Liputan6.com, Jakarta = Pematangsiantar atau biasa sering disingkat Siantar merupakan kota di Provinsi Sumatra Utara. Letaknya termasuk strategis karena dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatra.
Siantar memiliki luas wilayah 79,97 kilometer persegi. Kota ini hanya berjarak 128 km dari Medan dan 50 km dari Parapat, sehingga sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak menuju Danau Toba. Pada 2019, jumlah penduduk di kota ini sebanyak 255.317 jiwa dengan proporsi laki-laki 124.533 jiwa dan perempuan 130.784 jiwa.
Pada 1993, kota ini pernah meraih Piala Adipura atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Selain itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun mendapat penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada 1996.
Advertisement
Baca Juga
Tentunya bukan itu saja hal-hal menarik seputar Pematang Siantar. Berikut enam fakta menarik tentang Pematang Siantar yang dilansir dari berbagai sumber.
1. Asal-usul Nama Pematangsiantar
Nama asli Kota Siantar disebut Siattar. Asal usul nama Siattar itu berasal dari nama sebidang tanah di “attaran” di Pulau Holong. Dalam bahasa Simalungun "attar" ditambah akhiran “an” berarti kata unjuk untuk sebuah wilayah (areal tanah).
Lama kelamaan, akhiran ini berubah menjadi awalan "si". Awalan "si" dalam bahasa Simalungun dipakai untuk kata tempat dan benda. Setelah digabungkan akhirnya kata-kata itu menjadi nama sebuah perkampungan.
Sementara, kata Pematang berarti parhutanan atau perkampungan. Raja yang pernah berkuasa di Siattar tinggal di Rumah Bolon atau Huta. Dari situlah muncul ide tempat tinggal raja disebut pematang. Jika digabungkan nama itu menjadi Pematang Siantar yang berarti Istana Raja Siattar.
2. Pernah Jadi Kerajaan
Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pematangsiantar berkedudukan di Pulau Holing. Raja terakhir mereka keturunan marga Damanik, yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik. Ia memegang kekuasaan sebagai raja pada 1906.
Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk di antaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, serta Tomuan. Daerah-daerah tersebut lalu menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar. Setelah Belanda memasuki daerah Sumatra Utara, Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda. Pada 1907, berakhirlah kekuasaan raja-raja.
Kontrolir Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itulah Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
3. Roti legendaris
Di Pematangsiantar ada roti legendaris yang populer dijadikan oleh-oleh yaitu roti ganda. Roti ganda adalah roti bantal yang diolesi selai srikaya dan meses. Dinamai demikian karena diambil dari nama toko penjualnya yang berada di Jalan Sutomo, Kecamatan Siantar Barat. Toko roti ini sudah berdiri sejak 1979.
Toko ini menawarkan tiga pilihan ukuran roti. Ukuran kecil sekitar Rp10 ribu, ukuran sedang Rp22 ribu, dan ukuran besar Rp42 ribu. Tiap harinya toko ini selalu dipadati para pembeli. Wajar saja karena tekstur rotinya yang empuk dan lembut serta rasa manisnya yang pas. Roti ini menjadi pilihan yang tepat untuk disantap bersama teman-teman dan keluarga.
4. Becak Siantar
Di Siantar, ada moda transportasi khas yang dikenal dengan sebutan Becak Siantar. Ciri utama becak ini adalah menggunakan sepeda motor merek BSA atau Birmingham Small Arm, motor besar tua bermesin 350 cc hingga 500 cc yang sangat langka di dunia. Ada cerita kenapa motor ini bisa menjadi moda transportasi khas di sana.
Awalnya, motor ini dibuat untuk kendaraan perang, terutama untuk keperluan militer Inggris dan tentara sekutu melawan Jerman dalam Perang Dunia II. BSA masuk ke Indonesia pada masa revolusi fisik, yakni setelah kemerdekaan hingga 1949. Motor ini dibawa langsung oleh pemerintah Belanda untuk pasukannya.
BSA kemudian menyebar ke setiap daerah bekas jajahan Belanda, termasuk Siantar. Saat tentara Sekutu pulang, mereka tak mengikutsertakan kendaraannya itu. BSA pun ditinggalkan begitu saja sampai kemudian orang lokal melihat potensi dari timbunan rongsokan itu.
Disebutkan pada 1950-an banyak rongsokan BSA yang tak terpakai di berbagai sudut kota. Penduduk Siantar mulai berpikir untuk memanfaatkannya sebagai mesin penarik becak. Sejak itulah motor ini jadi becak. Saat ini, nama BSA bahkan diplesetkan menjadi Becak Siantar Asli. Rata-rata usia BSA yang dipakai mencapai sekitar 60 tahunan.
Advertisement
5. Kota Kelahiran Adam Malik
Pematangsiantar adalah kota kelahiran Wakil Presiden ke-3 Republik Indonesia, H. Adam Malik Batubara atau biasa dikenal Adam Malik. Ia lahir pada 22 Juli 1917. Adam Malik meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, 5 September 1984, pada usia 67 tahun karena kanker hati.
Ia merupakan seorang politikus Indonesia dan mantan jurnalis yang menjabat sebagai wakil presiden pada 1978 sampai 1983. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai ketua parlemen, menteri luar negeri, dan presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Adam Malik ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 6 November 1998. Masa mudanya dihabiskan dengan aktif ikut pergerakan nasional memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, antara lain melalui pendirian Kantor Berita Antara. Menjelang 17 Agustus 1945, ia bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Istri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik di Jakarta.
6. Patung Dewi Kwan In
Pematangsiantar terkenal akan keberagaman etnis, budaya dan agama. Hal itu membuatnya memiliki banyak destinasi wisata religi. Salah satu yang terkenal di kalangan wisatawan adalah patung Dewi Kwan Im. Patung ini menjadi salah satu ikon wisata religi yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan di Siantar.
Patung ini berdiri sejak November 2005 dan berada di Kompleks Vihara Avalokitesvara di Jalan Pane, Kecamatan Siantar Selatan. Patung ini berdiri kokoh di atas Gedung Klenteng Vihara Avalokitesvara dan dikelilingi empat patung sebagai pengawal serta dua lonceng besar yang menghiasi lokasi patung.
Patung Dewi Kwan Im ini memiliki tinggi 22,8 meter dan berat sekitar 1.500 ton. Dengan ketinggiannya itu, patung tersebut meraih rekor MURI pada 2008 sebagai patung Dewi Kwan Im tertinggi di Asia Tenggara. (Jihan Karina Lasena)
5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi
Advertisement