Liputan6.com, Jakarta - Kasus kekerasan kembali menimpa pramugari. Yang terbaru dialami seorang pramugari Jet2, maskapai asal Inggris Raya yang dilakukan seorang penumpang pria. Tak hanya pramugari, ia juga mengancam penumpang pesawat dalam keadaan mabuk.
Ia harus dikunci di toilet pesawat dan ditahan secara fisik setelah melancarkan serangkaian kekerasan terhadap awak kabin, termasuk pramugari. Pria bernama David Lauriston, dari Lesmahagow di Skotlandia itu sudah diadili di Pengadilan Mahkota Manchester, Inggris, awal pekan lalu dan dikenai hukuman penjara selama 20 bulan.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari Insider, 27 Juni 2021, David berada di dalam penerbangan Jet2 dari Glasgow ke Bodrum, Turki, pada 21 September 2020, ketika ia mulai melontarkan cercaan kepada sesama penumpang di pesawat.
David terdengar memanggil pasangan asal Irlandia dengan sebuah hinaan yang mengacu pada gerakan Republik Irlandia di abad ke-19. Jaksa Megan Tollitt mengatakan kepada pengadilan bahwa pria berusia 39 tahun itu menjadi kasar dan mulai melakukan tindakan kekerasan saat awak kabin turun tangan. "Dia berusaha mendorong saat awak kabin mau melewatinya," ungkap Tollitt.
Terdakwa berulang kali menunjuk wajah korban dan mendorongnya di bahu. Tollitt mengatakan terdakwa kemudian mengancam akan menggigit seorang pramugari saat dia menunjuk ke arahnya.
Awak kabin dan pilot pun memutuskan untuk mengalihkan pesawat ke Bandara Manchester karena risiko keselamatan yang ditimbulkan oleh Lauriston. Namun, perilaku agresif terdakwa terus berlanjut. Setelah Lauriston menunjukkan bahwa dia perlu menggunakan toilet, awak kabin menguncinya di dalam. Tapi dia mulai menendang bagian bawah pintu.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Kata-kata Makian
"Awak kabin kemudian membersihkan tiga kursi di bagian belakang pesawat. Mereka mengarahkannya ke kursi dan dia terus melakukan kekerasan termasuk kata-kata makian terhadap staf. Dia menyebut salah satunya 'pelacur dan sapi'," ucap Tollitt."
"Ketika staf mencoba untuk menahannya secara fisik menggunakan tali pengikat, dia meraih syal leher seorang awak kabin dan meninju sisi kanan wajahnya sebelum kemudian diikat," lanjutnya.
Semua anggota staf dalam penerbangan itu diliburkan setelah insiden tersebut, menurut laman The Sun. Dalam pernyataan dampak korban, salah satu anggota awak kabin mengatakan mereka "tidak pernah mengalami tingkat kekerasan ini" dalam karir mereka.
"Saya tidak yakin apakah saya akan kembali terbang. Itu benar-benar menggantung di kepala saya. Saya tidak akan pernah melupakan anak-anak yang menangis dan ekspresi ketakutan di wajah penumpang," tutur salah seoang pramugari yang merasa trauma dengan kejadian tersebut.
Advertisement
Dilarang Terbang Seumur Hidup
Pada bulan lalu, peristiwa kekerasan juga dialami seorang pramugari Southwest Airlines. Ia diserang seorang penumpang dan menyebabkan dua giginya tanggal. Penyerangan itu membuat penumpang perempuan itu dilarang terbang menggunakan maskapai Amerika Serikat itu secara permanen atau seumur hidup.
"Kami memiliki peraturan untuk membatasi penumpang bepergian dengan Southwest secara permanen. Penumpang yang terlibat dalam insiden terbaru sudah diberi tahu bahwa dia tidak boleh lagi terbang dengan Southwest Airlines,," terang Sonya Lacore dari pihak Southwest, seperti dilansir dari USA Today, 28 Mei 2021.
Insiden itu terjadi pada Minggu, 23 Mei 2021, ketika pramugari yang tidak disebutkan namanya mendekati Vyvianna Quinonez, dan keluarganya karena tidak memakai masker setelah penerbangan mereka dari Sacramento mendarat di San Diego.
Paramedis dari Departemen Pemadam Kebakaran San Diego kemudian membawa pramugari yang tidak disebutkan namanya itu ke Rumah Sakit Scripps Memorial. Sedangkan, Vyvianna Quinonez langsung ditangkap.
Dia dimasukkan ke dalam Pusat Fasilitas Penahanan wanita, Las Colinas tapi tak lama kemudian dibebaskan dengan membayar uang jaminan sebesar 35 ribu dolar AS atau sekitar Rp507 juta. Catatan daring tidak menunjukkan bahwa dia pernah memiliki catatan kriminal sebelumnya.
Heboh Penumpang Pesawat Membeludak
Advertisement