Liputan6.com, Jakarta - Sebuah riset yang dilakukan University of Southern Denmark pada Maret 2021 menyebutkan, tiga juta masker sekali pakai dibuang manusia di seluruh dunia setiap menit. Kebanyakan masker tersebut terbuat dari plastik mikrofiber.
"Dengan meningkatnya laporan pembuangan sampah masker yang tak tepat, ini menjadi masalah mendesak yang mengancam lingkungan dan memerlukan pencegahan agar tidak menjadi masalah plastik berikutnya," ujar seorang peneliti dalam riset yang diterbitkan di jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering, dikutip dari laman Science Daily, Senin (5/7/2021).
Advertisement
Baca Juga
Faktanya, masker bekas pakai sudah menjadi masalah lingkungan secara global. Di Indonesia, banyak masker dibuang begitu saja, tanpa penanganan khusus. Ada yang dicampur dengan sampah organik. Ada pula yang berceceran di alam hingga terbawa ke lautan dan dikonsumsi organisme yang tak paham.
Selain masalah ketidaktahuan dan ketidakpedulian, problem terkait penanganan sampah masker juga tak terlepas dari kurangnya tempat yang mau menampung sampah masker bekas. Hal ini yang coba dijembatani oleh Dumask, sebuah penelitian kolaboratif yang melibatkan akademisi dari berbagai kampus, seperti UGM, ITB, UNS, dan UNAIR.
"Dumask ini berawal dari riset yang dilatarbelakangi karena keresahan dan kepedulian kami untuk menyelamatkan lingkungan dari sampah masker. Masker yg berbahan dasar polimer rantai panjang sperti plastik, sangat susah terurai di lingkungan. Selain itu, sampah masker yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi limbah infeksius," kata Ilham Zulfa Pradipta, anggota tim lapangan Dumask kepada Liputan6.com, Kamis, 1 Juli 2021.
Masker bekas dikumpulkan lewat dua cara, yakni ditaruh di drop box dan dikirimkan oleh masyarakat langsung ke Dumask. Saat ini, drop box baru tersedia di wilayah Jogja dan Solo. "Prosedurnya hanya kumpulkan sampah masker di rumah, dimasukkan ke dalam kantong klip. Kemudian ketika penuh, bisa dibuang ke boks Dumask," ujar dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Prosedur Pengiriman
Dumask juga menampung sampah masker yang dikirimkan dari seluruh Indonesia. Biaya pengiriman ditanggung sendiri oleh pengirim. Maksimal per pengiriman adalah satu kilogram.
"Pengiriman masker bekas tidak diperkenankan dari limbah medis RS ya kak," imbuh Ilham.
Ia mengaku sudah ada beberapa yang mengirimkan sampah maskernya ke Dumask. Hanya saja, ia tidak bisa mengidentifikasi sumber sampah masker lantaran tidak dituliskan asal kotanya.
"Saat ini sudah terkumpul 13 kilogram sampah masker. Jika rata-rata per masker beratnya dua gram, maka sudah terkumpul sekitar 6500 pcs masker bekas," ia menjelaskan.
Sampah masker yang terkumpul akan diproses pirolisis pada suhu tinggi. "Karena cara tersebut terbukti paling ampuh dan simpel dalam menghancurkan sampah maupun virus dalam masker bekas tersebut," sambung dia.
Selain sampah masker, Dumask juga menerima limbah sarung tangan sekali pakai. Pihak Dumask juga membuka kemitraan dengan beragam pihak untuk pengadaan drop box di berbagai tempat.
Â
Advertisement
Penanganan Masker Bekas Pakai
Sebelumnya, perwakilan Yayasan Upakara Persada Nusantara, Nuri Harmastuti menerangkan ada dua metode yang bisa diterapkan masyarakat dalam menangani limbah masker sekali pakai. Pertama adalah cara yang diperkenalkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yakni dengan merendam masker bekas pakai di dalam larutan sabun.
Caranya, siapkan larutan air yang dicampur dengan sabun. Kemudian tempatkan ke dalam ember dengan penutup. Lepaskan masker, dan masukkan ke dalam ember, tutup. Lakukan seterusnya sampai ember terisi penuh atau dirasa cukup. Cuci masker dan jemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, gunting masker dan masukkan ke dalam kantong tertutup.
Sementara, cara kedua adalah dengan disemprot disinfektan. Caranya, lepas masker, dan semprotkan permukaannya dengan alkohol. Gunting masker medis dan taruh ke dalam kantong dengan penutup. Ulangi tahap ini sampai kantong penuh atau dirasa cukup.
6 Cara Aman Buang Masker Sekali Pakai
Advertisement