemilihan waktu yang tepat juga menjadi kunci pelatihan tentang perkebunan kopi yang sukses. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

4 dari 4 halaman

Manfaat Detoks Kopi