Sukses

Cat Kuku Makin Disukai Pria, Jadi Tren dan Luncurkan Produk Khusus

Onwuachi adalah salah satu dari tiga selebritas pria yang merilis lini cat kuku untuk pria.

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan kuteks atau cat kuku semakin disukai kaum pria. Begitu pula di kalangan selebritas. Salah satunya adalah juri program memasak Top Chef”, Kwame Onwuachi. Onwuachi telah mengajak keponakan-keponakannya untuk melakukan manikur.  Dia selalu ingin mencoba memoles kukunya sendiri dan akhirnya punya alasan untuk melakukannya.

Cat kuku hitam meningkatkan kepercayaan dirinya. Ia mengaku merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Hal itu dengan cepat menjadi tampilan khasnya. Terkadang, dia dan tunangannya mengecat kuku mereka bersama.  "Jika kuku saya tidak dipoles, saya merasa seperti telanjang," katanya.

Melansir Washington Post, Kamis 24 Juni 2021, koki dan penulis ini juga meluncurkan lini cat kuku pada akhir musim panas ini. Ada empat cat kuku yang diluncurkan Kwame, yang mewakili aspek berbeda dari kepribadiannya. Ada slate blue, burgundy, matte topcoat, dan hitam yang ia beri nama “Chef’s Kiss”.

"Mudah-mudahan saya akan memiliki 16 sampai 24 warna pada akhirnya," katanya. Ia memiliki agenda "menormalkan pria yang memakai cat kuku".

Popularitas cat kuku atau manikur pria sedang meningkat. Onwuachi adalah salah satu dari tiga selebritas pria yang merilis lini cat kuku untuk pria tahun ini. Ia bergabung dengan rapper Machine Gun Kelly dan Lil Yachty.

Bagi Yachty, mengecat kukunya adalah perawatan diri yang sederhana, sama seperti memotong rambut. Ia suka kukunya dicat kuning, merah dan oranye, katanya dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post. Yachty mengatakan cat kukunya adalah tentang ingin merasa sedikit lebih nyaman

Penyanyi Harry Styles secara teratur juga memamerkan cat kukunya yang berwarna seperti permen. Begitu pula bintang pop lainnya seperti Lil Nas X, Bad Bunny, dan Troye Sivan, semuanya terlihat dengan kuku berwarna-warni. Rapper A$AP Rocky pun secara teratur menghiasi kukunya dengan desain kecil, seperti logo, huruf, atau bola mata.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

2 dari 4 halaman

Manikur Tak Puunya Gender

"Pria harus bisa melakukan nail art tanpa merasa feminin," kata Rocky kepada Vogue pada 2019.  Pada akhir 1800-an, seorang wanita bernama Mary Cobb membuka salon kuku pertama di Amerika Serikat, tepatnya di New York City.

Saat itu manikur tidak memiliki gender, orang-orang yang mengoles, menggosok, dan mengilapkan kuku biasanya adalah wanita, tetapi banyak dari pelanggan mereka adalah pria.

Shibli Rahman, seorang desainer di Birmingham, Inggris, menikmati estetis murni dari memiliki kuku yang berwarna-warni. "Menyenangkan untuk dilihat," katanya. Dia ingat pertama kali seorang teman mengecat kukunya saat kuliah dan menggunakan cat glow in the dark.

Awalnya, dia gugup untuk memperlihatkan cat kukunya di kelas.  "Saya hanya akan mengecatnya di akhir pekan dan kemudian membawanya ke sekolah," katanya. Tapi warnanya menjadi lebih berani, dan dia berhenti mengkhawatirkan apa yang akan dipikirkan orang lain. Sekarang, dia memiliki ratusan cat kuku dan mengunggah nail art kreasinya di Instagram sebagai @Brownguynails. Meskipun dia tinggal di daerah konservatif, ia mengaku banyak mendapat komentar positif.

3 dari 4 halaman

Seperti Rambut Panjang dan Tato

Hal yang hampir sama terjadi pada Tuguldur “TJ” Erdenejargal. Ia pindah ke Los Angeles, AS, dua tahun lalu untuk menjadi teknisi kuku. Dia memperkirakan sekitar 15 persen kliennya adalah laki-laki.

Cat kuku pria kebanyakan mempergunakan warna yang maskulin seperti hitam, abu-abu, hijau tentara, biru. Di kota-kota liberal, Onwuachi menduga, seni kuku pria akan segera menjadi biasa seperti rambut panjang atau tato, seperti sudah mulai terjadi di Los Angeles saat ini. Penata rias pria dan influencer seni kuku juga akan semakin berperan besar.

Sementara pembuat cat kuku OPI membuat kampanye iklan hanya untuk pria pada 2019 dengan film pendek tentang pria yang mengecat kuku mereka dan mendorong orang lain untuk mengecat kuku.  Tetapi Erdenejargal dan Rahman, cenderung tidak membeli cat kuku yang ditujukan untuk pelanggan pria. Menurut mereka, tidak ada pilihan warna yang cukup, dan mereka tidak percaya bahwa cat kuku harus untuk laki-laki atau perempuan.

"Kuku tidak membawa jenis kelamin, Warna tidak memiliki jenis kelamin. Di Instagram saya, saya memoles kuku saya cerah dan segala macam warna," kata Erdenejargal.  (Jihan Karina Lasena)

4 dari 4 halaman

Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya