Sukses

Perempuan Belgia Merasa Didiskriminasi karena Ditegur Penjaga Saat Berbikini di Taman Kota

Teguran penjaga atas perempuan berbikini di taman memantik perdebatan publik Belgia tentang aturan berbusana.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan warga Belgia membuka kembali perdebatan tentang pakaian apa yang pantas dalam situasi tertentu di suatu kota. Ia meluapkan kemarahannya karena disuruh menutupi pakaiannya saat mengenakan bikini di salah satu taman kota di Belgia.

Peristiwa tersebut berawal saat Kristina Sev, asal Yunani yang telah tinggal di Belgia selama 15 tahun usai bermain bulu tangkis dengan berbikini pada suatu hari yang panas bulan lalu.

"Saya berada di bagian yang lebih pribadi dari kebun Botanique dengan suami saya. Tiba-tiba, seorang penjaga taman berlari ke arah saya dan segera berbicara kepada saya, meminta saya untuk menutupi diri," kata Sev, dilansir dari The Brussels Times, Rabu, 7 Juli 2021.

Sev lalu memberi klarifikasi lebih lanjut. Ia menjelaskan bahwa meski memakai bikini di taman, tapi tidak berdiri dan bergerak, tapi hanya berbaring saja.

Sev tidak mengerti mengapa ia menjadi sasaran si penjaga, karena semua pria di sekitarnya, termasuk suaminya, bertelanjang dada. Akhirnya, ia menurut dan menutupi tubuhnya karena ia tidak ingin perhatian tertuju pada diri dan bikininya.

Setelah merenung, ia merasa kurangnya penjelasan yang rinci tentang apa yang sesungguhnya ia lakukan salah dan tidak cocok untuknya.

"Kejengkelan utama saya adalah, dalam masyarakat multi-budaya seperti yang kita di sini, di mana ada begitu banyak budaya dengan begitu banyak standar yang berbeda, yang disebut aturan yang ditumpuk kepada perempuan," katanya. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Tidak Termasuk Pakaian

Menurut juru bicara dari Bruxelles Environment, otoritas regional yang bertanggung jawab atas taman tersebut, aturan taman itu tidak termasuk pakaian. Itu berarti informasi yang disampaikan penjaga taman tidak benar.

"Mengenakan bikini atau kostum renang dalam cuaca panas tidak melanggar aturan, dan peraturan taman tidak menentukan pakaian apa yang bisa dikenakan," kata juru bicara itu kepada The Brussels Times ketika ditanya tentang insiden tersebut.

Penjaga taman harus memastikan area yang aman dan nyaman terhadap pakaian yang dikenakan seseorang. Mereka juga harus menilai apakah pemakai bikini menyebabkan gangguan atau tidak.

Bruxelles Environnement mengatakan bahwa semua penjaga taman sekarang telah diingatkan tentang instruksi dan aturan tersebut. Sementara, pemerintah daerah Saint-Josse-Ten-Noode, di mana Botanique berada, tidak memberikan komentar resmi tentang insiden itu, karena pihaknya tidak bertanggung jawab atas taman tersebut.

 

3 dari 4 halaman

Konteks Lebih Luas

Insiden tersebut memantik diskusi yang lebih luas di Belgia dan di luar tentang dampak sosial dari memberi tahu perempuan cara berpakaian, terutama ketika aturan itu tidak seragam antargender. "Seharusnya, perempuan tidak perlu khawatir tentang bagaimana mereka berpakaian, karena pria pun tidak perlu khawatir tentang ini," kata Lucas Melgao, Profesor Kriminologi Perkotaan di Universitas Brussels.

"Di musim panas, pria sering bertelanjang dada, dan mereka tidak akan pernah merasa takut dilecehkan, atau melakukan kesalahan," tambahnya.

Namun, Melgao menunjukkan bahwa ada keseluruhan sejarah di balik bagaimana perempuan dan laki-laki dipandang berbeda dalam hal pakaian apa yang dianggap layak dan tidak senonoh. Hal ini sering didefinisikan oleh budaya atau agama seseorang.

Melgaço berargumen bahwa memastikan pihak berwenang yang bertanggung jawab – mulai dari penjaga taman hingga petugas polisi – mendapatkan lebih banyak pelatihan terkait masalah feminis. Hal itu untuk membantu agar orang lebih memahami dan mencegah insiden seperti dialami Sev tidak terjadi lagi.

4 dari 4 halaman

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya