Liputan6.com, Jakarta - Dalang kondang, Ki Manteb Soedharsono, meninggal dunia pada Jumat (2/7/2021). Kepergiannya meninggalkan "lubang besar" di dunia wayang kulit, mengingat kiprah figur yang juga dijuluki sebagai "dalang setan" ini telah dikenal tidak hanya di Indonesia, namun juga mancanegara.
Nurdiyanto dan Sri Retna Astuti dalam buku Ki Manteb Soedharsono: Profil Dalang Inovatif, mencatat bahwa orangtua dan kedua kakek Ki Manteb adalah dalang. Jadi, dapat dikatakan bahwa ia merupakan anak keturunan dalang tusi.
Diceritakan bahwa Ki Manteb bisa jadi dalang kondang berkat didikan orangtuanya yang cukup keras dan laku prihatin yang dijalankan hingga akhir napasnya. Saat berusia lima tahun, ia sudah bisa mendalang dan pada sekitar pertengahan 1980-an mencapai puncak ketenarannya dengan kepandaian memainkan wayang.
Advertisement
Baca Juga
Ki Manteb mampu menciptakan sanggit lakon berbeda dengan lakon-lakon konvensional, serta dengan lihai menuangkannya ke dalam garap pakeliran. Dalam pementasan, ia berani berinovasi dengan gending, lakon, dan menampilkan bintang tamu.
Banyak lakon yang lahir dari buah pikirannya, dan yang paling terkenal adalah lakon Banjaran Bima. Teladan sebagai sosok sederhana, setia kawan, dan konsisten telah begitu lekat dengan Ki Manteb. Tidak heran bila semasa pengabdiannya pada dunia wayang, ia telah dianugerahi banyak penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Salah satu momen bersejarahnya adalah ketika Ki Manteb menerima penghargaan dari UNESCO pada 2004 silam. Kala itu, beliau sukses menyisihkan 28 kontestan dari berbagai negara. Di momen itu, wayang kulit juga dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia.
Tahun-tahun berikutnya, Ki Manteb Soedharsono meneruskan kiprahnya, sekaligus mengoleksi lebih banyak perhargaan. Salah satunya penghargaan budaya dari Union Internationale de la Marionnette (Unima) pada 2017 lalu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pentas di Istana Negara
Dalam rangkaian perayaan kemerdekaan Indonesia pada 2019, lapor kanal News Liputan6.com, ratusan masyarakat sempat memenuhi halaman Istana Negara untuk menyaksikan pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Manteb Soedharsono. Saat itu, ia memainkan lakon Kresno Jumeneng Ratu.
Sebelum dimulai, secara simbolis Ki Manteb memberi tokoh Wayang Kresna pada Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan begitu pun sebaliknya. Acara itu juga dihadiri Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Dalam pembukaan acara, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Praktikno, bercerita bahwa Ki Manteb sempat protes karena diberi waktu berlatih hanya dua minggu. "Ini pesan bahwa kita harus nguri uri budaya bangsa. Itulah kekayaan kita yang harus kita kembangkan," tuturnya.
Advertisement
Kritik Pemerintah
Beberapa tahun sebelum pentas di Istana Negara, Ki Manteb Soedarsono telah secara vokal mengkritik pemerintah yang "kurang peduli pada pelestarian wayang kulit." Itu diucapkan pada peringatan Hari Wayang Dunia yang jatuh pada 7 November setiap tahunnya.
"Sangat disayangkan ini yang masih mengganjal sampai sekarang. Pemerintah kok tidak pernah cawe-cawe (tidak ikut peduli). Alangkah baiknya kalau pemerintah, mulai dari presiden, DPR, bupati, wali kota, semuanya menggelar pertunjukan wayang pada peringatan Hari Wayang ini. Ini Hari Wayang Dunia, bukan hanya Indonesia," kata Ki Manteb, mengutip Merdeka.com.
Untuk bisa memajukan wayang, sambungnya, dibutuhkan kerja sama dari tiga pihak. Dari pemerintah yang peduli, dalang yang mengerti kondisi, hingga dibutuhkan peran masyarakat yang ikut mendukung. Apalagi, regenerasi dalang di Indonesia disebutnya sudah sangat bagus, mulai dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi.
Infografis Hindari Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah COVID-19
Advertisement