Liputan6.com, Jakarta - Ulang tahun Jakarta ke-494 dirayakan hari ini. Tak ada perayaan meriah karena pandemi Covid-19 belum mereda. Jakarta merayakan hari jadinya secara daring. Ini tahun kedua perayaan HUT (Hari Ulang Tahun) Jakarta di masa pandemi.
Aroma kerak telor,dodol Betawi yang merupakan kuliner khasnya tak lagi mewarnai peringatan yang tahun ini mengusung tema, Jakarta Bangkit. Gubernur Anies Baswedan berharap Jakarta bisa bangkit, bahkan lebih keren dari Jakarta sebelum pandemi menyerang.
Advertisement
Baca Juga
Lalu, kenapa ulang tahun ibu kota Indonesia ini dirayakan tiap 22 Juni? Penetapan tanggal tersebut ternyata merupakan keputusan politik yang diambil oleh Wali Kota ke-5 DKI Jakarta, Sudiro.
Ia menjabat di era kepemimpinan Presiden Soekarno, tepatnya pada 1953-1960. Sejarawan dari Universitas Indonesia (UI) Bondan Kanumoyoso mengungkap, berdasarkan catatan, ada dua pakar yang mengusulkan tanggal ulang tahun Jakarta.
Mereka adalah Prof. Hoesein Djajadiningrat, yang mengusulkan 17 Desember, dan Prof. Soekanto, yang mengusulkan 22 Juni, menjadi hari jadi Ibu Kota. Pilihan akhirnya jatuh pada 22 Juni, seperti dilansir dilansir dari akun Instagram @plusjakarta, 18 Juni 2021.
Dalam unggahan itu dituliskan, beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa 22 Juni 1957 merupakan tanggal istimewa karena waktu itu pasukan Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari daratan Sunda Kelapa (Jakarta dulu).Â
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Tak Ada Dokumen Pasti
Di saat yang bersamaan dirayakan pula hari besar kegamaan umat Islam, yakni Maulid Nabi Muhammad. Menurut Bondan, penetapan tanggal oleh Prof. Soekanto merupakan interpretasi atau perkiraan karena tidak ditemukan dokumen yang memuat hal tersebut secara pasti.
Dalam unggahan lainnya juga disebutkan bahwa Jakarta beberapa kali mengalami pergantian nama sebelum kemudian menjadi DKI Jakarta. Yang pertama adalah Sunda Kelapa pada abad ke-14.
Sunda Kelapa dulunya adalah pelabuhan besar milik kerajaan Pajajaran yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai belahan dunia untuk saling bertukar komoditas.
Advertisement
Jayakarta dan Djakarta
Pada 22 Juni 1527, nama Sunda Kelapa berubah menjadi Jayakarta. Pergantian nama ini yang kabarnya dijadikan dasar untuk menerapkan tanggal ulang tahun Jakarta.
Pada 1621, nama Jayakarta berubah menjadi Batavia. Pada 1942 diganti lagi menjadi Jakarta Tokobetsu Shi karena saat Indonesia sedang dikuasai Jepang. Pada 1949 kembali berubah menjadi Djakarta.
Nama itu kembali berganti, kali ini menjadi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada 1961 sampai saat ini. Sebelum menjadi DKI Jakarta, posisi Jakarta masih menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Status Jakarta kemudian ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat Satu yang dipimpin gubernur.
Jakarta Terancam Genting Covid-19
Advertisement