Liputan6.com, Jakarta - Situasi pandemi menyadarkan banyak orang akan banyaknya pakaian yang tak terpakai. Tumpukan pakaian itu lalu hanya memenuhi lemari, dan tak jarang jadi sampah. Bila dibereskan, tentu akan ada ruang untuk menyimpan barang-barang lain agar rumah terlihat lebih rapi.
Di sisi lain, banyak orang kebingungan menangani pakaian bekasnya. Terlalu sayang bila dibuang di tempat sampah karena kondisinya masih layak pakai, tapi bingung mau disalurkan ke mana. Kalau pun kondisinya sudah jelek, tak nyaman rasanya dibuang bercampur dengan sampah rumah tangga lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Melihat hal itu, sebuah perusahaan sosial bernama Bberes.id bersedia menampung pakaian bekas Anda untuk diolah lebih lanjut. Mereka menerima semua kondisi pakaian baik yang layak pakai maupun tidak.
"Sampah pakaian itu masih banyak yang belum melirik bagaimana metode atau sistem daur ulangnya, sehingga pakaian menjadi ancaman lingkungan terbesar kedua setelah plastik, menurut kami," kata Deni, CEO Bberes.id, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 2 Juli 2021.
Pakaian bekas kemudian disortir lagi menjadi yang layak pakai dan tak layak pakai. Pakaian layak pakai didistribusikan kepada warga yang memerlukan, sementara sampah pakaian diolah menjadi insulation felt.
Bberes.id bekerja sama dengan perusahaan daur ulang di Bandung, Eco Touch ID, dalam produksi insulation felt dari sampah pakaian. Insulation felt merupakan bahan yang membuat bioskop atau studio musik kedap suara.
"Yang menjadi alasan kami memilih untuk mengolah pakaian bekas menjadi insulation felt adalah karena sangat dibutuhkan dalam industri propert, yang penggunaannya sebagai peredam suara di dalam ruangan," katanya.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dukung Ekonomi Sirkular
Insulation felt tersebut berfungsi untuk meredam panas dan menyerap suara. Dikutip dari akun Instagram Eco Touch ID, produk tersebut diklaim dapat mengurangi panas yang cukup signifikan pada suatu ruangan.
"Insulator kami juga memiliki kepadatan yang tinggi dan dapat menyerap suara dengan baik sehingga produk kami sangat cocok dipakai di ruangan podcast, studio musik, klinik, kamar tidur, dsb," imbuh keterangan akun tersebut.
Produk tersebut merupakan wujud dari konsep ekonomi sirkular, yakni limbah diolah menjadi produk baru dan berkontribusi meningkatkan pendapatan. "Untuk BBERES.ID sendiri kita pun konsepnya adalah 70 persen untuk operasional kami, dan 30 persen untuk program kemanusiaan," katanya.
Selain diolah menjadi insulator, Bberes.id juga membakar sampah menggunakan incenerator agar lebih ramah lingkungan. Abu yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai campuran bahan material.
"Misalnya, campuran adonan semen atau campuran pembuatan bata," ia mencontohkan.
Â
Â
Advertisement
Bisa Dikirim atau Dijemput
Bila tertarik menyalurkan pakaian bekas Anda lewat Bberes.id, pelanggan bisa menggunakan dua cara, yakni mengirimkannya ke drop box yang tersedia atau meminta penjemputan. Ada tiga lokasi drop box yang bisa dipilih, yakni RSIA Bina Medika Bintaro yang buka hingga 23 Agustus 2021, Bogor Drop Station Bberes.id di Jl. Palem Putri III, Taman Yasmin Sektor V No. 1-3, Bogor Barat, dan Bberes.id Station di Jl. Surya Kencana No. 61, Pamulang Barat, Tangerang Selatan.
Pelanggan menanggung sendiri biaya pengirimannya. Pakaian dikirimkan tanpa menggunakan plastik, bisa dengan tote bag atau kardus, tergantung banyaknya pakaian yang diserahkan.
Sementara bila memilih dijemput, Bberes.id menyediakan tiga layanan penjemputan, yakni member, reguler, dan reguler plus. Masing-masing memiliki benefit berbeda dengan tarif berbeda pula.
"Besaran biayanya sangat terjangkau," kata Deni.
Pelanggan bisa menghubungi admin WhatsApp untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Pastikan pakaian bekas Anda sudah dicuci bersih sebelum diserahkan atau dikirimkan. Kegiatan ini akan berlangsung sampai akhir tahun 2021. Ia pun berharap dengan adanya kegiatan ini dapat membuat masyarakat sadar akan dampak lingkungan dari setiap barang yang dibeli.
"Pada intinya, Bberes.id mau mengajak masyarakat di Indonesia untuk mulai sadar lingkungan dan pentingnya bertanggung jawab atas barang-barang yang dibeli, sehingga masyarakat bisa mengambil peran dalam mengelola barang secara bijak dan bertanggung jawab," tutup Deni. (Jihan Karina Lasena)
Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Advertisement